Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Cedera Tulang Tidak Selalu Perlu Tukang Pijat, Bisa Jadi karena TBC
14 Juli 2023 14:03 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
TBC mungkin identik dengan penyakit paru-paru akibat infeksi Mycrobacterium tuberculose, yang ditandai batuk berdahak atau lebih dari dua minggu. Namun bakteri yang terbawa dalam aliran darah ini ternyata bisa mengganggu organ lain, termasuk tulang.
ADVERTISEMENT
"Di negara kita TBC masih sangat tinggi kasusnya yang bisa berdampak pada infeksi tulang. Di orthopedi, TBC tulang belakang masih tinggi kasusnya," ungkap Tri Wahyu Martanto dr., SpOT(K). Kepala Departemen Pediatri dan Ortopedi Fakultas Kedokteran (FK) Unair – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, saat ditemui Basra usai acara Inaugurasi Adjunt Professor Prof. Rob G.H.H. Nelissen, MD, PhD dari Leiden University Medical Center (LUMC) Belanda, yang digelar FK Unair, (13/7).
Tri Wahyu melanjutkan, TBC tulang merupakan kasus keluhan gangguan tulang yang banyak dialami masyarakat Indonesia untuk kategori infeksi.
"Ada 2 keluhan terkait gangguan pada tulang yang paling banyak dialami warga, yakni karena traumatologi dan infeksi. Nah infeksi tulang yang paling banyak TBC tulang belakang," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
TBC tulang belakang adalah tuberkulosis yang terjadi di luar paru-paru, tepatnya di tulang belakang. Penyakit ini umumnya menginfeksi tulang belakang pada area tengah punggung.
Gejala awal dari TBC tulang belakang adalah nyeri punggung yang semakin hari makin bertambah nyerinya. Gejala lain adalah adanya demam hilang timbul, keringat berlebih di malam hari, berat badan turun, punggung terlihat makin membungkuk.
Dalam kesempatan tersebut Tri Wahyu menuturkan jika kebanyakan orang lebih memilih untuk berobat ke tukang urut (pijat) ketika mereka mengalami gangguan seperti nyeri tulang.
"Jadi tugas mencerdaskan kesehatan masyarakat bukan hanya dokter. Perannya banyak sekali, mulai dari pendidikan dan lain sebagainya. Jangankan yang low education, yang sudah tinggi pendidikannya saat main tenis misalnya tidak langsung ke dokter tapi pilih ke tukang urut," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Tri Wahyu melanjutkan, masih banyaknya masyarakat yang lebih mendatangi tukang urut tak terlepas dari mindset yang dimiliki.
"Jadi itu mindset, masalah pola pikir. Tidak bisa diselesaikan oleh dokter saja," tandasnya.