Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Perempuan Jengkel Dapat Warisan Rp155 M, Lalu Sumbangkan 90 Persennya
30 Oktober 2022 20:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan membuat keputusan yang bikin geger sekaligus salut. Sebab, mendapat warisan senilai Rp155 miliar dari kakeknya yang kaya raya, ia kemudian menyumbangkan 90 persen untuk amal.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Oddity Central, perempuan itu bernama Marlene Engelhorn. Ia merupakan cucu dari Traudl Engelhorn-Vecchiato, 94. Traudi sendiri merupakan keturunan Friedrich Engelhorn, pendiri raksasa kimia Jerman, BASF.
Jadi, kakak ipar Taudi, Curt, menjalankan usaha keluarga tersebut sampai 1997 ketika akhirnya dijual ke Roche sekitar 11 miliar dolar AS atau setara Rp170,79 triliun. Pada saat yang bersamaan, nenek Marlene, mendapat 2,45 miliar dolar AS (Rp38 triliun) yang kini jadi 4,2 miliar dolar (Rp65 triliun).
Ketika meninggal dunia pada awal tahun ini, sang nenek mewariskan 10 juta dolar AS atau setara Rp155 miliar kepada Marlene. Menariknya, Marlene menolak warisan tersebut dan menyumbangkan 90 persen kepada amal.
Marlene sendiri paham keputusannya mungkin aneh bagi kebanyakan orang. Dia juga menjelaskan bahwa bukannya menentang untuk menjadi orang kaya. Hanya saja, ia memang tidak mau jadi sekaya itu. Karena itu, ketika mendengar keputusan dari neneknya, alih-alih bahagia dapat warisan segitu banyak, Marlene malah jadi jengkel.
ADVERTISEMENT
“Seharusnya bukan keputusan saya mengenai apa yang harus saya lakukan dengan uang keluarga, di mana saya tidak ada kontribusinya,” kata perempuan berusia 29 tahun tersebut. “Mengelola warisan membutuhkan banyak waktu. Itu bukan rencana hidupku,” lanjutnya.
Kabar mengenai warisan itu sudah diketahui Marlene setidaknya selama dua tahun, dan dia secara aktif memikirkan bagaimana menyingkirkan sebagian besarnya. Sampai akhirnya, ia merasa menyumbang ke amal jadi pilihan paling mudah.
Namun, dia juga mengaku sebenarnya tidak senang harus memutuskan lembaga atau siapa yang layak menerima sumbangan. Sebab, ia merasa tidak pernah bekerja atau berkontribusi terhadap uang tersebut.
"Ini bukan soal kemauan, tapi keadilan," kata Marlene. “Saya tak melakukan apa pun untuk menerima warisan itu. Murni keberuntungan dalam lotere kelahiran,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Aksi Marlene dibarengi dengan kritik terhadap para orang kaya banget, melakukan kegiatan amal dengan sedikit dari harta sebagai teknik menghindari pajak. Menurutnya, kelakuan seperti itu tidak semestinya dirayakan.
Juga, menurut Marlene, tidak ada orang yang pantas hidup dengan harta tak terbayangkan jumlahnya di tengah parahnya kesenjangan ekonomi. Dia merasa penting untuk redistribusi kekayaan agar lebih adil, kemudian meninggikan pajak kepada orang super kaya, demi kesejahteraan peradaban.
Kini Marlene kuliah di University of Vienna, anggota Millionaires for Humanity dan promotor inisiatif Taxmenow. Ketika ditanya mengenai apa yang akan dilakukannya di masa depan setelah menyumbang 90 sampai 95 persen harta warisan, Marlene menjawab:
“Saya belum tahu. Tapi saya akan kerja keras. Seperti semua orang.” (bob)
ADVERTISEMENT