Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Seperti Ini Cara Mahasiswa di Surabaya Mengenal Teater Koma yang Eksis 47 Tahun
13 September 2024 17:55 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Faculty of Humanities and Creative Industries atau FHIK Petra Christian University (PCU) menghadirkan pengalaman seru dan inspiratif bagi para mahasiswanya melalui berbagai kegiatan bertajuk FHIKEPO.
ADVERTISEMENT
FHIKEPO merupakan sebuah ruang dialog kreatif antara generasi muda PCU dengan para pelaku dunia Seni Pertunjukan Indonesia.
Salah satunya, mereka diajak berdiskusi tentang film yang tak ditayangkan secara bebas dan merupakan hasil karya anak bangsa. Ialah “Gesturing Notations”, film dokumenter yang menyoroti perjalanan dari Teater Koma.
“Jumlah teater yang aktif di Surabaya terbilang cukup minim. Padahal dunia film dan teater merupakan ladang subur untuk menumbuhkan kreativitas. Selain diajak untuk berpikir out of the box, lewat kegiatan ini para mahasiswa juga diajari bagaimana mengeksplorasi ide baru yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya visual dan pertunjukan. Sehingga ini sangat pas bagi para mahasiswa FHIK PCU,” kata Meilinda, S.S., M.A., selaku Ketua Panitia FHIKEPO, Jumat (13/9).
ADVERTISEMENT
FHIKEPO ini menghadirkan dua pembicara, salah satunya George Arief. Ia merupakan pemilik Spins Productions, sebuah rumah produksi iklan dan dokumenter yang telah tayang di TV dari berbagai negara seperti AS, Inggris, dan Singapura.
Sementara itu, film “Gesturing Notations” merupakan salah satu film dokumenter karya George Arif yang bercerita tentang Teater Koma, sebuah teater modern Indonesia dengan basis di Jakarta. Teater ini sudah berdiri 47 tahun, tetapi terus produktif, adaptif, dan kreatif.
Hadir pula Rangga Riantiarno, seorang penulis, sutradara, dan aktor. Rangga merupakan anak mendiang Nano Riantiarno, sang pendiri Teater Koma.
“Teater Koma itu satu-satunya teater modern Indonesia yang masih bertahan hingga sekarang,” imbuh Meilinda.
Saat diskusi film, George Arif mengupas tuntas tentang proses pembuatan film dokumenter yang dibuat selama 8 tahun lamanya ini. Sementara Rangga Riantiarno bercerita tentang korelasi dari isi film dengan proses nyata sehari-hari yang dialaminya selama berkarya di Teater Koma.
ADVERTISEMENT