Konten Media Partner

Mengenal Pejuang Tanpa Plastik Aeshnina, Si 'Greta Thunberg' Asal Gresik

24 November 2021 11:38 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aeshnina Azzahra Aqilani.
zoom-in-whitePerbesar
Aeshnina Azzahra Aqilani.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, Aeshnina Azzahra Aqilani sudah diajarkan cara untuk mengurangi sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan orang tua Nina, mengingat jumlah limbah plastik yang semakin menumpuk dan jika tidak diolah dengan benar bisa membahayakan kesehatan.
"Dari kecil saya selalu diajarkan untuk mengurangi plastik sekali pakai. Kami jarang makan jajanan snack multilayer, hanya makan-makanan alami dan tidak berbungkus plastik sekali pakai. Kalau memang kami terpaksa banget beli, sampahnya kami kirim ke TPS yang sudah disediakan," kata Nina pada Basra, Rabu (24/11).
Nina mengungkapkan, saat ini kondisi sampah di Indonesia terutama di Surabaya dan Jawa Timur, sangat buruk. Pasalnya, pemerintah tidak menyediakan fasilitas pengumpulan sampah dan pengolahannya.
Nina menuturkan, jika fasilitas tersebut hanya 30 persen di pusat kota saja, dan pemerintah seringkali menyalahkan masyarakat karena kurang peduli.
ADVERTISEMENT
"Padahal mereka (pemerintah) sendiri kurang memfasilitasi. Apalagi karena pandemi, banyak orang yang membeli paket online, dan masker sekali pakai yang menjadi masalah baru sehingga mengganggu ekosistem lingkungan," ungkapnya.
Tak hanya itu, berdasarkan pengamatan yang ia lakukan, di TPA Ngipik, Gresik, masyarakat menumpuk sampahnya yang bercampur kemudian ditutupi dengan tanah urukan, hingga menjadi bukit sampah yang tanahnya tidak subur dan beracun.
"Dan 521.540 ton sampah kita dibuang ke laut, udah jelas banget bahwa itu salah. Menurut saya, pemerintah harus membuat regulasi pengurangan plastik sekali pakai dan mempunyai tempat pengolahan sampah yang baik, seperti yang organik dikomposkan," jelas remaja 14 tahun ini.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait daur ulang sampah, Nina mengatakan jika hal itu tidaklah efektif karena akan menimbulkan sampah baru.
ADVERTISEMENT
"Kalau didaur ulang menjadi barang-barang itu kurang efektif, karena pasti sebentar lagi rusak dan tidak berguna, lalu dibuang dan menjadi sampah. Untuk itu, saya mau mendorong pemerintah lokal agar membuat peraturan pelarangan plastik sekali pakai dan berusaha mengurangi gas emisi rumah kaca dengan cara memanfaatkan panas matahari," tutupnya.
Diketahui, Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg merupakan aktivis lingkungan Swedia yang bekerja mengampanyekan isu-isu terkait pemanasan global dan perubahan iklim.
Bahkan pada bulan Agustus 2018, ia menjadi tokoh terkemuka untuk memulai pemogokan sekolah pertama untuk iklim di luar gedung parlemen Swedia. Pada Desember tahun yang sama, ia berpidato di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pada Januari 2019 ia diundang untuk berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss .
ADVERTISEMENT