Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Selain di Kediri, Kemenag Jatim Ungkap Kasus Aniaya Santri di Dua Kota Ini
1 Maret 2024 5:54 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kasus tewasnya Bintang Balqis Maulana (14), santri pondok pesantren (ponpes) Al Hanifiyyah di Kota Kediri, Jawa Timur, cukup menghebohkan publik. Pasalnya, santri asal Banyuwangi itu tewas usai dianiaya seniornya. Namun kasus kekerasan ini nyatanya bukan yang pertama kalinya terjadi di ponpes di tahun 2024 ini.
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jatim mencatat ada tiga kasus penganiayaan santri yang terjadi dalam 2 bulan terakhir.
"Di Jatim ini tahun 2024 ada tiga kejadian. Yakni, di Blitar, Kediri, dan Malang," ujar Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Timur Mohammad As’adul Anam, dalam konferensi pers secara daring, (29/2).
As'adul mengungkapkan, sebelumnya ada santri di ponpes wilayah Malang, berinisial ST (15), yang mengalami luka bakar akibat disetrika seniornya. Kemudian di salah satu ponpes wilayah Kabupaten Blitar dilaporkan santri berinisial MAR (13) meninggal dunia, diduga dianiaya 17 santri lainnya.
"Kalau yang di Malang awalnya dari gurauan di ruang laundry, hingga akhirnya setrika mengenai temannya dan mengakibatkan luka bakar. Kalau yang di Blitar itu hampir sama pola kasusnya dengan yang di Kediri, cuma motifnya berbeda. Kalau di Kediri belum tahu motifnya," terangnya.
ADVERTISEMENT
As'adul berharap aparat kepolisian dapat menuntaskan kasus kekerasan ini secara terang benderang. Penanganan kasus secara terang benderang sangat diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ponpes.
"Kami sangat menghormati proses hukum dan kami menunggu tahapan-tahapan berikutnya, sehingga masyarakat dapat mendapatkan penyelesaian secara gamblang. Sehingga kegeraman masyarakat bisa terselesaikan," tandasnya.
As'adul menegaskan untuk antisipasi terjadinya kekerasan di lingkungan ponpes, pihaknya sejatinya telah melakukan berbagai upaya. Tahun ini, Kemenag juga akan menjalankan program yang berisi tentang sosialisasi kegiatan agama yang di dalamnya juga diisi dengan materi anti kekerasan.
"Ada juga manajemen terkait ujian dan sebagainya. Oleh karena itu besar harapannya program ini bisa kami manfaatkan untuk mengurai problem yang ada di pesantren," tukasnya.
ADVERTISEMENT