Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Jenis Hujan Berdasarkan Ukuran Butir dan Proses Terjadinya
22 Agustus 2021 13:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Geografi Untuk Kelas X SMA/MA oleh Ahmad Yani, secara sederhana proses hujan berasal dari penguapan air laut dan permukaan akibat penyinaran matahari. Kemudian, mengalami pengembunan (kondensasi) membentuk titik air yang berkumpul menjadi awan. Jika titik-titik air sudah berat, turunlah dalam bentuk hujan.
Hujan memiliki banyak jenis dan bentuk yang didasarkan pada ukuran butir dan proses terjadinya. Agar lebih memahaminya, simak penjelasan berikut.
Jenis Hujan Berdasarkan Ukuran Butirnya
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Hujan dapat diukur besaran volume atau curahnya yang dilakukan oleh peneliti dengan metode sederhana bernama rain gouge (fluviometer).
Pertama, air hujan ditampung pada suatu wadah terlebih dahulu. Kemudian pada sore hari, air dalam wadah tersebut dituangkan ke dalam tabung pengukur yang ditandai dengan skala milimeter.
ADVERTISEMENT
Tiap hari air yang terkumpul dimasukkan ke tabung ukuran dan dari tabung tersebut dapat dilihat banyaknya curah hujan harian. Curah hujan diukur dalam skala harian, bulanan, dan tahunan.
Mengutip buku , jenis hujan dibedakan menjadi dua kelompok yakni berdasarkan ukuran butir dan proses terjadinya. Berikut ini adalah klasifikasi jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya
ADVERTISEMENT
Jenis Hujan Berdasarkan Poses Terjadinya
Jika dilihat dari proses terjadinya hujan , jenis hujan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Hujan Zenithal
Hujan ini dapat terjadi karena massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara vertikal. Massa udara tersebut terus mengalami penurunan suhu, pada akhirnya terjadilah pengembunan (kondensasi) dan membentuk awan konveksi.
Awan tersebut turun menjadi hujan, dan hujan tersebut adalah hujan zenithal (konveksi). Disebut juga hujan zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.
2. Hujan Frontal
Hujan frontal dapat terjadi di daerah pertemuan antara massa udara panas dan massa udara dingin. Massa udara panas yang kurang padat akan naik ke atas massa udara dingin yang lebih padat.
ADVERTISEMENT
Sepanjang bidang miring ini disebut daerah front. Hiujan terjadi di daerah front karena massa udara panas yang lembap bertemu dengan massa udara dingin sehingga terjadi kondensasi. Kemudian, terbentuklah awan pada akhirnya turun hujan.
3. Hujan Orografis
Hujan ini terjadi karena udara yang membawa uap air dari laut dipaksa naik oleh adanya pegunungan. Wilayah yang tidak turun hujan di sisi lain gunung atau pegunungan dikenal dengan sebutan daerah bayangan hujan.
(MSD)