Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Macam-Macam Adat Istiadat Jawa Tengah dan Tujuannya
6 Desember 2021 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adat istiadat merupakan instrumen penting bagi kehidupan masyarakat. Secara umum, adat istiadat adalah tata cara dalam upacara perkawinan, keagamaan, kematian, dan pakaian adat.
Adat istiadat juga merujuk pada ciri khas suatu masyarakat tertentu yang diperlukan untuk kelangsungan hidup bersama. Hal ini seperti dikatakan dalam buku Inovasi Pelayanan Publik Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) karya Hendri Maduki, dkk. (2017).
Seperti dikatakan sebelumnya, daerah Jawa Tengah memiliki berbagai adat istiadat. Adat tersebut memiliki tujuan dan fungsi masing-masing. Untuk memperluas wawasan, mari simak pembahasannya di bawah ini.
Adat Istiadat Jawa Tengah
Berikut adat istiadat Jawa Tengah yang dikutip dari buku Makna Filosofi Tradisi Bedudukan oleh Ana Farida dan buku Cok Bakal Sesaji Jawa karya Wiranoto (2019):
ADVERTISEMENT
1. Ruwatan
Upacara Ruwatan berawal dari keyakinan bahwa manusia yang dianggap cacat karena keberadaannya perlu ditempatkan dalam tata kosmis yang benar, sehingga perjalanan hidupnya menjadi lebih sejahtera dan bahagia.
Ada beberapa tata cara upacara ruwatan, yaitu menggelar wayang kulit dengan lakon murwakala siraman, potong rambut, menanam potongan rambut dan sesajen, serta tirakatan semalam suntuk.
2. Tingkeban
Tradisi Tingkeban biasanya digelar oleh wanita yang tengah hamil anak pertama. Tradisi ini diselenggarakan untuk mendoakan bayi agar nantinya lahir dengan normal, lancar, dan dijauhkan dari hal-hal buruk.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini mencakup sungkemen, siraman, brojolan, memutus lawe atau lilitan benang, memasukkan kelapa gading muda, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu, nyolong endhog, dan berganti busana.
3. Brobosan
Tradisi brobosan dilakukan masyarakat Jawa apabila ada kerabat atau keluarga yang meninggal dunia. Upacara kematian ini dilakukan dengan berjalan secara bergantian sebanyak tiga kali di bawah keranda yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Arahnya meliputi kanan, kiri, depan, dan kembali lagi ke kanan.
4. Tedhak Siten
Tedhak siten atau upacara turun tanah digelar untuk anak-anak berusia tujuh selapan atau 7 x 35 hari. Tujuannya untuk membuat anak mandiri, kuat, dan mampu menghadapi rintangan hidup.
Di samping itu, tedhak siten juga menandakan persiapan anak dari kecil hingga dewasa untuk menghadapi hidup dengan lancar serta penghormatan atas bumi yang menjadi tempat pijakan sang anak.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa tahapan tedhak siten, yakni menginjak bubur dari beras ketan, menaiki tangga yang terbuat dari tebu, mengais pasir, masuk ke kurungan ayam, penyebaran udik-udik, pembahasuhan dengan kembang bunga setaman, dan menggunakan busana bagus.
(GTT)