Konten Media Partner

Hati-hati Mengalami Post Holiday Blues Usai Libur Lebaran, Apa Itu?

10 April 2025 6:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cemas ketika di kantor. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cemas ketika di kantor. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Setelah berakhirnya liburan panjang lebaran di Indonesia, banyak orang mengalami sebagai post holiday blues. Istilah ini merujuk pada perasaan sedih, cemas, atau kelelahan yang dialami seseorang setelah kembali ke rutinitas normal usai periode liburan yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya mengatakan, penyebab dari post holiday blues pasca libur panjang Idulfitri dapat bervariasi. Salah satunya adalah perpisahan dengan keluarga dan teman-teman yang tercinta setelah momen kebersamaan yang menyenangkan selama liburan.
"Selain itu, kembalinya ke rutinitas harian yang monoton juga dapat menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan semangat. Ketidaknyamanan dalam menyesuaikan diri kembali dengan jadwal kerja atau aktivitas sehari-hari juga bisa menjadi faktor penyebab lainnya," ungkap Uswatun dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Kamis (10/4).
Uswatun menjelaskan, tanda dan gejala dari post holiday blues dapat berbeda-beda bagi setiap individu. Namun beberapa ciri umum yang sering muncul meliputi perasaan sedih atau muram, kurangnya motivasi atau semangat, kesulitan berkonsentrasi, dan perubahan dalam pola tidur atau nafsu makan.
ADVERTISEMENT
“Beberapa orang juga dapat mengalami gejala fisik seperti kelelahan atau sakit kepala akibat stres yang dialami,” imbuhnya.
Untuk mengatasi masalah post holiday blues pasca libur panjang Idulfitri, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan menurut Uswatun.
Pertama, dalam mengatasi post holiday blues adalah dengan menerima perasaan yang dialami secara terbuka. Sadari bahwa perasaan sedih atau cemas setelah liburan adalah normal dan dapat dialami oleh siapa pun.
Kedua, tetap aktif dan mulai menyusun jadwal kegiatan yang produktif. Seseorang bisa memulai kembali rutinitas harian dengan menyusun kegiatan yang membuat diri semakin produktif namun tetap bermanfaat dan menyenangkan baik dalam lingkungan kerja maupun di luar kantor.
“Aktivitas fisik seperti olahraga ringan atau jalan-jalan dapat menjadi alternatif yang efektif membantu mengalihkan perasaan sedih dan meningkatkan mood,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, lakukan reminiscence. Reminisens adalah salah satu bentuk psikoterapi dimana individu mengingat momen bahagia atau menyenangkan yang pernah dilalui sebelumnya. Mengingat kembali momen indah yang membahagiakan selama liburan dapat mengurangi stress. Reminisens bisa dilakukan sendiri atau berkelompok dengan anggota keluarga maupun peer group.
“Sharing cerita-cerita menarik dan pengalaman positif yang dilalui selama liburan dengan orang-orang terdekat dapat membantu memperpanjang kebahagiaan tersebut dan mengurangi perasaan sedih,” katanya.
Keempat, tetap terhubung. Artinya, tetap terhubung dengan teman atau keluarga yang berada jauh dari kita dapat mengurangi rasa sedih, dan perasaan dekat satu sama lain akan terbentuk, meski jarak memisahkan. Jangan ragu untuk menghubungi mereka, karena menjaga hubungan sosial dapat memberikan dukungan emosional.
Kelima, atur rencana masa depan. Tetapkan rencana untuk liburan berikutnya atau jadwalkan aktivitas menyenangkan lainnya dengan baik, buat diri menantikan moment liburan yang telah direncanakan. Memiliki sesuatu yang ditunggu-tunggu dapat membantu meningkatkan suasana hati dan motivasi.
ADVERTISEMENT
Keenam, fokus pada diri sendiri. Luangkan waktu untuk merawat diri sendiri dengan melakukan aktivitas yang menenangkan seperti meditasi, yoga, atau membaca buku. Merawat diri sendiri secara fisik dan emosional dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Uswatun menegaskan, penting untuk ditanamkan pada diri bahwa hal ini merupakan gejala sementara dan perasaan ini akan hilang dengan sendirinya seiring waktu berlalu, dan saat ini banyak individu lain juga menghadapinya.
“Jika merasa kesulitan mengatasi perasaan sedih atau gejalanya menetap lebih dari 2 minggu atau bahkan 1 bulan, disarankan agar segera mencari bantuan dari profesional kesehatan mental,” pungkasnya.