Konten Media Partner

Gangguan Vaginismus Bisa Disebabkan Trauma Masa Lalu

23 November 2021 11:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Vaginismus merupakan satu kondisi di mana otot-otot vagina tegang dan penetrasi sulit dilakukan. Hal ini biasanya membuat perempuan merasa nyeri dan trauma untuk melakukan hubungan seksual.
ADVERTISEMENT
Dr. dr Eighty Mardayani, K, dr. SpOG (K), mengatakan, penyebab munculnya vaginismus bisa diklasifikasikan menjadi dua tipe. Yakni vaginismus primer, dimana penetrasi vagina tidak pernah tercapai.
Kedua adalah vaginismus sekunder. Yakni penetrasi pernah terjadi namun sulit dilakukan lagi. Biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti operasi ginekologi, trauma atau pengaruh radiasi.
Menurutnya, kondisi ini memang tidak membahayakan secara medis dan bisa diatasi. Lantas bagaimana caranya?
Dr. Eighty menuturkan, pada prinsipnya pengobatan vaginismus tergantung pada penyebabnya. Pertama yakni harus dilakukan pengobatan secara psikologis.
"apakah ada trauma-trauma masa lalu yang menyebabkan kondisi vaginismus. Lalu kita lakukan pemeriksaan secara detail anatomi faktor-faktor anatomis yang terkait dengan vaginismus tersebut," tuturnya, Selasa (23/11).
Apabila penyebab vaginismus cenderung dominan pada aspek psikologis, maka harus dilakukan pendekatan dan dibenahi secara psikolgis. Namun, jika faktor anatomi yang dominan maka bisa dilakukan terapi untuk melatih otot-otot miss V agar tau waktunya relaksasi dan kapan waktunya kontraksi.
ADVERTISEMENT
"Biasanya kalau faktor psikologis yang dominan, dokter kandungan akan bekerjasama dengan psikiater," tambahnya.
Ia mengungkapkan, terapi untuk vaginismus ini bermacam-macam tergantung kondisi keparahanya. Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah senam kegel.
"Senam ini fungsinya untuk melatih otot-otot di seputar vagina, melatih supaya dia bisa berkontraksi dan berelaksasi sesuai kemampuan kita," tambahnya.
Selain senam kegel, bisa juga melakukan dilatasi secara mandiri mengunakan alat dilator. Tujuannya supaya otot-otot di dinding vagina bisa terbuka pelan-pelan saat ada benda asing masuk.
Apabila pasien kesulitan terapi dilatasi, dokter spesialis akan menyarankan tindakan lanjutan yakni suntik botox. Fungsi suntik botox adalah untuk merelaksasikan otot-otot di dinding vagina.
"Suntik botox ini harus dilakukan oleh dokter spesialis dengan prosedur medis dan anastesi. Tanpa anastesi, dokter akan kesulitan melakukan tindakan karena kondisi vaginismus dengan derajat keparahan yang berat tidak memungkinkan pemeriksaan tanpa anastesi. Umumnya suntik botox ini dapat dilakukan setiap 4-6 bulan sekali tergantung kebutuhan pasien. Namun ada juga pasien yang sekali suntik botox sudah normal dan tidak perlu melakukannya lagi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT