Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jelang akhir tahun 2020, dimanfaatkan oleh Kawan Netra untuk terus melakukan kebaikan dan bermanfaat untuk sesama.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yakni dengan mengadakan kegiatan khataman Al-Qur'an yang diikuti oleh 15 peserta tuna netra dan 15 peserta pendamping (non tuna netra).
Gusti Mohammad Hamdan selaku founder Urunan Kebaikan mengatakan dalam kegiatan bertema 'Buta Hati Terhadap Al-Qur'an', pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk tetap melakukan kebaikan, serta meningkatkan iman dan taqwa terutama di masa pandemi saat ini.
"Artinya secara fisik kaum disabilitas (tuna netra) memang buta dari matanya. Tapi di tengah kebutaan, hati mereka terang karena membaca Al-Qur'an. Jadi ini juga bisa dikatakan sebagai renungan akhir tahun buat kita semua," kata Gusti ketika ditemui Basra, Minggu (27/12).
Gusti menuturkan, jika kegiatan khataman Al-Qur'an ini baru pertama kalinya diselenggarakan oleh Kawan Netra. Bahkan, dalam kegiatan tersebut turut andil teman-teman disabilitas lainnya dengan memberikan Al-Qur'an digital kepada para peserta tuna netra.
ADVERTISEMENT
"Dari sini kita belajar untuk bisa saling membantu dan bermanfaat untuk sesama. Semoga apa yang kita lakukan ini bermanfaat untuk banyak orang," tuturnya.
Sementara itu, Ahmad Budianto salah satu peserta tuna netra ini mengaku senang lantaran bisa melakukan khataman Al-Qur'an bersama teman-teman disabilitas lainnya.
Ia mengaku, sebelum pandai membaca Al-Qur'an dengan huruf braile ia harus belajar terlebih dahulu selama dua bulan.
"Saya masuk SLB kan waktu usia 18 tahun. Dari sana justru saya lebih cepat untuk belajar tulisan arab dengan braile," kata Budi.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait kendala yang ia alami ketika membaca Al-Qur'an menggunakan braile, Budi mengaku jika penampatan harakatnya berbeda dengan tulisan arab pada umumnya.
"Kesusahannya ada beberap huruf yang mirip. Lalu penempatan harakat kalau dengan tulisan braile itu ada di sampingnya. Kalau umum kan biasanya ada di atas huruf," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pria 41 tahun ini telah lancar membaca Al-Qur'an dengan braile. Bahkan, ia juga menjadi pengajar di salah satu TPQ inklusi yang ada di di Surabaya.
"Harapannya, kegiatan ini akan selalu berkelanjutan dan bisa ke tempat-tempat lain. Agar masyarakat tau walaupun kita tuna netra kita bisa baca Al-Qur'an," tutupnya.