Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kisah Ella, Anak Penjual Nasi yang Lulus Kuliah dengan Cumlaude
27 September 2024 8:05 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Lailatul Muharromah, mahasiswi Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Unusa berhasil meraih gelar predikat cumlaude dengan capaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98. Semangat anak muda kelahiran Lamongan, 21 April 2001 dalam menempuh pendidikan S1 bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.
ADVERTISEMENT
Diungkapkan Ella, demikian ia biasa disapa, setelah lulus dari bangku SMA ia sempat tidak kuliah karena tidak ada biaya. Namun setahun kemudian, atas saran teman dan guru-gurunya, ia mencoba mengadu peruntungan mendaftar di program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK).
“Alhamdulillah saya diterima untuk kuliah melalui beasiswa KIPK,” ujar Ella, usai wisuda, Kamis (26/9) kemarin.
Orang tua Ella yang berprofesi sebagai penjual makanan termasuk nasi, tidak bisa menyekolahkan Ella sampai ke perguruan tinggi.
“Motivasi utama saya dalam menyelesaikan studi adalah keinginan untuk selalu berdampak dan bermanfaat bagi orang lain. Sejak SMP saya sudah mulai menanamkan nilai tersebut dalam diri. Saya selalu ingin bisa berperan aktif dan memberi manfaat, baik melalui hal-hal kecil seperti membantu teman, hingga berdampak lebih besar melalui kegiatan sosial dan organisasi,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Anak pertama dari pasangan Musrap Efendi dan Khusnul Khotimah, yang berprofesi sebagai penjual nasi ini, mengungkapkan, baginya meraih prestasi cumlaude adalah sebuah bonus dari keteguhan dan kedisiplinan diri dalam menuntut ilmu dan mencari pengalaman. Ella percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga bagaimana bisa berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Perjalanannya meraih prestasi ini tentu tidak mudah. Ella mengakui bahwa tantangan terbesar yang harus ia hadapi adalah dirinya sendiri, terutama ketika rasa malas dan kegelisahan menghadapi kegagalan datang menghampiri.
“Menghadapi diri sendiri adalah tantangan terbesar. Rasa malas, takut gagal, itu sering muncul. Tetapi saya selalu berusaha untuk menemukan motivasi pribadi dan menetapkan tujuan yang jelas,” tuturnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Ella pun menerapkan beberapa langkah. Pertama, ia menemukan motivasi pribadi yang kuat untuk terus melangkah maju. Kedua, ia menetapkan tujuan jangka panjang dengan pasti sehingga memiliki arah yang jelas. Ketiga, ia mengatur waktu dengan bijak, menghindari sistem kebut semalam dan memprioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan tenggat waktu.
ADVERTISEMENT
“Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas dengan baik dan maksimal. Setiap tugas saya catat dan saya urutkan sesuai prioritas. Dengan begitu, semua bisa terselesaikan tepat waktu dan tanpa beban berlebihan,” jelasnya.
Tak hanya berprestasi di bidang akademik, anak pertama dari tiga bersaudara ini juga aktif berorganisasi dan mengikuti berbagai kegiatan sosial. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa Periode 2023-2024 dan sebagai Wakil Bupati Himpunan Mahasiswa (HIMA) PGSD Periode 2022-2023.
“Berorganisasi memberi banyak pengalaman berharga. Saya belajar bagaimana mengelola acara, berkoordinasi dengan banyak pihak, dan memimpin tim dalam situasi yang menantang,” katanya.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan baginya adalah ketika ia mengelola beberapa acara hingga skala nasional. Ia merasa bangga bisa memberikan pengalaman yang berkesan dan bermanfaat bagi anggota organisasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat seperti Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPKO) di Kampung 1001 Malam, Surabaya, serta menjadi volunteer mengajar anak-anak yang tinggal di pesisir pantai. Ia juga terlibat dalam program pembelajaran budaya lokal di Mojokerto.
Tidak hanya berhenti di situ, Ella juga mengimplementasikan ilmu yang diperolehnya dari bangku kuliah dengan mengikuti Program MBKM Kampus Mengajar Angkatan 4.
“Saya merasa beruntung bisa mengaplikasikan ilmu yang saya pelajari di kelas ke dunia nyata. Mengajar di daerah yang minim akses pendidikan membuat saya semakin memahami pentingnya peran guru dalam mencerdaskan anak bangsa,” ungkapnya.
Lantas siapa sosok yang paling berpengaruh dalam perjalanan akademik Ella? “Kedua orang tua. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dorongan dan doa terbaik dalam setiap langkah. Setiap kali saya mengikuti lomba atau kegiatan, saya selalu berpamitan dan memohon doa restu. Ayah dan ibu selalu berpesan, ‘Semoga menjadi yang terbaik fi dunya wal akhiroh, jangan lupa sholatnya mbak’. Itu menjadi pengingat dan motivasi terbesar bagi saya,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Peran keluarga tidak hanya sebagai penyemangat, tetapi juga sebagai pendukung utama yang memberikan lingkungan positif bagi Ella untuk belajar dan berkembang.
“Keluarga adalah tempat pulang yang selalu mendukung saya, baik secara emosional maupun materi. Mereka selalu ada saat saya menghadapi tantangan dan kesulitan,” tambahnya.
Setelah menyelesaikan studinya di Unusa, Ella memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dengan beasiswa. Ia bercita-cita untuk melanjutkan studi di luar negeri dengan beasiswa LPDP.
“Saat ini saya sedang mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa melanjutkan studi. Pendidikan S1 di Unusa telah memberikan fondasi yang kuat bagi saya, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang dibutuhkan untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya,” pungkasnya.