Konten dari Pengguna

Manusia Tanpa Emosi? Emang Beneran Ada?

BRILLYANO FARHAD CONANENDRA
Psychology Student of Brawijaya University
5 Desember 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BRILLYANO FARHAD CONANENDRA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Macam-macam Ekspresi. Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Macam-macam Ekspresi. Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
Kalian punya nggak sih temen yang kayak nggak punya emosi sama sekali.? Kayak mereka tuh nggak pernah marah, sedih, kecewa, atau emosi apapun itu, terus wajahnya datar terus nggak punya ekspresi gitu deh pokoknya, tapi ini beda sama orang yang sifatnya cuek yaa. Ada kan pasti meski nggak banyak, kalau nggak ada minimal pernah ketemu lah sama orang-orang yang kayak gitu. Dan terlepas dari itu semua, emang mungkinkah ada manusia yang nggak punya emosi sama sekali.? Padahal punya emosi itu penting banget loh untuk kehidupan sehari-hari, karena emosi punya peran penting dalam menentukan cara berpikir, berperilaku/bertindak, dan mengambil keputusan. Emosi pun juga dapat membantu bertahan hidup, menghindari bahaya, dan berempati terhadap orang lain. Dari pada penasaran yuk simak penjelasan yang akan dipaparkan berikut ini.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang tidak dapat merasakan dan mengekspresikan emosi, atau yang dapat kita sebut emotinaless memungkinkan memiliki gejala psikologis. Terdapat berbagai macam gejala psikologis yang menyebabkan seseorang mengalami emotionaless tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Alexithymia
Ilustrasi Tidak Bisa Mengungkapkan Sesuatu. Sumber : Pixabay
Istilah tersebut digunakan kepada seseorang yang tidak mampu mengenali, merasakan, dan mengeskpresikan emosi, kondisi ini tidak termasuk gangguan metal. Seseorang yang mengalami gejala ini bukan berusaha menyembunyikan emosinya, melainkan sulit atau bingung dalam memproses dan mengungkapkan kepada orang lain. Penderita alexithymia juga tidak mampu merasakan emosi orang lain, sehingga sering dianggap apatis, asing, bahkan arogan.
Penyebab gejala ini erat kaitanya dengan masalah genetik, gangguan saraf, dan gangguan perkembangan. Seseorang yang mengalami alexithymia memiliki tanda dan gejala, seperti bingung atau kosong saat ditanya tentang perasaan, tidak mengerti tentang ekspresi wajah diri sendiri maupun orang lain, tampak tidak penduli dengan kebahagiaan atau emosi orang lain, memiliki pemikiran bunuh diri atau melukai diri sendiri tanpa alasan yang jelas, dan gejala lainnya. Tanda dan gejala ini seringkali tidak disadari oleh penderitanya tetapi ditemukan oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini penderita dapat diberikan pengobatan dengan tujuan melatih penderitanya agar mampu mengenali dan mengutarakan perasaannya sendiri, serta menumbuhkan empati. Pengobatan yang dapat dilakukan, seperti mengubah kebiasaan sehari-hari dengan berpatisipasi dalam kelas seni, membaca komik atau novel, mendengarkan musik, menggunakan bantuan foto untuk mengenali emosi, dan dapat melakukan meditasi atau teknik relaksasi.
Kita pun dapat mencegahnya agar tidak terkena, dengan tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang, olahraga rutin, positif talk, mindfull eating, tidak membiarkan kecemasan menguasai, menggunakan alat pelindung saat berkendara untuk menghindari cedera otak, menjalani pemeriksaan secara rutin guna menghindari kondisi yang menyebabkan alexithymia, misalnya epilepsi.
