Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hantu di Sekolah
9 Mei 2020 14:32 WIB
Tulisan dari BriiStory tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beragam kisah yang menceritakan tentang keseraman gedung sekolah, banyak diantaranya memang memiliki kisah masa lalu yang menakutkan.
ADVERTISEMENT
Malam ini, gw akan coba cerita pengalaman seram yang pernah gw alami waktu SMU dulu. Yuk simak sini, di Briistory.
***
Jalur Cilegon - Serang, sepanjang kurang lebih 24kilometer, menjadi santapan sehari-hari untuk bersekolah, pulang pergi jadi nyaris 50km. Semasa SMU, sekolah gw cukup jauh dari tempat tinggal, rumah di Cilegon, sekolah di kota Serang.
SMUN 1 Serang, salah satu sekolah unggulan di Banten, katanya sekolah menengah yang paling tua juga.
Sekolah gw ini letaknya persis di jalan utama kota, nyaris semua trayek angkot lewat di depannya. Dekat dari mall, dekat juga dengan pasar yang paling terkenal di Serang, Royal.
Jaman gw dulu, gedungnya belum seperti sekarang, masih jadul. Baru direnovasi total beberapa tahun setelah gw lulus, sekarang sudah bagus, bertingkat pula.
ADVERTISEMENT
Tipikal sekolah lama, gedungnya melingkar berbentuk empat persegi panjang, di tengahnya ada lapangan multi fungsi, buat basket bisa, volley bisa, bulu tangkis juga bisa, gobak sodor kadang bisa, macam-macam.
Gerbang masuk berada paling dekat dengan jalan raya, gak punya tempat parkir luas, hanya muat beberapa mobil dan motor aja, lagi pula, waktu jaman gw, jarang banget siswa yang bawa motor ke sekolah, apa lagi mobil, kami biasa menggunakan angkutan umum.
Setelah pintu masuk, lalu masuk lorong besar yang sebelah kirinya ada ruang kepala sekolah, sebelah kanan ruang apa, gw lupa. Baru habis itu kita bisa lihat lapangan luas di tengah-tengah sekolah, sementara kanan kiri depan belakangnya ada ruang-ruang kelas dan ruang lainnya.
ADVERTISEMENT
Begitu gambaran singkat tentang gedung sekolah gw. Detailnya nanti kapan-kapan.
***
Lab Biologi, letaknya di paling ujung belakang bangunan, berdekatan dengan dapur sekolah dan toilet, dibatasi oleh lorong kelas. Persis di depan lab ada ruang guru, dibatasi dengan taman kecil yang bentuknya memanjang.
Lab Biologi ini cukup luas, terdiri dari banyak meja panjang dan kursi tinggi tanpa sandaran, di ujung paling depan ruangan ada satu ruangan lagi, ruang kecil yang diperuntukkan sebagai gudang tempat menyimpan perlengkapan laboratorium.
Gw, yang nantinya akan masuk ke jurusan sosial tentu saja hanya berkesempatan menggunakan lab ini hanya pada kelas satu saja. Walaupun hanya sebentar, tapi gw punya beberapa pengalaman aneh mengenai ruangan ini.
***
ADVERTISEMENT
Waktu itu masih pagi, lab juga masih kosong, gw yang nyaris setiap hari selalu datang paling awal menjadi orang pertama berada dalam ruangan. Kebetulan waktu itu pelajaran biologi menjadi pelajaran pertama, diadakannya di laboratorium pula.
Awan yang menggelayut di langit mempertegas mendung yang sudah terjadi sejak gw masih dalam perjalanan tadi, hal ini semakin menambah temaram keadaan karena sinar matahari belum bisa menyinari dengan sempurna.
Benar aja, ruangan masih kosong melompong karena masih jam tujuh kurang 20 menit, sementara jam masuk sekolah pukul 7.15. Gw langsung masuk ruangan untuk menaruh tas di atas meja, memilih kursi paling depan pojok kiri, persis di depan pintu ruang kecil yang diperuntukkan sebagai gudang tadi.
ADVERTISEMENT
Tapi, kalau mau dirunut ke belakang, dari awal menginjakkan kaki di lab ini, gw sudah merasakan ada yang aneh, terutama dengan gudang di pojok itu. Beberapa kali gw merasa kalau di dalamnya seperti ada “aktifitas”, ketika ruangan masih sepi atau pun sudah ramai siswa siswi. Begitu juga dengan pagi itu, ketika gw pertama masuk ke ruangan sudah merasakan ada yang aneh.
Hal pertama yang gw lakukan adalah menyalakan lampu, yang saklarnya berada gak jauh dari pintu masuk. Setelah lampu menyala, barulah ruangan menjadi terang, tapi tetap masih seperti malam karena di luar cukup gelap akibat mendung tadi.
Berjalan ke sudut ruangan untuk menaruh tas, pada akhirnya gw harus lewat depan pintu ruang kecil, saat itu gak terjadi apa-apa. Tapi ketika tas sudah berada di atas meja, dan posisi gw membelakangi pintu ruang kecil, gw mendengar sesuatu.
ADVERTISEMENT
“Trak, trak, trak, trak, trak..” Kira-kira seperti itu bunyinya.
Gw langsung balik badan dan memperhatikan pintunya.
“Suara apa barusan?” Pertanyaan itu yang ada di dalam benak.
Kemudian hening, gak terdengar apa-apa lagi, namun gw terus memperhatikan pintu ruang kecil.
Beberapa saat lamanya gw masih berdiri diam, sampai akhirnya bunyi itu muncul lagi..
“Trak, trak, trak, trak, trak..”
Seketika itu pula gw merinding, perasaan tiba-tiba jadi gak enak. Langsung ambil langkah cepat ke luar ruangan, gak mau menuruti penasaran, rasa takutlah yang menang kali ini.
Memasuki jam tujuh pagi, teman-teman siswa siswi mulai berdatangan, sekolah berangsur ramai.
***
“Trak, trak, trak, trak, trak..”
Di tengah-tengah pelajaran, suara itu muncul lagi. Awalnya kembali mengarahkan pandangan ke pintu gudang, tapi setelah keberapa kali bunyi itu terdengar, gw memutuskan untuk mengabaikannya.
ADVERTISEMENT
Pak Dartoyo, yang waktu itu sedang mengajar di depan kelas seperti gak mendengar apa-apa, mungkin karena bunyi itu terlalu kecil. Tapi arusnya beliau mendengar juga, karena jarak mejanya gak jauh dari pintu gudang.
“Trak, trak, trak, trak, trak..”
Entah untuk yang keberapa kali suara itu muncul lagi, gw yang awalnya cuek jadi terkesiap ketika melihat Anuri yang duduk persis di sebelah, seperti mendengar juga suara itu, dia lengsung memperhatikan pintu gudang juga.
“Lo denger Nur?” Tanya gw pelan.
“Iya Brii.” Jawab Anuri.
Ah sukurlah, ternyata gw gak halu, suara itu memang benar ada.
“Suara apa ya itu?” Tanya gw lagi.
“Gak tau, udahlah cuekin aja.” Begitu jawab Anuri.
Kegiatan belajar lalu berlanjut, sesekali suara itu muncul lagi dan lagi, sampai pelajaran selesai.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, nyaris setiap di lab biologi, gw selalu mendengar suara itu lagi, kadang terdengar sesekali, kadang nyaris setiap lima belas menit, kadang gak terdengar sama sekali.
Dan anehnya, gak hanya Anuri, teman gw yang lain pun ada juga yang mendengar suara itu.
Sampai akhirnya pada suatu hari, di akhir jam pelajaran lab, Pak Dartoyo memanggil gw ke mejanya.
“Brii, sini.”
Gw langsung mendekat ke mejanya.
“Kamu gak usah penasaran ya, jangan hiraukan suara itu, gak usah cari tau juga.” Begitu kata Pak Dartoyo.
Agak kaget mendengar omongannya, gw yakin beliau sudah melihat gw bergelagat aneh sejak lama, dang gw yakin kalau Pak Dartoyo mendengar suara itu juga, gw yakin.
ADVERTISEMENT
“Baik Pak.” Jawab gw pendek, lalu kami pergi meninggalkan ruangan.
***
Pada suatu hari, pelajaran di lab biologi jadwalnya ada di paling ujung jam sekolah, sekitar jam setengah dua pelajaran selesai, setelahnya kami langsung berhamburan pulang.
Tapi, ketika sudah di pinggir jalan sedang menunggu bis, gw baru sadar kalau dompet ketinggalan di lab Bio. Gak bisa nggak, gw harus balik lagi, harus ambil dompet itu sebelum pulang.
