Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Grebeg Besar di Demak yang Diperingati Setiap 10 Dzulhijjah
21 Oktober 2022 18:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk beragama Islam membuat banyak sekali acara keagamaan. Misalnya saja di Demak dalam memperingati 10 Dzulhijjah atau Idul Adha diadakan perayaan Grebeg Besar. Perayaan yang satu ini sudah ada sejak zaman dahulu, yakni pada zaman Wali Songo. Lantas, bagaimana sejarah Grebeg di Demak ini?
ADVERTISEMENT
Penamaan Grebeg Besar
Sejarah Grebeh Besar di Demak
Mengutip buku 100+ Tempat Wisata dan Budaya di Indonesia oleh Ita Fitria, dkk (2021:392), Grebeg Besar yang merupakan akulturasi budaya Islam dengan seni budaya dan tradisi daerah. Sebuah tradisi tahunan bernama Grebeg Besar yang terletak di kota Demak, Jawa Tengah. Grebeg Besar biasanya dilakukan setiap Idul Adha.
Tradisi Grebeg Besar diyakini sudah ada sejak tahun 1506 M pada massa Kesultanan Demak Bintoro yang dipimpin oleh Raden Fattah. Menurut sejarah lisan, dijelaskan bahwa dahulu kala para raja Jawa selalu menyelenggarakan Selamatan Kerajaan (wilujengan nagari) setiap tahun yang di sebut Rojowedo.
ADVERTISEMENT
Rojowedo yang artinya upacara hewan kurban raja. Tujuan dari selamatan ini adalah suatu acara kurban agar Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan perlindungan, keselamatan kepada raja, kerajaan serta rakyatnya. Dalam peristiwa itu rakyat datang menghadap raja untuk menyampaikan sembah bakti nya, kemudian raja keluar dari kraton, lalu duduk di singgasana keemasan (dhampar kencono) di bangsal ponconiti. Penampilan raja untuk menerima sembah bakti rakyat yang datang menghadap (sowan) itu di iringi (ginarebeg) oleh putra dan segenap punggawa kraton. Adat menyelenggarakan kurban itu sudah ada di lestarikan raja jawa hingga akhir Kerajaan Majapahit.
Raden Fattah beserta para Wali salat tahajud dan berdoa memohon petunjuk Allah SWT. Seusai salat, Sunan Kalijaga mendapat wisik (bisikan batin) dan hal ini disampaikan kepada Sunan Bonang dan Sunan Giri, bahwa rakyat dapat terbebas dari wabah penyakit dan kondisi dapat tentram kembali, yaitu dengan menghidupkan kembali upacara penyembelihan hewan kurban dengan disesuaikan syari'at Islam dan atas saran Sunan Giri upacara peyembelihan hewan kurban dilakukan pada saat hari Raya Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Hewan disembelih dengan tata cara Islam, kemudian hewan kurban dibagikan kepada rakyat. Setelah kerajaan menyelenggarakan upacara kurban, tidak lama wabah penyakit rakyat menghilang dan tentram pulih kembali. Sesudah aman dan tentram para Wali Songo menggiatkan usaha untuk mensyiarkan agama Islam di kalangan rakyat.
Tradisi Grebeg Besar di Demak merupakan kebudayaan yang erat kaitannya dengan nilai-nilai yang mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakatnya. Tradisi ini mengandung nilai-nilai penting terhadap bagi masyarakat Demak, seperti nilai-nilai sosial, nilai agama, dan nilai seni. Nilai agama dalam tradisi Grebeg Besar diambil Saat pembukaan tradisi adanya pengajian dan khataman Al-Quran di Masjid Agung Demak guna meningkatkan keimanan masyarakat Demak.
Pelaksanaan Grebeg Besar di Demak
Adapun prosesi jalannya upacara Grebeg Besar di Demak adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Fungsi Perayaan Grebeg Besar di Demak
Berbeda dengan zaman dahulu, fungsi dari perayaan Grebeg Besar di Demak adalah sebagai sarana upacara adat. Perayaan Grebeg Besar merupakan salah satu kesenian sebagai pelembagaan atau religi yang bertujuan sebagai penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan leluhur sehubungan dengan kegiatan syiar Islam yang dilaksanakan oleh Wali Songo terutama Sunan Kalijaga,
Grebeg Besar juga sebagai media hiburan rakyat yang murah serta dapat menghilangkan sejenak kepenatan atau kejenuhan dalam menjalani rutinitas. Contohnya adalah adalah Tumpeng Sanga yang merupakan simbol Wali, minyak jamas sebagai simbol menyucikan pusaka, air sakral sebagai simbol untuk mengungkapkan suatu gagasam pembersihan dosa, menyelamatkan, dan membersihkan segala rintangan, serta gamelan dan karawitan sebagai media komunikasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam Grebeg Besar terdapat sholawatan sebagai fungsi menyampaikan pesan sehingga menjadi media komunikasi yang komunikatif guna kelancara dakwah Islam. Grebeg Besar mempunyai fungsi mengatur karena norma mempunyai daya menguasai interaksi dan komunikasi, tingkah laku manusia diatur atas dasar norma-norma tersebut.
Perayaan Grebeg Besar di Demak merupakan cara merayakan Idul Adha dan menyebarkan agama Islam pada zaman dahulu. Namun saat ini, Grebeg Besar menjadi salah satu media pariwisata yang diperingati setiap tahunnya sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur terhadap para Wali Songo.(MZM)