Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Urutan yang Benar dalam Hubungan antara Ilmu dan Amal dalam Berpikir Kritis
4 Desember 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berpikir adalah kemampuan khas yang dimiliki oleh manusia . Dengan kemampuan ini, manusia mampu menganalisis, memahami, dan membuat keputusan berdasarkan akal yang diberikan oleh Allah SWT. Kemampuan berpikir menjadikan manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh-Nya.
ADVERTISEMENT
Dalam ajaran Islam, berpikir bukan hanya dianjurkan tetapi juga menjadi bagian penting dari ibadah. Umat Islam didorong untuk terus menimba ilmu dan melakukan amal kebaikan sebagai upaya menjaga diri dari sesat pikir yang dapat menyesatkan langkah hidup.
Namun, tidak sedikit dari umat Islam yang bingung, apa urutan yang benar dalam hubungan antara ilmu dan amal dalam konteks berpikir kritis? Untuk menjawabnya, mari simak penjelasan berikut ini.
Apa Urutan yang Benar dalam Hubungan antara Ilmu dan Amal dalam Konteks Berpikir Kritis?
Mengutip buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Kelas XI SMA/SMK karya Abd. Rahman dan Hery Nugroho, urutan yang benar dalam hubungan antara ilmu dan amal adalah ilmu terlebih dahulu, baru kemudian amal. Urutan ini penting karena ilmu menjadi landasan utama untuk setiap perbuatan.
ADVERTISEMENT
Sebelum bertindak, seseorang harus memahami apa yang akan dilakukan agar amalnya benar dan tidak menyimpang. Contohnya, seorang dokter harus memiliki ilmu kedokteran sebelum mengobati pasien. Amal tanpa ilmu pengetahuan , meski diniatkan dengan baik, bisa saja membawa kepada kesalahan atau kerugian.
Dalam surat Al-Hajj ayat 54, Allah SWT mengingatkan bahwa ilmu harus disertai iman agar dapat membedakan kebenaran dari keburukan. Berikut bunyinya:
Ketika seseorang memiliki ilmu yang benar dan dilandasi iman, ia akan lebih mudah menjalankan amal dengan hati yang tunduk kepada Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Pada surat Muhammad ayat 19, perintah "fa'lam" (ketahuilah) diletakkan lebih dulu sebelum perintah untuk beriman dan beramal. Hal ini menegaskan pentingnya ilmu sebagai dasar bagi iman dan amal perbuatan.
Selain itu, Imam al-Bukhari bahkan menulis bab khusus dalam hadisnya, yaitu "Babul 'ilmi qablal qauli wal amal" (Bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan). Hal ini menandakan bahwa ilmu menjadi syarat sahnya perkataan dan perbuatan.
Tanpa ilmu, seseorang bisa salah dalam memahami dan menjalankan ajaran agama. Misalnya salah membedakan mana yang sunnah dan mana yang bid’ah, atau menganggap yang benar sebagai salah dan sebaliknya.
Hal ini juga ditegaskan dalam surat al-Kahfi ayat 103-104 dan Q.S. Fathir ayat 8, yang mana Allah SWT mengingatkan tentang orang yang menganggap perbuatan buruknya sebagai sesuatu yang baik karena kurangnya ilmu.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul 'Abidin juga menyebutkan bahwa tangga pertama untuk mendekatakan diri kepada Allah SWT adalah ilmu. Bahkan Khalifah Umar bin Abdul Aziz menegaskan bahwa amal tanpa ilmu justru merusak, bukan memperbaiki.
Dari sini dapat disimpulkan, ilmu adalah langkah pertama yang harus ditempuh untuk memastikan amal dilakukan dengan benar dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Dengan ilmu yang benar, amal perbuatan akan lebih terarah, membawa manfaat, dan diridai oleh Allah SWT.
(SAI)