Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK., menegaskan, jika masyarakat harus lebih waspada terhadap munculnya mutasi Sars-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yakni Varian E484K yang disebut-sebut lebih ganas dari varian biasa. Varian ini pertama pertama kali terdeteksi di wilayah DKI Jakarta.
Dr. Agung menjelaskan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi Varian E484K adalah dengan monitoring surveilans. Menurutnya monitoring surveilans perlu dilakukan terutama pada kasus yang ada di masyarakat.
"Kemudian melakukan surveilans epidemiologi kasus yang dicurigai, misalnya adanya anomali pada daerah tertentu. Kemudian deteksi kasus pada Varian E484K,” ungkapnya, Kamis (15/4).
Guna melancarkan hal itu, dosen Fakultas Kedokteran Unair ini menuturkan, perlu adanya koordinasi dengan pihak terkait terutama pemerintah dan rumah sakit. Tujuannya untuk mempersiapkan adanya kemungkinan kejadian luar biasa yang tidak diinginkan.
"Yang tak kalah penting yakni menyiapkan sarana dan pra sarana untuk mengakomodasi seandainya terjadi peningkatan kasus. Vaksinasi juga harus dilakukan lengkap serta edukasi terkait 5M harus terus digencarkan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Dr. Agung juga mengungkapkan, secara internasional, koordinasi terkait surveilans juga perlu diupayakan. Seperti melakukan konsultasi bersama ahli dengan tim WHO yang mampu mendeteksi keberadaan sekaligus membantu proses surveilans.
“Ini perlu dilakukan terutama pada epidemiologi COVID-19, derajat keparahan, efektivitas di kesehatan masyarakat, dan sosial. Juga pada terapi dan proses vaksinasi yang harus kita lakukan di masyarakat,” ungkap Dewan Pakar Satgas COVID-19 IDI Jawa Timur itu.
Ia juga menyampaikan bahwa selama virus masih terus menginfeksi manusia, mutasi Sars-CoV-2 akan tetap berlanjut. Artinya bahaya masih mengancam.
Oleh sebab itu, Dr. Agung mengimbau masyarakat agar tetap mempertahankan 5M. Seperti memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilisasi.
ADVERTISEMENT
“Mutasi apapun memang berbahaya. Tapi mau mutasi bagaimana pun, cara mencegahnya sama, yaitu dengan 5M,” tegasnya.