Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Viral Tokoh Agama Cibir Penjual Es Teh, Dosen di Surabaya Ingatkan Soal Adab
4 Desember 2024 7:10 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Netizen ramai-ramai mengkritik keras pernyataan tokoh agama sekaligus Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah setelah video interaksinya dengan seorang penjual es teh viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam video tersebut, Gus Miftah disebut mengerjai (prank) penjual minuman yang menjajakan dagangannya di acara tersebut, dengan mengucapkan kata-kata yang dinilai masyarakat cukup kasar. Hal ini terjadi dalam momen acara Magelang Bersholawat beberapa hari lalu.
M.Febriyanto Firman Wijaya Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menyayangkan hal tersebut. Pasalnya sebagai tokoh agama yang memiliki banyak pengikut, seharusnya ia bisa menjadi contoh yang baik dalam bertutur kata.
“Sebagai seorang guru atau kiai, beliau memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga ucapan dan tindakannya. Umat Islam umumnya memandang para ulama sebagai teladan. Oleh karena itu, ketika seorang ulama melakukan kesalahan, dampaknya akan sangat luas,” ujar Riyan, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Rabu (4/12).
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana harus menyikapi hal ini? Dalam perspektif adab, seorang guru, kiai, atau tokoh agama seharusnya memiliki adab yang tinggi, baik dalam ucapan maupun tindakan.
Pertama, sebagai seorang yang dituntut untuk selalu menjaga lisan, seharusnya kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang baik, santun, dan menyejukkan. Apalagi dalam konteks ini bapak ini sedang mencari nafkah melakukan pekerjaan yang mulia.
Kedua, setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Oleh karena itu, seorang guru, kiai, atau tokoh agama seharusnya menghormati semua orang tanpa terkecuali, termasuk penjual es teh.
Ketiga, seorang guru, kiai, atau tokoh agama seharusnya menjadi teladan bagi umat. Tindakannya harus sesuai dengan ajaran agama yang ia sampaikan.
“Meskipun seseorang memiliki ilmu agama yang luas, seorang guru, kiai, atau tokoh agama seharusnya tetap rendah hati dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Kata Riyan setiap individu memiliki hak untuk berpendapat. Namun, kita harus menyampaikan pendapat kita dengan cara yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain.