Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Review Film The Glengarry Glen Ross: Dilema Gaji dan Harga Diri Perusahaan
5 Januari 2022 14:11 WIB
Tulisan dari Alfonsus Bimo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang lebih memuaskan bagi saya selain menonton dan memerhatikan aksi-aksi dari para aktor kondang, salah satunya Al Pacino. Mungkin kebanyakan dari kita dengan mudah mereferensikannya dengan film trilogi, The Godfather. Namun perlu diingat, Al yang selain tenar karena membintangi film-film bertemakan laga maupun kriminal, ia menunjukkan kebolehannya dalam film garapan James Foley ini dalam memerankan tokoh Richard Roma (namun tidak sedikitpun meninggalkan karakter temperamentalnya). Roma merupakan seorang salesman di sebuah agen properti. Di film ini juga Al berkesempatan beradu peran dengan aktor-aktor senior, seperti Jack Lemmon, Alan Arkin, dan para bintang seperti Ed Harris, Alec Baldwin, hingga Kevin Spacey.
ADVERTISEMENT
Film ini bercerita tentang realitas dunia sales yang penuh persaingan, ambisi, kemunafikan, menjatuhkan, sekaligus (mungkin) kecurangan. Para salesman diminta untuk memenuhi target penjualan perusahaan yang dibawahi oleh Mitch and Murray Comp., melalui delegasi perusahaan tersebut, yaitu Blake (yang diperankan oleh Alec Baldwin). Tentu saja sebagai pancingan, perusahaan menaruh grand price berupa satu unit mobil Cadillac Eldorado (entah sebagai lelucon atau bukan) serta satu set pisau steak. Selain itu, mereka akan mendapat ‘premium leads’ Glengarry yang dinilai sangat berharga dan bermutu, namun hanya bagi mereka yang mampu closing dari seluruh ‘leads’ yang mereka miliki sekarang. Sayangnya, yang terjadi adalah keluhan-keluhan yang muncul dari para salesman terhadap kelemahan dari leads tersebut, yang dapat dimunculkan dari gagalnya sebagian besar salesman untuk berhasil menggaet para konsumen. Hingga pada akhirnya, terjadi peristiwa pembobolan kantor yang dianggap menjadi jalan pintas menggiurkan yang memungkinkan untuk tetap bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Melalui poster pemasarannya, “A Story for Everyone Who Works For A Living”, rasanya begitu relevan apabila dilihat dalam konteks kondisi demografi di Indonesia yang dalam waktu dekat akan merasakan apa yang disebut dengan ledakan demografis. Sebuah fenomena yang berimplikasi pada pergeseran konsentrasi tenaga kerja tua menuju tenaga kerja muda, segar, serta dinamis. Tentu hal ini juga berdampak pada persaingan ketat pelamar kerja, di tengah para fresh graduate yang berambisi tinggi, dengan penyempitan sektor pekerjaan strategis dan menggiurkan. Akan tetapi, jangan lupakan bahwa kegigihan, yang tidak akan mengkhianati para insan yang tetap setia dan teguh memanfaatkannya.