Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Trauma
14 September 2022 16:51 WIB
Tulisan dari BINTANG WIJAYA AS DARMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku terikat oleh trauma yang masih terus mengikis kesempatanku. Banyak hal yang aku takutkan, kehilangan menghantui setiap malam menjelang tidur. Bantal ikut basah karena air mata yang mengalir belum menemukan ujungnya. Tingkat rasa sakit dari semua kesakitan ternyata tercipta dari wajah yang datar namun mata sembab dan pipi lembab, sungguh tidak ada ekspresi yang aku tampilkan namun tangisanku semakin hebat.
ADVERTISEMENT
Sesekali bibir ini berusaha tersenyum berharap hati ikut damai namun pikiran terus berbicara tentang kekejaman orang lain terhadap diriku, aku tidak menetapkan diri sebagai korban jahatnya dunia bahkan aku mencurigai diriku sebagai pelaku utama dalam pementasan antagonis ini.
Menjelang senja kami duduk berdua bertukar cerita pahit kehidupan, di sisi kanannya aku membisikan kalau diriku sungguh takut kehilangan dirinya. Kejujuran yang diberikannya membuatku tenang di permukaan wajah namun dalam hatiku dirinya mendorongku ke dalam jurang yang tidak pernah ditemukan dasarnya.
Bibir aku terus mengucapkan kutukan kepada dirinya yang berhasil mengambil kekasihku dari gandenganku. Dirinya yang terus menyombongkan diri kepada semesta dengan mengatakan dirinya telah memiliki segalanya.
Bukankah ini semua fana berbalut realita?
ADVERTISEMENT
Manusia lainnya memberikan semangat padaku namun aku tahu itu hanya upaya menenangkanku, bukan solusi dari kerasnya suara di dalam kepalaku.
Aku mencoba menerima yang telah terbentuk dalam takdirku. Aroma kesesalan masih bermusuhan dengan indraku, kepada alam aku berbisik, aku sakit. Kapan kiranya aku bisa bahagia?
Aku ingin semua orang mendengarkan apa yang ingin aku katakan, sebuah pengakuan yang semua orang pasti membenciku. Pengakuan terhadap dunia untuk menembus langit paling atas. Mencari kebenaran dari dasar lautan, dengan menenggelamkan rasa dalam balutan awan hitam.
Berpacu dan berlomba kepada siapa dunia menghendaki bahagia, terlalu sakit untuk dinikmati namun terlalu indah untuk dilupakan. Aku gila dan semua orang tahu itu, hanya saja hatiku terus mengutuk kepada siapa cinta harus berpihak.
ADVERTISEMENT
Dulu kisah ini sangat indah namun semuanya telah selesai ketika aku menulis kalimat terima kasih pada daun terakhir yang gugur di atas kepalanya.
Dunia, aku ingin pulang.