Konten Media Partner

Benarkah Gawai Bisa Bikin Anak Terlambat Bicara?

27 April 2023 7:52 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benarkah Gawai Bisa Bikin Anak Terlambat Bicara?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pertanyaan :
Halo dok, saya seorang ibu satu anak berusia 3 tahun. Saya ingin bertanya, seperti apa ciri-ciri anak yang mengalami kecanduan gawai/gadget? Apakah gawai bisa membuat anak terlambat bicara? Faktor apa saja yang mempengaruhi anak terlambat bicara? Apa saja ciri-ciri anak terlambat bicara? Apakah anak yang mengalami keterlambatan bicara bisa sembuh? (Prita, Surabaya)
ADVERTISEMENT
Jawaban :
Halo bu Prita, terima kasih atas pertanyaannya. Seiring berkembangnya teknologi, gawai/gadget menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Baik orang tua, remaja, bahkan anak-anak tidak bisa terlepas dari gawai.
Jadi kita dalam menyikapi teknologi harus proporsional. Jadi apa sih sebenarnya definisi dari anak kecanduan gawai itu? Seorang anak dikatakan kecanduan gawai/gadget apabila jika dijauhkan dari gawai akan membuat dia menjadi gelisah, bingung, menangis, marah bahkan tantrum.
Saat ini banyak orang tua berasumsi bahwa kecanduan gawai pada anak, akan membuat anak kesulitan bicara / terlambat bicara (speech delay). Perlu dilihat lagi, sebenarnya susah bicara pada anak itu penyebabnya banyak, tidak hanya sekadar anak keseringan bermain gawai, tidak seperti itu. Walau kecanduan bermain gawai pada anak juga mengambil andil cukup besar sebagai penyebab terlambat bicara pada anak.
ADVERTISEMENT
Ketidakmampuan bicara pada anak disebabkan oleh beberapa penyebab. Pertama disebabkan adanya gangguan syaraf di otak, bisa otak bagian pusat sensorik atau pusat motoriknya. Penyebab kedua anak mengalami speech delay adalah masalah dengan organ yang berhubungan langsung dengan bicara, contohnya lidah, bibir, dan gigi. Sehingga mengapa anak-anak kecil itu cadel, karena pertumbuhan giginya belum sempurna.
Faktor lainnya anak mengalami speech delay adalah kurangnya stimulasi bicara dari lingkungan sekitarnya. Jadi anak kurang mendapatkan stimulasi untuk mengungkapkan atau menerima bahasa. Apakah di bagian verbalnya atau pengertiannya yang mengalami gangguan. Jadi ini harus diidentifikasi dulu penyebabnya.
Nah sekarang ini yang banyak terjadi, anak-anak yang mengalami speech delay karena kurangnya stimulasi bicara. Saya ambil contoh kasus cucu saya yang sering bermain gawai tapi tidak mengalami speech delay. Karena ketika dia bermain gawai itu ada yang mendampingi sehingga ketika dia bertanya tentang apa yang dilihat di gawai, ada yang menjawab pertanyaannya. Selain itu dengan mendampingi anak bermain gawai, orang tua juga bisa memberikan penjelasan tentang materi yang anak tonton, sehingga muncul komunikasi 2 arah antara anak dan orang tua. Jadi tidak dibiarkan sendirian bermain gawai.
ADVERTISEMENT
Selain itu durasi bermain gawai (screen time) dalam 24 jam perlu dibatasi agar tidak berlebihan dan anak bisa berinteraksi secara verbal dengan sekitarnya, baik dengan keluarga maupun temannya.
Beda kasus apabila ada anak yang bermain gawai dan tidak ada yang mendampingi, maka dia akan diam saja ketika ingin bertanya dan tidak ada komunikasi dua arah yang menjelaskan tontonan di gawai. Sehingga dia menjadi tidak terstimulasi untuk berbicara dan komunikasi dua arah. Nah maksud saya itu jangan terlalu menyalahkan gawai sebagai penyebab anak terlambat bicara. Tapi orang tua juga perlu introspeksi, sejauh mana orang tua itu berinteraksi dengan anaknya.
Ketika anak kecanduan gawai maka hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah menjauhkan gawai dari anak. Hal ini juga perlu diperkuat dengan perilaku orang tua yang mencontohkan langsung dengan tidak memegang gawai di depan anak. Bisa juga mengatur screen time anak dengan gawai. Artinya anak dibatasi dalam memegang gawai, misalnya sehari hanya satu jam. Durasi satu jam ini dibagi tiga kali dalam sehari. Jadi 20 menit tiap kali bermain gawai.
ADVERTISEMENT
Anak mengalami speech delay juga bisa karena dia terlalu hiperaktif. Ini penyebabnya bisa juga dari permainan (game) yang dilihat di gawai. Saya melihat game-game di gawai sekarang itu terlalu reaktif dan over dengan mempertontonkan adegan-adegan yang terlalu kejam. Hal-hal seperti ini yang harus kita awasi ketika anak bermain gawai karena bisa merusak sense of being human. Menghilangkan rasa empati pada anak.
Deteksi anak mengalami keterlambatan bicara dapat dilakukan melalui Denver Developmental Screening Test (DDST) atau yang dikenal dengan Tabel/Tes Denver. Ini merupakan alat skrining tumbuh kembang anak untuk menemukan penyimpangan perkembangan pada anak usia 0-6 tahun. Misalnya anak usia 1 tahun sudah bisa mengucapkan 3 kata, dan jika anak kita bisa mengucapkan 3 kata seperti mama, papa, maem. Ini berarti si anak tidak mengalami keterlambatan bicara.
ADVERTISEMENT
Sedangkan jika anak mengalami keterlambatan bicara dapat dilakukan terapi wicara. Terapi wicara adalah prosedur terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah bicara, khususnya pada anak-anak. Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan bicara dan mengekspresikan bahasa pada anak. Selain itu juga bisa dilakukan terapi okupasi pada anak agar lebih maksimal lagi dalam menangani terlambat bicara pada anak, bahkan gangguan tumbuh kembang anak lainnya.
Skrining dan konsultasi tumbuh kembang anak, terapi wicara dan terapi okupasi anak dengan ahlinya dapat dilakukan semuanya secara berkesinambungan dan komprehensif di MedicElle Clinic Surabaya.
MedicElle Clinic merupakan klinik khusus wanita pertama dan satu-satunya di Surabaya dengan semua tenaga medisnya wanita.
MedicElle Clinic melayani medical check up, dokter spesialis bedah dan payudara, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik (kanker dan kelainan darah), dokter spesialis anak, dokter gigi umum dan spesialis konservasi gigi, dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter spesialis rehabilitasi medik serta dokter umum. Melibatkan dokter ahli dan pengalaman dengan teknologi modern dan berkualitas bagi pasien.
ADVERTISEMENT
Narasumber :
Dr. Rita Vivera Pane, dr. Sp.KFR.N.M (K), Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik MedicElle Clinic Surabaya