Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Heboh Perempuan Punya Kemampuan Penciuman Unik, Bisa Endus Parkinson
10 September 2022 11:52 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Sky News, Joy Milne (72) sadar bau badan suaminya, Les Milne, berubah sebelum didiagnosis parkinson. Itu kini memungkinkan membantu para ilmuwan untuk mengembangkan pendeteksi penyakit. Kemampuan itu mulai didapat Milne ketika Les berusia 32 tahun.
Milne menjelaskan bahwa bau itu datang dan pergi, tapi memutuskan untuk menerimanya. Namun, aroma yang mengganggu hidung itu menjadi lebih kuat, menyusul hal lain yang terjadi pada Les.
"Saya terus mengatakan kepadanya, ‘Kamu tidak mandi dengan benar!’ dan dia jadi sangat marah pada awalnya. Dia jadi lebih lelah, pemarah, dan saya sempat sangka dia kena tumor otak," kata Milne.
Baru ketika berusia 44 tahun, Les didiagnosis parkinson. Namun, alih-alih kaget, Milne mengaku sudah tahu. Ia merasa sudah mendeteksi kondisi suaminya tersebut dari penciuman.
"Nenek saya punya itu. Itu turun-temurun. Dua saudari saya juga punya kemampuan itu," kata Milne mengenai penciumannya yang mendeteksi penyakit.
ADVERTISEMENT
Segala pengalamannya ketika masih bekerja menjadi suster, menurut Milne, juga turut andil atas kemampuan pengendusan penyakit tersebut.
Lantas Milne menyampaikan kemampuan tersebut kepada Dokter Tilo Kunath dari Edinburgh University. Dari sana kemudian dimulai proses pengembangan oleh para akademisi di University of Manchester yang kini menghasilkan tes swab.
Diketahui, orang dengan parkinson diidentifikasi menggunakan cotton bud di sepanjang bagian belakang leher. Dari penelitian itu, Milne berharap penyakit tersebut bisa diidentifikasi lebih awal sebelum kerusakan otak telanjur menyebar.
“(Parkinson) didiagnosis ketika sembelit dan kehilangan penciuman (dan sebagainya) muncul dan mencegah penyakit berkembang lebih jauh," kata Milne.
Menurut Milne, parkinson baru bisa dideteksi ketika sudah mengalami kerusakan otak parah merupakan sesuatu yang tak bisa diterima. Baginya, parkinson perlu dideteksi lebih awal, sama seperti kanker dan diabetes.
"Diagnosis lebih awal berarti perawatan jauh lebih efisien dan gaya hidup akan lebih baik bagi orang-orang," ujar Milne. "Telah terbukti olahraga dan perubahan pola makan membuat perbedaan fenomenal," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Soal hubungan aroma badan dengan parkinson, setelah memeriksa Milne, Dokter Kunath dan Profesor Perdita Barran menjelaskan bahwa aroma tersebut mungkin disebabkan perubahan kimia pada minyak kulit alias sebum, yang mana dipicu oleh parkinson.
Dalam pengujian awal, mereka meminta Milne mencium aroma kaus orang-orang yang kena parkinson dan yang tidak. Milne berhasil mengidentifikasi semuanya dengan benar.
Bahkan, Milne sempat menyebut salah satu orang yang ikut pengujian baunya seperti kena penyakit, yang mana delapan bulan kemudian benar-benar terkena parkinson. Dari sana, peneliti dapat memeriksa sampel untuk mengidentifikasi molekul terkait penyakit.
Walau masih tahap awal, peneliti antusias dengan temuan itu bisa memajukan dunia medis. Setelah melewati tahap pengujian, mereka kini tengah menilai apakah dapat menerapkannya di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Perihal kemungkinan mendeteksi penyakit lain, Milne saat ini tengah menelitinya dengan para ilmuwan dunia. Mereka akan menguji apakah penciuman itu bisa mendeteksi kanker atau tuberkulosis (TB). (bob)