Konten Media Partner

Cuaca Ekstrem Diprediksi Kembali Terjadi, Penggunaan AC Perlu Dikurangi

19 Mei 2023 14:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Cuaca ekstrem ditandai dengan adanya peningkatan temperatur dan paparan sinar Ultraviolet (UV) di Indonesia diprediksi masih akan terus terjadi. Hak ini diungkapkan oleh guru besar bidang Biooptika Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Retna Apsari MSi.
ADVERTISEMENT
Prof Retna mengungkapkan, kondisi ini terjadi karena siklus tahunan dan peningkatan radiasi. Dalam hal ini, temperatur mengalami siklus kenaikan dan penurunan yang terjadi setiap tahun, sehingga berdampak pada peningkatan radiasi sinar UV yang semakin bisa dirasakan mengingat lapisan ozon terus menipis.
Bahkan, organisasi meteorologi dunia juga pernah memperkirakan adanya kemungkinan kenaikan sebesar 1.5 derajat celsius yang akan meningkat setiap tahunnya.
“Akan terjadi tingkat keparahan yang lebih tinggi dari saat ini apabila manusia masih belum meningkatkan perbaikan aktivitas dan kewaspadaannya tentang isu pemanasan global,” ungkapnya, Jumat (19/5).
Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Unair ini menuturkan, bila tidak segera diatasi, penipisan lapisan ozon dapat meningkatkan terjadinya kanker kulit (melanoma), penekanan sistem kekebalan, serta mencairnya es dari Samudra Arktik dan mengakibatkan kepunahan beruang kutub pada tahun 2100.
ADVERTISEMENT
Guna menurunkan tingkat keparahan yang dirasakan, masyarakat dapat menggalakkan kembali penggantian Bahan Perusak Ozon (BPO). Salah satunya yakni mengurangi penggunaan AC.
“Masyarakat dapat mengurangi penggunaan AC sebagai salah satu material penghasil gas CFC yang dapat merusak ozon. Sedangkan pemerintah dan industri melaksanakan kebijakan yang telah diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan No.83/M-DAG/PER/10/2015 tahun 2015 tentang ketentuan impor bahan perusak lapisan ozon,” tukasnya.