Ya sudah, terpaksa gw harus masuk lagi ke gedung sekolah, ke ujung paling belakang.
Menyusuri lorong panjang, melewati ruangan kelas satu persatu, beberapa siswa masih terlihat berada di lingkungan sekolah, tapi gak banyak, karena sebagian besar sudah pulang.
Siang itu cerah, terik matahari masih cukup panas menerpa bumi.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya gw sampai juga di lab bio.
Sudah sepi, sama sekali gak ada orang, kosong.
Gak buang waktu lagi, langsung menuju meja tempat gw belajar tadi. Dompet masih ada di loker bawah meja, langsung maraihnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Pada saat itulah gw mendengar suara itu lagi..
Trak, trak, trak, trak, trak..
Duh, knapa ada bunyi itu lagi sih. Kali ini suaranya terdengar cukup keras, agak mengagetkan.
Reflek gw langsung melihat ke pintu, lalu terdiam sambil terus menatap, ada yang aneh, ada yang beda dari biasanya..
Ternyata pintu gudang sedikit terbuka, ada celah kecil, tapi gw tetap gak bisa melihat ke dalamnya.
Penasaran, cemas, takut, bercampur jadi satu ketika perlahan gw melangkah mendekati pintu gudang.
ADVERTISEMENT
Setelah sudah tepat berada persis di depan pintu, gw menarik gagangnya untuk membuka perlahan, mata masih terus mengarah ke celah pintu yang juga perlahan jadi semakin lebar.
Dalam keadaan gelap ruangan yang sama sekali gak ada lampu, tumpukan kardus berdebu adalah benda paling pertama yang kelihatan, dan gw baru tau kalau ternyata ruangan ini gak kecil-kecil amat, cukup luas malah.
Semakin berani, gw terus memperbesar celah pintu, membukanya lebar-lebar. Benda-benda perlengkapan lab tergeletak di setiap sudut ruangan, beberapa di antaranya tertutup debu yang gak terlalu tebal. Udara pengap menyeruak keluar, terhisap indera penciuman.
Gak ada yang aneh, hanya gudang yang berisi barang-barang gak terpakai. Di titik itu gw mulai sedikit lega, karena gak menemukan hal yang menyeramkan. Tapi kelegaan hanya sebentar, karena akhirnya gw mendengar dan melihat sesuatu.
ADVERTISEMENT
Trak, trak, trak, trak, trak..
Kedengaran lagi, kali ini suaranya lebih keras, karena pintu dalam keadaan terbuka lebar.
Seketika itu juga mata gw mencari sumber suara.
Pencarian gak memakan waktu lama, karena akhirnya gw tertarik untuk memperhatikan sesuatu yang bergerak-gerak di sudut belakang ruangan.
Warnanya putih, benda itu menggantung, ujung atasnya mengait pada satu tiang. Tau benda apa itu?
Ternyata itu adalah replika kerangka tulang lengkap manusia, berukuran sama dengan manusia dewasa, bagian kepala menggantung pada tiang penyangga yang berada di belakangnya.
Gw yakin kalau suara aneh itu bersumber dari benda itu.
Yang cukup menyeramkan ternyata replika rangka manusia itu bergerak berputar perlahan, yang tadinya membelakangi gw yang sedang berdiri di depan pintu, pelan-pelan semakin berposisi menghadap gw, sungguh sangat seram.
ADVERTISEMENT
Tapi gw tetap diam seperti gak bisa bergerak untuk melangkah pergi dari situ, pandangan terus terpaku menatap rangka yang sebentar lagi akan benar-benar menghadap gw.
Akhirnya kami benar-benar dalam posisi berhadapan dalam jarak yang gak terlalu jauh.
Beberapa detik kemudian gw akhirnya bisa bergerak, lalu berlari kencang ke luar ruangan.
Kenapa gw tiba-tiba lari ketakutan?
Karena, ketika sudah berhadap-hadapan, walaupun ruangan dalam keadaan gelap, gw masih bisa melihat kalau tiba-tiba rahang tengkorak itu bergerak naik turun, membuat gigi bawahnya beradu dengan gigi atas, lalu menimbulkan suara yang sudah sejak lama membuat gw penasaran..
Trak, trak, trak, trak, trak..
***
Di kelas dua, gw masuk dalam kepengurusan osis, masuknya karna ditarik Rai yang waktu itu sebagai ketua salah satu sekbid, hehe..
