Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tari Gending Sriwijaya: Sejarah, Fungsi, dan Gerakannya
3 Desember 2024 22:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal dengan kekayaan seni dan budaya di setiap daerahnya, salah satunya adalah Tari Gending Sriwijaya. Tari tradisional dari Palembang, Sumatera Selatan memiliki sejarah yang cukup panjang.
ADVERTISEMENT
Hal ini tak terlepas dari fungsi dari tari tradisional yang satu ini. Namun untuk melakukannya, terdapat beberapa gerakan yang harus dilakukan agar lebih menawan.
Tari Gending Sriwijaya
Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, secara harfiah, Tari Gending Sriwijaya memiliki arti Irama Kerajaan Sriwijaya. Tari ini melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima kunjungan tamu yang diagungkan.
Munculnya tari ini berawal dari permintaan pemerintahan Jepang yang ada di Karesidenan Palembang kepada Hodohan (Jawatan Penerangan Jepang) untuk menciptakan sebuah lagu dan tari untuk menyambut tamu dalam acara resmi.
Permintaan ini mulai digagas sejak akhir 1942 hingga tahun 1943. Namun sempat tertunda beberapa waktu karena berbagai persoalan politik baik di Jepang maupun di tanah air.
Setelah tertunda beberapa waktu, pada bulan Oktober 1943 gagasan mencari lagu ditindaklanjuti kembali. Letkol O.M. Shida memerintahkan Nungtjik A.R. (Wakil Kepala Hodohan) yang pada saat itu dikenal sebagai seorang sastrawan dan wartawan.
ADVERTISEMENT
Kemudian ia mengajak Achmad Dahlan Mahibat, seorang komponis Palembang yang pandai bermain biola dari kelompok seni (tonil) Bangsawan Bintang Berlian di bawah pimpinan pasangan suami istri Haji Gung dan Miss Tina.
Setelah penggarapan lagu selesai, maka dilanjutkan dengan penulisan syair lagu Gending Sriwijaya oleh A. Dahlan Mahibat yang kemudian syair tersebut disempurnakan oleh Nungtjik A.R.
Setelah lagu dan syair Gending Sriwijaya selesai diciptakan, maka tari penyambutan harus segera dibuat. Berbagai konsepsi telah dicari dan dikumpulkan dengan mengambil bahan-bahan dari tari-tari adat Palembang yang sudah ada.
Seorang penari profesional dan ahli adat budaya Palembang, Miss Tina haji Gong mengurusi properti dan busana yang akan dipakai dalam pementasan Tari Gending Sriwijaya Latihan diadakan di gedung Bioskop Saga.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada bulan Mei 1945 tari ini dipertunjukkan di hadapan Kolonel Matsubara, Kepala Pemerintahan Umum Jepang, sebagai uji coba. Para penari uji coba ini merupakan para nyonya pejabat dibantu oleh anggota grup Bangsawan Bintang Berlian.
Tepat pada Kamis, 2 Agustus 1945, dalam rangka menyambut pejabat-pejabat Jepang dari Bukit Tinggi yang bernama Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Negoro, Tari Gending Sriwijaya pertama kali ditampilkan.
Penampilan tersebut diadakan di halaman Masjid Agung Palembang. “Tepak” yang berisi kapur, sirih, pinang dan ramuan lainya dipersembahkan sebagai ungkapan rasa bahagia.
Pada saat itu, tarian dipimpin oleh Sukainah A. Rozak yang membawa Tepak Sirih, Gustinah A. Rachman dan Siti Nurani As’ari selaku pengalung bunga, dengan penari seperti: Delima A. Rozak, Tuhfah, Busroh Yakib, R. A. Tuty Zahara Akib dan beberapa yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Di masa Kemerdekaan Indonesia, Gending Sriwijaya sebagai tarian untuk menyambut tamu-tamu resmi pemerintahan yang berkunjung ke Sumatera Selatan.
Fungsi Tari Gending Sriwijaya
Seperti penjelasan di atas, Tari Gending Sriwijaya berfungsi untuk menyambut tamu besar. Sehingga, tari ini sering dipentaskan pada saat tertentu di hadapan tamu agung atau petinggi.
Kemudian, seni tradisional ini sering digunakan pada festival budaya, pesta pernikahan, hingga kegiatan di instansi pemerintahan.
Gerakan Tari Gending Sriwijaya
Secara umum, gerakan Tari Gending Sriwijaya terbagi menjadi tiga macam, yakni gerakan awal, gerakan inti, dan gerakan akhir.
1. Gerakan Awal
Gerakan awal dari Tari Gending Sriwijaya adalah sembah, yakni permulaan gerakan yang dilanjutkan dengan sembah berdiri. Kedua kaki penari berjinjit dan tangan menangkup. Setelahnya, posisi kepala dan badan pun menunduk. Dilanjutkan dengan jalan keset.
ADVERTISEMENT
Kaki kanan penari bergeser ke arah kanan depan, sedangkan kaki kirinya berjinjit dengan tangan dalam posisi sembah. Usai jalan keset, penari menyilangkan tangan dan diayunkan yang membentuk lingkaran sambil berdiri di bagian kiri dan kanan.
2. Gerakan Inti
Gerak inti dimulai dengan tutur sabda dengan mengubah posisi tangan silang menjadi kembar. Gerakan dilanjutkan dengan pandangan mata yang mengikuti pergerakan tangan. Kemudian, penari akan membuat gerakan tangan seolah tengah menabur bunga.
Badan penari diposisikan condong ke depan dan dilanjutkan bersimpuh. Penari kemudian mengarahkan tangan ke belakang, diikuti gerak ukel ke depan dan kembali membawa tangan ke atas. Tangan penari lalu disilangkan dan diarahkan ke badan bagian samping.
Tangan kanan bergerak ke atas kepala, sedangkan tangan kiri diletakkan di depan dada. Gerakan inti akan berakhir dengan ulur benang saat tangan penari akan serupa dengan saat mengulur benang.
ADVERTISEMENT
3. Gerakan Akhir
Gerakan akhir diawali dengan gerak tolak bala sebagai penggambaran atas penolakan segala hal negatif yang hadir dalam diri manusia. Penari setelahnya akan menggerakkan tangan ke atas telinga kanan dan tangan kirinya di dada.
Badan diposisikan condong ke depan, dan posisi kepala menunduk. Penari, selanjutnya akan melakukan sembah sebagai penutupan untuk menutup tarian ini.
Demikian informasi singkat tentang sejarah, fungsi, dan gerakan Tari Gending Sriwijaya. Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan tentang tari tradisional , terutama dari Palembang, Sumatera Selatan.(MZM)