Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pemuda Penyandang Cerebral Palsy Juara Lomba Azan dan Jago Ngaji
22 Maret 2024 6:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Memiliki keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi Rian Dwi Pradana (21) untuk berprestasi. Nyatanya, Rian mampu menjadi muazin dan qori. Bahkan kepiawaian Rian mengumandangkan azan telah berbuah penghargaan.
ADVERTISEMENT
"Rian baru saja menang lomba azan, juara dua. Lomba azan antar TPQ (Taman Pendidikan Al-quran) di Surabaya," ujar Fatimah, ibunda Rian, saat ditemui Basra disela kegiatan bakti sosial salah satu SMA di Surabaya, belum lama ini.
Fatimah mengungkapkan jika Rian belajar azan secara otodidak. Rumahnya yang bersebelahan dengan musala menjadikan Rian kerap menyimak azan yang dikumandangkan. Hingga suatu hari saat ada pengurus musala yang berhalangan mengumandangkan azan, maka Rian berinisiatif menggantikannya.
Suara azan yang dikumandangkan Rian kala itu tak berbeda jauh dengan muazin yang biasa mengumandangkan azan di musala.
"Suaranya persis, saya saja kaget kalau itu Rian yang azan," tutur ibu dua anak ini.
Diakui Fatimah, jika Rian cukup cepat belajar dengan cara menyimak. Dengan mendengarkan secara saksama, maka Rian akan menangkapnya dengan mudah. Apalagi sebagai penyandang cerebral palsy, Rian memiliki kesulitan dalam membaca maupun menulis.
Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerakan dan koordinasi otot. Cerebral palsy juga telah membuat kedua kaki Rian cacat permanen.
ADVERTISEMENT
"Dia malah susah baca dan tulis, tapi kalau menyimak atau mendengarkan gitu cepat nangkapnya," tukas Fatimah.
Selain piawai mengumandangkan azan, Rian rupanya juga merupakan qori andal. Kemampuan Rian melantunkan ayat-ayat suci Al-quran dengan mentaati aturan-aturan (tajwīd) yang benar pernah dia tunjukkan di depan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan sang istri, Rini Indriyani.
"Pernah ada acara, Rian disuruh menunjukkan bakatnya di depan pak Wali, saya kira dia mau azan lah kok malah qoriah an. Saya sempat ndredeg (cemas) Rian bacaannya salah. Ternyata Rian malah dipuji sama Pak Wali dan ibu," kenang Fatimah.
Seperti halnya menjadi muazin, belajar melantunkan ayat-ayat suci Al-quran dilakukan Rian lewat mendengar melalui murottal, yakni rekaman suara Al Quran yang dilagukan oleh seorang qori atau pembaca Al Quran.
ADVERTISEMENT
"Rian setiap hari selalu murottalan, belajar ngaji juga setiap hari di musala. Tapi kalau membaca Al-Quran itu malah kesusahan dia. Dia lebih gampang kalau belajar dengan cara mendengarkan," terang Fatimah.
Fatimah mengaku bangga atas apa yang telah dilakukan sang putra. Bahkan saat ini Rian sedang memulai langkahnya menjadi seorang hafiz.
"Sekarang lagi belajar hafalan Al-quran, ya lewat murottal itu. Nggak nyangka kalau Rian akan bisa jadi seperti sekarang, pintar azan dan ngaji. Kalau ingat kondisi dia, dulu saya sering nangis. Cerebral palsy sudah membuat Rian mengalami gangguan permanen pada fisiknya," tandasnya.