ADVERTISEMENT
Seperti anak osis pada umumnya, gw dan teman-teman kadang harus menginap di sekolah kalau sedang mempersiapkan suatu acara, atau pensi istilahnya.
Kami lebih memilih untuk tetap menginap di sekolah walaupun banyak teman yang rumahnya gak jauh dari sekolah. Tapi nanti biasanya setelah malam semakin larut satu persatu banyak yang lebih memilih pulang ke rumah masing-masing. Yang tinggal hanya segelintir aja, yang rumahnya jauh, seperti gw ini.
Biasanya anggota geng menginap terdiri dari gw, Rai, Ichwan, Adi, Omes, Deddy, Ahmad, biasanya gak jauh dari itu aja orangnya. Anak-anak yang seru dan lucu-lucu.
***
Pada suatu malam, kami sedang dalam persiapan suatu acara yang akan diadakan esok harinya, acara tahunan yang biasanya berisi bazar dan pagelaran musik serta kesenian lainnya.
ADVERTISEMENT
Sama seperti acara-acara sebelumnya kami mempersiapkan segalanya sejak jauh hari, memastikan seluruh kegiatan akan berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Sampai ketika satu hari sebelum acara dilaksanakan, kami memutuskan untuk menginap di sekolah malam sebelum acara.
Panggung sudah berdiri di lapangan, berbagai pernak pernik bazar sudah terpasang rapih, sound check sudah dilakukan. Intinya, jam sembilan malam nyaris seluruh perangkat acara sudah siap, kami hanya tinggal bersenda gurau menikmati malam.
Duduk beramai-ramai di tengah lapangan, kami menikmati malam yang sangat indah dengan langit cerah bertabur bintang. Saat itu ada belasan orang yang masih kelihatan wara wiri di lingkungan sekolah, canda tawa terdengar bercampur dengan percakapan khas anak SMU terdengar lantang di dalam lingkungan sekolah, sementara waktu berjalan terus menuju tengah malam.
ADVERTISEMENT
Gw dan teman-teman sangat menikmati waktu-waktu seperti ini, bebas bercengkrama, gak ada guru dan orang tua..hehe.
Sampai akhirnya, teman yang kebetulan rumahnya gak jauh dari sekolan, satu persatu pulang. Semakin mendekati tengah malam hanya tinggal segelintir siswa yang masih berada di sekolah.
Jam sebelas, hanya tinggal beberapa anak saja yang tinggal dan memutuskan menginap. Gw, Rai, Deddy, Ahmad, Adi, Omes, dan Ihwan, hanya mereka itu yang gw ingat. Karena kami ini yang nantinya seperti menjadi anggota tetap geng “Siswa menginap di sekolah”.
Kami berkumpul duduk di lapangan, persis di depan panggung, gw duduk menghadap bagian belakang gedung.
Oh iya, bagian belakang sekolah, paling pojok, ada toilet yang amat sangat jarang digunakan, sehingga keadaannya jadi sedikit menyeramkan, kotor lembab berdebu. Kami lebih sering menggunakan toilet yang lain, atau diam-diam menggunakan toilet guru.
ADVERTISEMENT
Di sebelah toilet ini ada dapur, biasa kami gunakan bila ada kegiatan yang ada acara memasaknya, atau untuk hanya sekadar membuat minuman panas dan mie instan. Toilet dan dapur yang berdampingan.
Ada cerita seram, kenapa toilet belakang itu sangat jarang digunakan. Cerita yang gw dengar dari kakak kelas, mereka mendengar cerita itu juga dari kakak kelas sebelumnya, terus turun temurun.
Katanya, dulu banyak siswa yang sering melihat penampakan hantu perempuan berbaju merah, penampakannya gak selalu malam, siang hari pun kadang hantu itu muncul. Penampakannya nyaris selalu di dekat toilet itu.
Ada cerita kejadian yang terjadi beberapa tahun sebelum gw sekolah di situ. Jadi ada satu siswa yang dinyatakan hilang sejak pagi sampai menjelang pulang, padahal tas dan perlengkapan sekolahnya masih ada di dalam kelas.
ADVERTISEMENT
Jadi sebelum pulang, seisi sekolah melakukan pencarian siswa yang hilang itu, waktu itu ponsel masih langka, hanya segelintir orang aja yang bisa punya, jadi pencarian masih manual, mencari ke setiap sudut gedung sekolah.
Singkatnya, gak berapa lama kemudian, si siswa hilang ditemukan.
