Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Latih Disiplin Bukan dengan Masuk Jam 5 Pagi, Ini Saran Aktivis Pendidikan
2 Maret 2023 14:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Belum lama ini, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat, tengah menjadi sorotan banyak pihak akibat kebijakan baru yang ia keluarkan.
ADVERTISEMENT
Dalam kebijakan tersebut, Viktor mewajibkan murid SMA/SMK untuk masuk sekolah pukul 5 pagi waktu setempat. Menurutnya, kebijakan ini bertujuan meningkatkan kedisiplinan dan etos kerja murid.
Menanggapi hal itu, Rizqy Rahmat Hani, ketua Kampus Pemimpin Merdeka, mengatakan, jika karakter yang diharapkan itu tidak muncul dari jam sekolah yang dimajukan.
“Tapi karakter tersebut bisa ditumbuhkan bukan dari faktor jam berangkat sekolah dimundurkan atau dimajukan. Banyak faktor, dari ekosistem lingkungan murid, kurikulum, proses pembelajaran, kualitas guru, dan sebagainya,” kata Rizqy, Kamis (2/3).
Aktivis pendidikan ini mengungkapkan, jam sekolah yang terlalu pagi bisa mengganggu banyak hal. Misalnya saja kesehatan dan kesejahteraan murid karena kurang waktu tidur, waktu dengan keluarga, dan aktivitas lainnya.
Menurutnya, ada lima hal yang bisa dilakukan jika ingin murid memiliki karakter disiplin dan etos kerja yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Pertama, membangun lingkungan pendidikan yang kondusif agar murid bisa belajar dengan suasana nyaman.
Kedua, guru dan kepala sekolah bisa memperkenalkan murid dengan sosok inspiratif yang memiliki karakter tersebut. Bahkan guru, tenaga pendidik, dan kepala sekolah sendiri yang bisa menjadi role modelnya.
"Ketiga, bisa melakukan pendekatan yang lebih personal. Ketika tindakan murid menantang, maka bukan hukuman yang diberikan, melainkan pendekatan personal untuk mengetahui akar permasalahan. Lalu memberi motivasi dan dukungan," jelasnya.
Keempat, mengembangkan program pendidikan yang tepat. Misalnya saja Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka yang bisa menjadi landasan pengembangan program.
"Para stakeholder dapat mengembangkan program pendidikan yang tepat, seperti program pengembangan karakter atau program pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kedisiplinan dan etos kerja murid. Ini bisa dikaitkan dengan (P5) dalam Kurikulum Merdeka,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pentingnya peran orang tua untuk menumbuhkan karakter murid. Dalam hal ini, pihak sekolah bisa mengundang orang tua secara rutin ke sekolah terkait memberikan informasi bagaimana agar mereka bisa mendukung pembelajaran anaknya di rumah.
“Seringkali orang tua diundang ke sekolah hanya ketika rapotan atau ketika anaknya melakukan kesalahan di sekolah. Seharusnya pihak sekolah membangun hubungan dengan orang tua, rutin mengundang dan berdiskusi,” tukasnya.