Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Tak Ingin Budaya Lokal Disalahgunakan Jadi Alasan Happy Salma Bisnis Perhiasan
6 November 2022 9:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Tak hanya sukses berkarier dalam dunia hiburan Tanah Air, Happy Salma juga mereguk sukses menjalankan bisnis perhiasan. Ketertarikan Happy berbisnis perhiasan berawal dari kemarahannya yang tak terima ada pihak-pihak tertentu mengklaim budaya Indonesia untuk kepentingan pribadi.
ADVERTISEMENT
"Awalnya karena saya menulis buku tentang Desak Nyoman Suarti, saya menulis biografi kreatifnya Desak Nyoman Suarti adalah seorang maestro perhiasan, dan kebetulan dia adalah ibunya Dewi Sri Luce (founder Tulola)," kata Happy saat ditemui usai pembukaan gerai Tulola Jewellery di Tunjungan Plaza Surabaya, Sabtu (5/11) kemarin.
"Buku itu diciptakan gara-gara saya terinspirasi ketika membaca dari media asing maupun media di dalam negeri bagaimana beberapa pihak yang memghak patenkan motif-motif komunal Indonesia dipatenkan untuk kepentingan pribadi. Nah salah satu yang memperjuangkan pengrajin lokal adalah ibunda Sri. Dari membuat buku itu saya menyadari bahwa Sri yang waktu baru membangun Tulola, harus memperkuat market di dalam negeri," jelasnya.
Sri sebagai penggagas berdirinya Tulola pada 2007 lantas mengajak Happy Salma bekerja sama dan Happy pun bergabung pada 2010. Happy berperan sebagai konseptor desain koleksi. Sementara Sri yang mewujudkan konsep tersebut menjadi perhiasan dengan bantuan para perajin lokal di Bali.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya mereka berdua, istri dari Nadiem Makarim yakni Franka Franklin turut bergabung di Tolola sebagai Co-Founder sekaligus pengembang bisnis ritel Tulola sejak enam tahun terakhir.
Ketiganya mengembangkan perhiasan berbahan dasar perak Bali tersebut dengan sentuhan Nusantara sebagai identitas.
Hingga saat ini Tulola Jewellery memiliki 60 orang pengrajin. Sekitar 15 tahun lalu ketika Tulola didirikan, hanya lima orang pengrajin saja yang diperkerjakan.