Ditemukan di dalam salah satu bilik toilet yang ada di pojok belakang itu, duduk diam dengan wajah pucat dan terlihat sangat kelelahan.
Dia bilang, tadi pagi harus ke toilet. Karena seluruh toilet sedang ada yang menggunakan, dengan sangat terpaksa dia berlari ke belakang, menuju toilet yang berada di pojok itu.
“Trus, kenapa kamu gak kembali ke kelas lagi?” Tanya salah satu guru.
Lalu siswa itu menjawab, gak berani keluar bilik toilet karena ketika akan keluar dia melihat sosok perempuan berbaju merah berdiri di depan pintu, sosok yang sangat menyeramkan. Melihat itu semua, dia lalu kembali masuk ke bilik toilet dan menutup pintunya, gak berani keluar.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, beberapa kali dia sedikit membuka pintu untuk mengintip keluar, sosok perempuan itu ternyata masih saja berdiri di tempatnya.
Menangis ketakutan, si siswa memutuskan untuk tetap berada di dalam toilet, sampai akhirnya ditemukan oleh teman-temannya menjelang jam pulang.
Begitulah, sejak saat itu beredarlah cerita tentang hantu perempuan berbaju merah yang gentayangan di toilet belakang.
***
Jam setengah dua belas malam, gw yang duduk menghadap bagian belakang sekolah sesekali melihat beberapa ruangan kelas yang kelihatan gelap dan kosong, hanya cahaya dari lampu lorong yang menerangi, itu pun redup.
Sekali lagi, jaman gw dulu, gedung sekolah ini masih termasuk bangunan tua, mungkin umurnya sudah beberapa puluh tahun, jadi ya gitu, bentuk bangunannya sangat kuno dan klasik. Selasar memanjang di depan kelas-kelas, di atasnya ada atap yang ditunjang tiang kayu, dengan lantai berkeramik kuno juga, pokoknya begitulah.
ADVERTISEMENT
Jadi kalau sudah gelap, suasana lingkungan sekolah agak menyeramkan, beberapa pohon besar berdiri di sekeliling lapangan, di depan perpustakaan, di belakang ruang guru. Teduh di siang hari, seram kalau malam menjelang.
Kembali ke malam itu.
Gw terus memandang ke satu kelas yang berada dekat dengan toilet belakang, karena beberapa kali dari sudut mata gw melihat ada pergerakan di dalamnya. Tapi gak terlalu penasaran, karena teralihkan dengan percakapan teman-teman lainnya.
Sampai akhirnya, gw gak bisa mengabaikannya lagi, ketika melihat sekelebat bayangan berbentuk perempuan bergerak keluar dari kelas lalu menuju belakang, tempat di mana toilet dan dapur berada.
Dapat dipastikan kalau yang melihat kelebatan itu hanya gw, karena Omes dan Deddy duduk membelakangi pemandangan yang gw lihat. Sementara teman-teman yang lainnya entah sedang berada di mana.
ADVERTISEMENT
Gw gak langsung cerita tentang kelebatan itu kepada mereka berdua, lebih memilih untuk melanjutkan perbincangan, walau perasaan sudah mulai gak enak.
“Brii, bikin kopi yuk,”
Deddy mengajak untuk membuat kopi di dapur, dapur yang bersebelahan dengan toilet belakang. Gw mengiyakan ajakan Deddy, lalu kami berjalan menuju dapur.
Tapi ketika sudah sampai, ketika sedang dalam proses merebus air, Deddy bilang kalau dia sakit perut dan harus ke toilet, lalu kemudian dia berlari menuju toilet yang ada di ruang guru, bukan toilet belakang yang padahal sangat dekat dengan dapur. Deddy gak berani ke toilet belakang, tau kan alasannya.
Akhirnya gw sendirian di dapur ketika Deddy sudah kabur ke toilet.
Gw berdiri memperhatikan kompor yang tengah merebus air, sementara lorong menuju toilet ada di sebelah kiri, lorong yang gelap tanpa penerangan sama sekali. Berusaha semaksimal mungkin untuk gak memperhatikan lorong itu, tapi tetap saja beberapa kali secara reflek gw melirik ke arahnya.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya suasana berubah, tiba-tiba hawa gak enak datang menyeruak menyentuh perasaan, udara yang gw hirup mendadak jadi hangat cenderung panas, agak sedikit sesak gw bernapas.