2. Emotional Numbness
Ilustrasi Kehidupan Yang Hampa. Sumber : Pixabay
Adalah kondisi dimana seseorang mati rasa terhadap emosi atau perasaan apapun. Perasaan ini sering dideskripsikan sebagai kekosongan dalam diri atau tidak terpengaruh oleh kejadian tertentu. Biasanya emotional numbness adalah gejala dari penyakit metal yang lebih serius seperti depresi, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), atau penggunaan zat terlarang. Perlu diketahui juga kondisi ini bisa muncul sebagai respon protektif. Umumnya kondisi ini bersifat sementara, namun bagi sebagian orang hal ini bisa dijadikan strategi untuk melindungi diri dari rasa sakit secara emosional atau fisik yang lebih parah lagi.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengalami emotional numbness mungkin menunjukkan gejala seperti merasa datar secara fisik atau emosi, kehilangan minat pada hal yang disukai dulunya, lebih suka mengasingkan diri, merasa jauh dengan orang lain, dan lain sebagainya. Penderita mungkin menggunakan hal tersebut sebagai senjata untuk menghindari emosi yang dirasakan atau sebagai mekanisme bertahan untuk menghindari sesuatu perasaan negatif atau emosi.
Adapun penyebab seseorang mengalami emotional numbness yaitu kecemasan, depresi, kekerasan fisik, mengalami pelecehan, skizofrenia, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), penyalahgunaan zat. Jika kita memiliki emotional numbness kita dapat mencari bantuan dengan melakukan perawatan atau konsultasi dengan psikiater, minta dukungan dengan orang terdekat, olahraga, dan tidur cukup.
3. Gangguan Depersonalisasi atau Derealisasi
Ilustrasi Depersonalisasi. Sumber : Pixabay
Adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan terus-menerus terlepas dari diri sendiri atau lingkungan sekitarnya. Seseorang dengan gangguan ini sering menggambarkan perasaan seolah-olah mereka mengamati diri sendiri dari luar tubuh mereka atau bahwa dunia di sekitar mereka tidak nyata atau terdistorsi. Pengalaman-pengalaman ini dapat menyusahkan dan berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Gangguan ini memiliki kondisi kesehatan mental yang kompleks yang dapatdisebabkan oleh berbagai faktor, sementara penyebab pastinya belum dapat dipastikan, namun ada beberapa pemicu yang telah diidentifikasi seperti trauma, stress, penyalahgunaan zat, serta kurang tidur. Seseorang yang mengalami gangguan ini memiliki gejala seperti perasaan yang terus terlepas dari diri sendiri dan dunia luar, mati rasa emosional, dan kesulitan mengingat peristiwa masa lalu. Penderita gangguan ini memerlukan perawatan yang efektif yaitu dengan terapi perilaku kognitif (CBT) atau obat-obatan antidepresan seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), dan strategi self-help.
Kesimpulan
Kondisi diatas bisa menimbulkan dampak serius, seperti kesulitan dalam menjalin hubungan,pengambilan keputusan yang buruk, dan memperparah gangguan mental. Tetapi dengan perubahan gaya hidup dan dukungan yang tepat, kondisi-kondisi psikologis di atas bisa membaik sendiri seiring berjalannya waktu. Jika Anda tidak bisa mengelola stres atau gejala yang Anda alami sudah amat parah, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater. Ahli kesehatan mental akan membantu mencarikan strategi penanganan yang lebih efektif dan aman.
ADVERTISEMENT
Refrensi
Dr. Meva Nareza, T. (2024). Alexithmia – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. Alodokter. https://www.alodokter.com/alexithymia
Dr. Aloisia Permata Sari, R. (2022). Emotional Numbness: Gejala, Penyebab, Hingga Perawatan. DokterSehat. https://doktersehat.com/penyakit-a-z/emotional-numbness/
Natalia, Kovac. (2024). Memahami Gangguan Depersonalisasi/Derealisasi : Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati. DarwynHealth. https://www.darwynhealth.com/mental-health/mental-health-disorders/dissociative-disorder/depersonalizationderealization-disorder/understanding-depersonalizationderealization-disorder-causes-symptoms-and-treatment/?lang=id
Satria Aji, Purwoko. (2024). Mungkinkah Ada Orang Tidak Punya Emosi Sama Sekali. HalloSehat. https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/kenapa-orang-tidak-punya-emosi/