Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah di Balik Mitos Babi Ngepet: Mengapa Memakai Babi, Bukan Hewan Lain?
15 Juli 2022 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah mitos babi ngepet tentu sudah sangat kental di telinga publik Tanah Air. Apalagi, fenomena ini merupakan isu seksi yang kerap dipermainkan beberapa orang. Sebut saja peristiwa di Sawangan Depok, Jawa Barat, pada April 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
Meski akhirnya pelaku pembuat hoaks ditangkap aparat kepolisian, namun mitos babi ngepet ternyata masih dipercayai publik di tengah perkembangan zaman saat ini. Lalu, seperti apakah mitos babi ngepet ini hingga kini masih dipercaya banyak pihak di Tanah Air.
Bahkan, kisah babi ngepet sempat tayang di salah satu televisi swasta Tanah Air pada awal tahun 2000-an. Itulah yang membuktikan bagaimana mitos tersebut seolah sangat dipercaya publik Tanah Air.
Mengutip berbagai sumber, awal kisah babi ngepet ternyata berawal dari masyarakat yang tinggal di pegunungan dan pertanian di Jawa Timur. Konon katanya, babi merupakan hewan yang cenderung dianggap sebagai makhluk seperti tuyul yang bisa memperkaya seseorang.
Nah, dari situlah ada istilah babi ngepet. Sebab, hewan yang satu ini dianggap bisa berkeliaran pada malam hari di daerah pengunungan atau pertanian. Selain itu, babi juga merupakan salah satu hewan yang dinilai bisa menjadi siluman alias babi jadi-jadian.
ADVERTISEMENT
Dalam cara kerja pesugihan babi ngepet, orang yang menggunakannya dianggap minimal berjumlah 2 orang. Satu bertugas menjaga lilin dan yang satunya berperan sebagai babi ngepet untuk mencari hingga mencuri harta sebuah keluarga atau tempat yang penuh dengan uang hingga perhiasan.
Konon katanya, seseorang yang berubah menjadi siluman babi biasanya menggunakan kain hitam untuk mengubah dirinya. Kain itu disebut telah berisi mantera pesugihan untuk merubah wujud menjadi seekor babi.
Kemudian, setelah menemukan target, babi ngepet tersebut akan mengelilingi rumah korban. Selain itu, ritual menggesekkan badan ke tembok rumah juga dianggap merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengambil uang hingga harta dari tempat itu.
Perlu diketahui, praktik pesugihan babi ngepet minimal berjumlah 2 orang. Seorang yang menjagi lilin dianggap merupakan kunci agar rekannya yang berubah menjadi babi ngepet selamat dari kejaran warga jika kepergok melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Konon katanya, api lilin juga akan bergoyang untuk menandakan rekan dalam bahaya. Di saat itulah, penjaga lilin akan bertindak untuk mematikan api lilin. Hal itu juga disebut-sebut akan membuat rekan yang berubah jadi babi ngepet kembali menjadi manusia.
Kendati demikian, pesugihan babi ngepet ini konon katanya meminta tumbal. Biasanya, dalam kisah di Jawa Timur dikabarkan akan menumbalkan anak atau anggota keluarga lainnya yang menjadi syarat kepada siluman babi.
Tidak hanya itu, ada juga mitos yang beredar bahwa seseorang yang melakukan perjanjian harus memakan kotoran babi untuk mengubah diri menjadi hewan tersebut. Disebutkan juga, kepercayaan ini dulunya terjadi di daerah Malang, tepatnya di Gunung Kawi. (fre)
ADVERTISEMENT