Jantung seperti berhenti berdetak, bulu kuduk merinding semua, gw lantas langsung memejamkan mata, karena beberapa detik sebelumnya dari sudut mata gw melihat sesuatu.
Di lorong toilet, ada sosok perempuan berbaju merah sedang berdiri diam menghadap gw yang sedang terpaku di depan kompor. Seketika itu pula gw langsung memejamkan mata, ketakutan.
Nyaris menangis, lalu gw memaksa membuka mata, menoleh ke lorong toilet.
Perempuan itu masih ada, masih berdiri diam dengan sebagian wajah tertutup gerai rambut panjangnya. Seram, menakutkan..
Perlahan gw mematikan kompor, setelah itu langsung balik badan melarikan diri menuju lapangan di mana sudah ada Omes dan Ikhwan di situ.
ADVERTISEMENT
“Knapa lari-lari gitu Brii? Ada apa? Mana kopinya?” Banyak tanya dari Omes ketika gw sudah sampai lapangan.
“Gw lihat hantu baju merah di toilet belakang.” Jawab gw nyaris berbisik.
“Ah masa sih Brii, ngayal kali lo, ama setan aja takut, hahaha.” Begitu kata Ikhwan.
Sepanjang yang gw tau, Ikhwan adalah anak pemberani, gak takut sama hantu dan hal-hal mistis lainnya.
“Ya udah kalo gak percaya, lo aja gih sama Omes yang lanjut bikin kopi.” Sungut gw sedikit kesal.
Dilapangan hanya ada gw, Ikhwan dan Omes, sementara anak-anak lainnya berada di dalam ruang osis. Gak lama kemudian Deddy datang bergabung di lapangan setelah urusannya dengan toilet selesai.
***
Masih berempat berbincang di lapangan ketika jam sudah lewat tengah malam, nyaris tam satu.
ADVERTISEMENT
“Mes, ke dapur yuk, temenin gw bikin kopi.” Ajak Ikhwan ke Omes.
“Akhirnya, hati-hati ya, serem banget. Jangan liat ke arah toilet.” Gw bilang begitu dengan mimik serius.
Kemudian mereka beranjak menuju dapur, sementara gw dan Deddy tetap duduk menunggu di lapangan.
Suasana malam semakin larut memang menunjukkan gejala perubahan, langit yang tadinya cerah berangsur mulai berawan, udara yang tadinya agak dingin mulai terasa gerah, kami semua merasakan itu.
Sampai akhirnya ada kejadian yang benar sungguh menyeramkan..
Sekitar setengah jam setelah Ikhwan dan Omes ke dapur, gw dan Deddy yang tengah berbincang dikagetkan oleh suara langkah kaki orang berlarian dari arah belakang. ternyata yang berlari adalah Ikhwan dan omes, menuju ke lapangan tempat gw dan Deddy berada.
ADVERTISEMENT
“Bener Brii, ada hantu baju merah di toilet, gw sama Omes ngeliat.” Begitu kata Ikhwan sambil ngos-ngosan.
Sementara Omes hanya diam terpaku dengan wajah pucat ketakutan.
Gw belum menjawab omongan Ikhwan sama sekali, ketika tangan Deddy menunjuk ke selasar yang mengarah menuju toilet belakang dan dapur. Kami semua langsung melihat ke tempat yang Deddy maksud.
Di lorong selasar itu kami melihat sosok perempuan berdiri dalam gelap, diam memperhatikan kami. Iya kami, bukan hanya gw, tapi kami semua melihat sosok itu. Sungguh penampakan yang sangat menyeramkan.
“Ayok kita ke ruang osis aja.” Omes akhirnya bersuara.
Lalu kami bergegas menuju ruang osis, letaknya di sisi berlawanan dengan tempat penampakan hantu.
Tanpa berani menoleh ke belakang, kami terus berjalan menuju ruang osis.
ADVERTISEMENT
Setelah sampai, di dalamnya ternyata sudah ada Adi, Rai, dan Ahmad. Pintu langsung kami tutup dan menguncinya, lalu kami ceritakan kejadian yang baru saja terjadi kepada mereka bertiga.
Akhirnya, kami semua gak keluar ruang osis sampai pagi menjelang.
***
Sekian cerita kali ini, kapan-kapan dilanjut lagi.
Jaga kesehatan, supaya bisa terus merinding bareng.
Salam,
~Brii~