Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kisah Mahasiswa Kedokteran di Surabaya Tertarik Masuk Ponpes Usai Baca Novel Ini
3 September 2024 7:04 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Selama ini, stigma seorang santri yang beredar di masyarakat identik dengan bidang agama saja. Namun, seorang santri bernama Ryan Nur Fikri berhasil mematahkan stigma tersebut.
ADVERTISEMENT
Ryan, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), membagikan perjalanan hidupnya. Ia bercerita, bahwa ketertarikan awal masuk pesantren tumbuh setelah membaca novel Negeri 5 Menara yang memberikan ketenangan hati.
"Saya merasa ada panggilan dalam hati setelah membaca novel itu. Saya pun mencari tahu lebih jauh tentang pesantren. Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi di Pondok Modern Darussalam Gontor," ujar Ryan, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Selasa (3/9).
Ryan menjelaskan, kehidupan di pondok Gontor tempat ia menimba ilmu, sangat berpusat pada masjid dan kiai sebagai figur sentral. Kegiatan sehari-hari santri meliputi mengaji, belajar di sekolah, salat, dan belajar malam terbimbing.
"Di pondok, kami juga menggunakan bahasa Inggris dan Arab dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga kami terbiasa dengan disiplin yang tinggi dan lingkungan yang religius. Saya menempuh pendidikan selama enam tahun, dengan satu tahun pengabdian wajib setelah lulus," tambah mahasiswa angkatan 2022 itu.
ADVERTISEMENT
Setelah menyelesaikan masa pengabdian di ponpes, Ryan pun memulai perjuangannya mengejar ketertinggalan dalam persiapan masuk FK. Ia menyebut, selama satu bulan setelah masa pengabdian mengikuti les intensif.
“Selama satu bulan, saya fokus mengejar semua materi hingga Alhamdulillah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Namun, saya merasa saat ini sudah banyak jalur masuk untuk santri ke universitas, seperti jalur tahfiz dan lainnya,” ungkap Ryan.
Lebih lanjut, Ryan mengungkapkan saat awal masa studi sempat mengalami culture shock. Ia menceritakan, sempat merasa minder dengan latar belakangnya sebagai santri dan mencoba menyembunyikannya.
“Saya merasa tidak percaya diri, tetapi seiring waktu, teman-teman saya mengetahui latar belakang saya dan justru menghormati saya lebih dari sebelumnya,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Ryan menyampaikan pesan kepada para santri agar tidak minder dan terus berusaha meraih impian. Seorang santri, katanya, dapat menggapai impian yang tinggi dan berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran.
"Pendidikan agama dan karakter yang kuat adalah fondasi utama. Dengan fondasi tersebut, kalian bisa meraih cita-cita apa pun, baik sebagai dokter, pengusaha, atau profesi lainnya. Yang penting, jangan pernah berhenti berdakwah di ladang apa pun yang kalian pilih," pungkasnya.