Konten Media Partner

Kisah Mahasiswa di Surabaya yang Berhasil Lulus Tanpa Bikin Skripsi

9 September 2023 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Mahasiswa di Surabaya yang Berhasil Lulus Tanpa Bikin Skripsi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Alumnus Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Wahyu Cahyono Putro berhasil lulus tanpa skripsi. Keberhasilan pemuda asal Probolinggo itu merupakan buah dari keikutsertaan dan keberhasilannya meraih pendanaan di Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) besutan Kemenristekdikti.
ADVERTISEMENT
Wahyu bercerita bahwa keantusiasannya dalam PKM karena saat itu di tahun 2016 pembukaannya sedang gencar-gencarnya. Ia juga mengaku jika sejumlah seniornya yang juga berhasil lulus kuliah tanpa skripsi membuatnya berkeinginan untuk mengikuti jejak mereka.
“Di PKM waktu itu lagi gencar-gencarnya pembukaan, jadi aku semangat aja buat join terus ikut kegiatannya,” ungkap Wahyu, Sabtu (9/9).
Ia tidak menyangka bahwa keputusan itu akan banyak mengubah jalannya di perguruan tinggi. Ia berhasil lolos pendanaan PKM dan seketika juga keinginannya mendapatkan ‘tiket emas’ untuk lulus tanpa skripsi bisa terkabulkan. Dengan itu, ia berhasil lulus dan menjadi wisudawan tepat pada tahun 2023.
Meskipun ia berhasil lulus tanpa skripsi, bukan berarti ia bisa menjadi alumnus tanpa menghasilkan satu karya apa pun. Sebagai ganti skripsi itu, ia menyusun satu artikel ilmiah yang jadi syarat pengganti skripsi itu.
ADVERTISEMENT
“Lebih tepatnya, skripsiku itu berdasarkan hasil penelitian dan karya ilmiah berbasis kompetisi PKM-KC tahun 2021 yang pernah aku ikutin bareng timku. Jadi dengan karya ilmiah dengan tema yang aku usung di PKM aku jadiin skripsi,” jelasnya.
Artikel ilmiah tersebut ia susun dengan judul EMOSIA: Media Edukasi Emosi untuk Anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder). Ia, tim serta kerja sama dengan salah satu vendor menghasilkan satu aplikasi yang ia jadikan payung agar bisa menyusun artikel ilmiahnya dari karya itu.
EMOSIA merupakan satu aplikasi yang diciptakan untuk anak dengan ASD. Mereka dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk mengenali dan mengembangkan emosi yang ada pada dirinya.
Bagi Wahyu, antara lulus dengan skripsi atau tugas pengganti berupa artikel keduanya sama-sama tidak mudah. Ketika memutuskan untuk berpartisipasi dalam ajang PKM, perlu waktu yang panjang dan proses yang tidak mudah untuk melaluinya.
ADVERTISEMENT
“Kalau gak salah itu berlangsung selama kurang lebih sebelas bulan dari awal banget sampai hari H penentuan kelulusan PIMNAS-nya. Kita harus pinter manajemen waktu karena tentunya kita masih mengikuti kuliah dengan bobot dan kesibukannya masing-masing,” ujarnya.
Wahyu sebagai ketua tim waktu itu harus banyak mengatur selama prosesi berlangsungnya kompetisi. Menurutnya, proses itu bertambah sulit karena pada masa itu tengah mewabahnya COVID-19 dan setiap pekerjaan harus berbasis di rumah masing-masing.