Konten Media Partner

Saksi Bisu Peristiwa Perobekan Bendera, Ada Apa di Kamar 33 Hotel Majapahit?

19 September 2023 8:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kamar 33 Hotel Majapahit yang sempat menjadi kantor Belanda jelang peristiwa perobekan bendera tanggal 19 Agustus 1945. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Kamar 33 Hotel Majapahit yang sempat menjadi kantor Belanda jelang peristiwa perobekan bendera tanggal 19 Agustus 1945. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Tepat hari ini, 19 September pada tahun 1945 silam, terjadi peristiwa bersejarah di Kota Surabaya. Kala itu terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda oleh pemuda Surabaya. Aksi heroik yang dilakukan oleh arek-arek Suroboyo ini terjadi di Hotel Yamato, atau saat ini dikenal dengan Hotel Majapahit.
ADVERTISEMENT
Terjadinya peristiwa bersejarah tersebut tak terlepas dari peristiwa penting yang terjadi di salah satu kamar Hotel Yamato, tepatnya kamar 33. Di kamar yang menjadi pusat komando Belanda kala itu terjadi pertemuan antara tokoh Surabaya dengan para petinggi tentara Belanda di Surabaya.
"Dulu sebetulnya adalah kamar yang dijadikan kantor perwakilan Belanda. Kita ingat bahwa tahun 1945 perang dunia selesai, dan Sekutu yang menang dari Jepang. Makanya Sekutu masuk ke Surabaya. Dan sebetulnya Belanda membonceng Sekutu, karena mereka berpikir Jepang kalah sehingga berhak lagi menjajah Indonesia. Padahal kenyataannya kita kan sudah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus," jelas General Manager Hotel Majapahit Kahar Salamun saat ditemui Basra, Selasa (19/9).
"Mereka (Belanda) memilih kamar nomor 33 itu untuk kantor mereka karena memang strategis sekali. Kamar yang paling sudut, paling ujung, dan ada pintu tembus ke perkampungan sehingga kalau suasana genting mereka bisa langsung loncat lewat pintu tembus itu," sambung Kahar.
ADVERTISEMENT
Kahar mengungkapkan di kamar 33 itu sempat terjadi perundingan antara beberapa tokoh pejuang kemerdekaan antara lain Residen Surabaya kala itu, Soedirman, ada pula Roeslan Abdulgani, dan Komandan Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin W.V.Ch Ploegman.
Namun perundingan menentang kehadiran Belanda itu tidak membuahkan hasil. Kedua pihak bersitegang yang memaksa puluhan pemuda lokal berkumpul di hotel.
"Perundingannya buntu sehingga terjadilah peristiwa perobekan bendera di tanggal 19 September oleh pemuda Surabaya," tuturnya.
Kahar mengatakan kala itu tidak hanya terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda tapi juga perkelahian antara pemuda Surabaya dengan tentara Belanda yang menyebabkan tewasnya W.V.Ch Ploegman.
"Mereka (pemuda Surabaya) naik ke atas menggunakan tangga dan merobek bendera Belanda merah putih biru yang berkibar di atap hotel menjadi warna merah putih. Salah satu pelaku perobekan adalah Pak Koesnowibowo," terangnya.
ADVERTISEMENT
Kamar nomor 33 itu kini dikenal dengan nama kamar Merdeka yang merupakan salah satu dari kamar 9 legendary suite yang dimiliki Hotel Majapahit. Beberapa perabot di dalam kamar itu masih terjaga keasliannya.
"Beberapa (perabot) memang sudah ada yang diganti karena kamar ini kan juga masih disewakan sehingga butuh beberapa perubahan," tandasnya.