Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Melihat Masa Depan Pendidikan Vokasi yang Menjawab Kebutuhan Dunia Usaha
23 November 2021 8:08 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Penelitian terapan di perguruan tinggi vokasi (PTV) saat ini masih banyak yang bercampur dengan penelitian akademik. Meski ada yang sudah melaksanakan penelitian dengan tujuan menghasilkan produk, namun sebagian besar masih melaksanakan penelitian dasar yang menjadi bidang penelitian akademik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pun terus mendorong agar riset terapan di PTV dapat menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) serta masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu upaya membangun ekosistem riset terapan inovatif yang sinergis dan aplikatif guna berkontribusi terhadap kebutuhan DUDI dan masyarakat, Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kemendikbudristek menggelar diskusi kelompok terpumpun (DKT) atau _focus group discussion_ (FGD). DKT tersebut bertema “Membangun Ekosistem Riset Terapan Inovatif yang Sinergis dan Aplikatif sebagai Kontribusi Nyata terhadap Kebutuhan Dunia Usaha, Dunia Industri, dan Masyarakat”. Acara ini digelar pada 22-24 November 2021 di Surabaya, Jawa Timur.
“Target utama penelitian terapan pendidikan tinggi vokasi adalah menghasilkan penelitian terapan yang dapat menghasilkan produk-produk nyata yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat, yang dapat bermanfaat dan digunakan secara luas oleh masyarakat,” kata Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaya, dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, Selasa (23/11).
ADVERTISEMENT
Adapun tantangan riset terapan, kata Beny, adalah bagaimana membuat koneksi antara peneliti dengan dunia industri atau pengguna hasil penelitian.
“Agar hasil penelitian dapat dilanjutkan menjadi produk nyata yang digunakan oleh masyarakat dan diproduksi massal oleh industri,” tuturnya.
Sebagai solusinya, diungkapkan Beny, adalah dengan membuat kebijakan penelitian yang mendorong dosen peneliti untuk bekerja sama dengan dunia industri, serta memberikan dana pendampingan (matching fund) bagi peneliti yang bekerja sama dengan industri.
Beny berharap DKT kali ini dapat memberikan gambaran yang jelas bagi para peserta, baik pimpinan perguruan tinggi vokasi, kepala pusat penelitian, dosen maupun kalangan industri.
“Sehingga, kebijakan penelitian yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi untuk perguruan tinggi vokasi mendapatkan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder),” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan penelitian merupakan kewajiban bagi dosen, karena mereka memiliki tugas utama Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Dosen vokasi sebaiknya melaksanakan tugas utamanya itu dengan menerapkan penelitian yang berorientasi luaran produk terapan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” imbau Beny.
Sementara itu, Ketua Panitia DKT tersebut, Adrianus Amheka menyebutkan, sejatinya riset terapan pada PTV khususnya selama kurun waktu setahun ini sudah semakin membaik. Bahkan telah terjadi eksponensial dalam hal kontribusi nyata pada permasalahan masyarakat dan industri.
“Saya melihat telah terjadi akselerasi pada perkembangan riset terapan yang terukur baik dengan indikator sederhana yakni menjawab kebutuhan masyarakat dan industri jangka pendek. Indikator yang sederhana ini, namun padat makna sesuai dengan harapan dorongan permintaan (driven demand) atau kebutuhan masyarakat (customer needs), yaitu masyarakat dan industri pada berbagai level,” jelas Adrianus.
ADVERTISEMENT
Karenanya, riset terapan di PTV harus mampu menghasilkan produk riset yang bermanfaat dan bermakna bagi masyarakat dan industri, serta menjawab permasalahan riil mereka.
Adrianus menyebutkan, salah satu tantangan riset terapan adalah adanya ketimpangan dalam pemahaman esensi riset terapan dari para pemangku kepentingan.
“Cara pandang harus diubah bukan sebatas dorongan aspirasi (aspiration driven) dari masyarakat dan industri untuk dipenuhi PTV, namun dipastikan wajib pada ranah dorongan permintaan (demand driven) yaitu bisa berupa produk industri/desain produk menuju produk laik industri dan siap dikomersialisasikan secara massal sehingga tercipta ketautsesuaian (link and match),” tutur Guru Besar Politeknik Negeri Kupang tersebut.