Konten Media Partner

Bonding Emosi yang Tak Dekat, Jadi Pemicu Anak Titipkan Ortu ke Panti Jompo

22 Desember 2022 6:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lansia. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lansia. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya mencatat, sejak awal tahun 2022, sudah ada 40 anak yang mengajukan permohonan untuk menitipkan orang tuanya ke panti jompo atau panti wreda.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang menyebabkan fenomena anak menitipkan orang tua ini meningkat?
Menjawab hal tersebut, Guru Besar Sosiologi Unair Profesor Bagong Suyanto MSi., mengatakan, selain ekonomi, faktor yang mendorong anak mengirim orang tuanya ke panti sosial biasanya karena kondisi keluarga yang nuclear family.
Di mana hubungan keluarga semakin rasional, pragmatis, dan individualis, sehingga mengakibatkan nilai-nilai hubungan orang tua dan anak mengalami pergeseran yang membuat hubungan nilai kultural dalam keluarga dan kerabat menjadi luntur.
"Fenomena ini kebanyakan terjadi di perkotaan. Anak dan pasangannya harus bekerja. Jadi tidak ada anggota keluarga yang merawat orang tuanya. Beda dengan desa yang mayoritas masih somah (keluarga)," kata Prof Bagong pada Basra, Kamis (22/12).
Prof Bagong mengungkapkan, fenomena menitipkan ortu ke panti jompo terjadi akibat dari implikasi perubahan dan kemajuan zaman. Kehadiran teknologi informasi yang semakin canggih membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi lebih tidak intens.
ADVERTISEMENT
Prof Bagong juga menyebut, ke depan fenomena anak menitipkan orang tua akan terus ada dan tidak bisa ditekan. Untuk itu, pihaknya mengimbau para orang tua untuk berbesar hati.
"Kalau dipaksa kumpul tapi mempersulit hidup anak untuk apa? Ini proses transisi, wajar. Perlu kebesaran hati orang tua. Kalau anak itu kewajiban moralnya menjaga orang tua, dan orang tua juga tidak perlu baper (bawa perasaan) atau sampai membebani anak," tukasnya.
Bonding Emosi yang Sudah Rusak
Sementara itu, jika dilihat dari pandangan psikolog, Dr. Mary Philia Elisabeth, S.Psi., M.Psi., Psi, menuturkan, fenomena anak menitipkan orang tua juga memiliki sisi pro dan kontra.
Ia menjelaskan, jika dulu nilai anak untuk orang tua berbeda dengan zaman sekarang. Dulu anak dianggap sebagai investasi untuk masa depan orang tua, dan orang tua merupakan satu-satunya sumber ekonomi bagi anak, sehingga anak itu terus bersama orang tua.
ADVERTISEMENT
Ketika orang tua sudah lansia, maka giliran anak harus membalas budi dengan cara merawat orang tua.
"Itu dulu, sekarang bergeser. Kalau kita lihat, bonding antara orang tua dan anak itu sudah berbeda. Anak dari kecil sudah dibiasakan untuk sendiri, mandiri. Orang tua sibuk, terutama masyarakat di perkotaan, itu karakteristiknya begitu. Sehingga, bonding emosi tidak terjalin, akhirnya orang tua dan anak tidak lagi seperti dulu," jelas Mary ketika dihubungi Basra.
Mary mengungkapkan, di zaman saat ini, perasaan untuk harus merawat orang tua menjadi prioritas kedua bagi anak. Sementara prioritas utamanya adalah survive secara finansial.
"Alasan utamanya, kalau aku tidak punya finansial yang cukup untuk menghidupi diriku sendiri, bagaimana aku bisa menghidupi orang tuaku. Daripada orang tuaku enggak bisa aku kasih makan dan menderita dengan aku, lebih baik aku bawa ke panti jompo," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Pikiran generasi saat ini itu logis. Bukan bermaksud membuang orang tuanya. Merawat orang tua itu kan enggak harus hidup bersama dengan orang tua. Tapi kan juga butuh uang untuk merawatnya," tambahnya.
Dosen fakultas psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) ini mengatakan, fenomena anak menitipkan orang tua di panti bukanlah sebuah masalah.
Untuk itu, sebelum menitipkan orang tua ke panti, Mary mengimbau generasi muda ini agar melakukan negosiasi terlebih dahulu kepada orang tua.
Selain itu, mereka juga harus mencarikan panti dengan fasilitas sesuai kebutuhan orang tua, agar orang tua tidak merasa sendiri.
"Yang terpenting negosiasi dengan orang tua. Orang tua diajak ngomong dulu, jadi enggak boleh tiba-tiba dibawa. Kita sebagai anak juga perlu mengecek panti jomponya, sesuai apa tidak dengan kondisi orang tua kita, fasilitasnya seperti apa, ada perawatnya tidak, ada aktivitasnya tidak, lalu makanannya bagaimana, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua tidak merasa kesepian," tukasnya.
ADVERTISEMENT