Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Peneliti Unair Ungkap Kematian 51 Ikan Paus di Bangkalan
25 Februari 2021 11:24 WIB
ADVERTISEMENT
Dua hari sebelum peringatan World Whale Day, Minggu (21/2) kawasan selat Madura digegerkan dengan kematian massal paus yang teridentifikasi sebagai paus pilot sirip pendek atau Short fin pilot whale (Globicephala macrorhynchus) di Perairan Pantai Modung, Bangkalan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil identifikasi, sebanyak 52 paus pilot mati dan dikuburkan secara masal di dekat lokasi kejadian dengan bantuan alat berat, serta hanya ada 1 paus yang masih hidup.
Menanggapi kejadian itu, peneliti sekaligus Wakil Dekan Penelitian, Publikasi, Kolaborasi, dan Relasi Publik Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T., mengatakan, bahwa sekawanan paus pilot tersebut diduga mati karena empat faktor.
Pertama yakni adanya fenomena alam La Nina dan El Nino. Fenomena alam tersebut menyebabkan badai di kawasan selatan pulau Jawa atau Samudera Hindia.
“Fenomena alam La Nina dan El Nino juga memungkinkan perubahan magnetik di laut. Perubahan itu dapat berpotensi mengubah sistem sonar pada paus,” kata Dr. Sapto, Kamis (25/2).
ADVERTISEMENT
Dengan asumsi fenomena alam itu, dosen mata kuliah biologi laut tersebut menuturkan, jika sekawanan paus pilot bermigrasi ke wilayah yang lebih tenang dan berusaha berteduh dari kondisi badai laut di kawasan ini.
Namun, dugaan disorientasi ke wilayah yang semakin dangkal menyebabkan sekawanan paus justru berenang ke arah perairaan selat Madura yang lebih dangkal.
Dimana, kejadian serupa juga pernah terjadi pada Juni 2016 lalu. Menurut Dr. Sapto, kejadian tersebut sangat mungkin terjadi dengan kondisi yang sama dengan kasus di Bangkalan.
"Namun, sekawanan paus pilot itu mengarah ke selatan selat Madura, hingga akhirnya merapat di Perairan Probolinggo. Dari kasus saat itu, dilaporkan 10 paus mati dari kawaan paus yang berjumlah 32 ekor," ungkapnya.
Selain cuaca, Dr. Sapto menegaskan bahwa kematian paus memiliki beragam aspek yang masih perlu mendapatkan kajian secara mendalam. Baik dari sisi habitat tempat hidupnya, behavior-nya yang hidup dalam kelompok, maupun kemungkinan penyakit pada paus Alpha (pemimpin) yang menyebabkan anggota kelompok paus tersebut ikut mati. ”Saat ini kami juga terus meneliti terkait itu," katanya
ADVERTISEMENT
Faktor ketiga yakni masalah pencemaran di daratan serta banyaknya pencemaran sampah plastik yang terus meningkat juga menyebabkan kualitas perairan pesisir laut semakin menurun.
Di sisi lain, paus melakukan migrasi ke daerah itu dalam rangka mencari kawasan yang tenang dan aman. “Dengan kondisi sedimentasi yang tinggi dan pencemaran domestik berupa sampah dan plastik yang juga tersebar, menjadikan tingkat stres paus-paus yang terdampar sangat tinggi,” tambahnya.
Faktor keempat yakni karena aktivitas manusia. Dr. Sapto pun mengomentari beberapa video amatir yang tersebar di sejumlah media online. Dimana masyarakat terlihat yang tengah asyik berfoto bahkan menaiki paus yang dalam kondisi semakin stres.
Menurutnya, kesadaran masyarakat terkait ekosistem laut perlu menjadi perhatian dan kajian ke depan. Terutama terkait dengan pengetahuan terhadap biota dan ekosiste laut.
ADVERTISEMENT
Fenomena itu juga menjadi kesempatan untuk melakukan evaluasi dalam upaya kampanye ekosistem laut ke depan
“Belum lagi warga yang berkerumun di sekitar ikan paus yang mencoba memberikan pembasahan, namun kemungkinan dilakukan pada bagian dekat blow hole (Lubang pernapasan terletak berdekatan dengan bagian depan kepala dan condong ke kiri). Ini malah menyebabkan mamalia laut stres akibat sulit bernafas,” jelasnya.
Untuk menghindari hal itu, Dr. Sapto mengungkapkan bahwa upaya perbaikan kualitas lingkungan laut masih menjadi tugas besar bagi kita bersama. “Intinya, mari kita memperbaiki lingkungan laut sekaligus menjaga keanekaragaman hayati laut Indonesia,” tutupnya.