Konten Media Partner

17,39 Persen Pasien Omicron di Surabaya Adalah Anak-anak, Ini Penyebabnya

16 Februari 2022 6:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Surabaya. Foto: Dok. Basra
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Surabaya. Foto: Dok. Basra
ADVERTISEMENT
Anak-anak di Kota Surabaya rawan terpapar varian Omicron. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan, di Kota Surabaya terdapat kasus Omicron pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh tingkat aktivitas dan mobilitas tinggi dari para orang tua atau orang dewasa, yang memicu munculnya kluster keluarga.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata anak yang terpapar varian Omicron didominasi usia 5-17 tahun. Kasus Omicron pada anak sebesar 17,39 persen dari total kasus Omicron yang terkonfirmasi di Kota Surabaya,” ungkap Eri, (15/2).
Eri pun meminta kepada orang tua atau orang dewasa untuk tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan (prokes) selama berada di rumah saat mendampingi anak-anak.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, anak-anak juga mudah terpapar saat melakukan aktivitas atau kegiatan di tempat umum atau di ruang publik.
“Kegiatan di tempat umum juga mendominasi kasus Omicron pada anak-anak,” tukas Nanik.
Untuk proses penanganannya, anak-anak yang terpapar varian Omicron juga diarahkan untuk melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter) yang telah disediakan oleh Pemkot Surabaya, yakni di Hotel Asrama Haji (HAH).
ADVERTISEMENT
“Ketika melakukan isolasi di HAH, orang tua dapat mendampingi anak-anak mereka disana, hingga anak tersebut dinyatakan sembuh,” kata dia.
Sedangkan terkait tingkat kesembuhan, ia menerangkan bahwa rata-rata kesembuhan pada kasus konfirmasi dengan gejala asimptomatik dan ringan, membutuhkan waktu selama 3-7 hari. Meski demikian tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari.
“Ini merupakan masa isolasi optimal meskipun hasil swab sudah negatif. Bahkan ada yang lebih cepat sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing pasien,” terang dia.
Tak hanya itu saja, Nanik mengaku bahwa tingkat kesembuhan pada anak-anak sangat tinggi. Sebab, sampai saat ini belum ditemukan kasus yang membutuhkan perawatan khusus pada anak-anak.
“Terkait dengan pelaksanaan vaksinasi booster pada sasaran anak masih menunggu instruksi dari Kemenkes RI,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT