Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menggunakan Happy Work untuk Membahagiakan Murid dalam Pemberian Edukasi
1 Juni 2023 14:25 WIB
Tulisan dari Budi Ediya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemberian edukasi kepada murid dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk bisa dikuasai oleh setiap pendidik.
ADVERTISEMENT
Membahagiakan murid sehingga bisa mengikuti setiap proses pembelajaran pada saat ini seakan menjadi sebuah prioritas atau bahkan kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, bisa menjadi sebuah solusi bagi setiap pendidik untuk bisa memberikan nilai edukasi kepada murid dalam pembelajaran di kelas.
Berikut ini, merupakan sebuah refleksi dalam pemahaman konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara selama mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak.
Untuk yang kesekian kalinya mengikuti pelatihan tentang filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara (KHD) setelah di implementasikannya kurikulum merdeka. Yang pertama, sebagai bagian dari komite pembelajaran di sekolah ditugaskan untuk mengikuti penguatan implementasi sekolah penggerak yang dilanjutkan dengan pengimbasan kepada rekan sejawat di rumpun Ilmu Sosial. Kedua, dalam rangkaian Pendidikan Guru Penggerak angkatan 8.
ADVERTISEMENT
Awal mengikuti pelatihan pada materi filosofi pendidikan KHD, jujur saya belum terlalu memahami dengan baik tentang konsep pendidikan yang menjadi landasan filosofis kurikulum merdeka yang menggunakan jargon Merdeka Belajar. Yang saya ketahui bahwa KHD itu adalah tokoh pendidikan yang mengenalkan semboyan ”ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dan tidak banyak yang saya ketahui tentang konsep pendidikan maupun pemikiran beliau tentang Pendidikan dan pengajaran.
Sebelumnya, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan adalah sama seperti pada umumnya dengan rekan sejawat guru lainnya. Diawali dengan membuat program pembelajaran mulai dari penentuan waktu, penentuan indikator dan tujuan pembelajaran sampai pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kumpulan dokumen kegiatan pembelajaran yang disertai dengan berbagai format penilaian yakni yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan, ternyata ini sangat menyita banyak waktu terutama pada saat – saat akhir pembelajaran atau akhir semester.
ADVERTISEMENT
Praktiknya selama pelaksanaan pembelajaran di kelas, tidak semuanya dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah dituangkan dalam RPP. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Selain situasi dan kondisi murid yang dinamis di dalam kelas ketika akan mengimplementasikan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM), misalnya adanya kegiatan yang harus diikuti oleh murid sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran di kelas dan adanya perbedaan kemampuan murid yang sangat beragam di kelas serta banyaknya materi yang harus disampaikan sesuai dengan target kurikulum juga beban yang ada pada murid tentang banyaknya mata pelajaran yang harus diikuti.
Peningkatan kemampuan murid dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih fokus kepada ketercapaian tujuan pembelajaran, khususnya kompetensi pengetahuan dalam bentuk tes hasil akhir atau tugas yang harus diselesaikan. Sehingga pengamatan selama proses pencapaian tersebut sedikit terabaikan bahkan pengamatan untuk pencapaian kompetensi sikap dan keterampilan hanya melihat secara umum saja.
ADVERTISEMENT
Beban kerja guru yang relatif banyak, dengan kewajiban 24 jam pelajaran per minggu ditambah lagi ada yang mengampu mata pelajaran untuk tingkatan kelas yang berbeda. Tentu saja hal tersebut menjadi sangat mempengaruhi, apalagi dengan kewajiban dalam mempersiapkan administrasi belajar dan penilaian hasil belajar.
Memiliki tugas dan tanggung jawab untuk bisa melihat potensi dan bakat kemampuan murid menjadi tidak maksimal, hanya pada sebagian kecil murid saja yang bisa digali mengenai pengembangan sesuai dengan potensinya.
Beban mata pelajaran yang harus diikuti oleh murid yang banyak menyebabkan banyak menghabiskan waktu pada penguasaan materi walaupun pada akhirnya tidak semua murid mampu secara keseluruhan menguasai subtansi masing-masing setiap mata pelajaran. Sehingga dalam hal ini, murid benar-benar ’dipaksa’ untuk mengikuti 17 mata pelajaran walaupun ada sebagian mata pelajaran yang kurang diminati bahkan tidak diminati.
ADVERTISEMENT
Tuntutan materi setiap mata pelajaran yang banyak ditambah lagi dengan beban mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid pada akhirnya kegiatan belajar mengajar hanya sebatas pengetahuan yang tidak komprehensif. Selama pembelajaran di satuan pendidikan, pelaksanaan pembelajaran kepada murid ’terkesan’ hanya dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di mana dalam prosesnya bagaimana murid itu memperoleh nilai sesuai standar nilai untuk bisa diterima di perguruan tinggi.
Setelah mengikuti dan mencoba memahami konsep-konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, antara lain:
1. Konsep Pendidikan Tuntunan Hidup
Pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kekuatan dan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tinggnya. Bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
ADVERTISEMENT
Hal yang harus diperhatikan disini adalah pendidikan itu berhubungan dengan kodrat keadaan dan keadaannya setiap anak, yang disebut dengan ’konvergensi’ artinya keduanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar dan garis keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu.
Dasar jiwa, yaitu keadaan jiwa yang asli menurut kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan di luar diri. Pemahaman tentang dasar jiwa ini salah satu teori aliran yang memungkinkan dilaksanakan adalah convergentie-theorie, yakni bahwa anak yang datang ke sekolah itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram.
ADVERTISEMENT
Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi atau membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untnuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.
2. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”.
Isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik (menuntun kekuatan kodrat anak).
ADVERTISEMENT
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad ke-21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20.
3. Budi Pekerti
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
ADVERTISEMENT
Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.
Konsep dasar Pendidikan yang di uraikan oleh KHD dalam membangun pondasi pendidikan sangat penting sekali untuk bisa difahami oleh setiap guru. Bahwa setiap anak memiliki potensi bakat dan kemampuannya masing-masing, yang tidak bisa dipaksakan dan diseragamkan, dan ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi setiap guru. Pemahaman guru tentang kondisi anak akan membantu memudahkan dalam mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap anak.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pembelajaran di kelas ke depannya harus mengedepankan bagaimana anak bisa nyaman untuk bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan baru yang dapat dijadikan pijakan ketika mereka menghadapi kehidupan sesungguhnya.
Nyaman dalam proses belajar ini bisa dilakukan dengan masuk ke dunia anak, misalnya ketika kondisi sekarang ini bahwa setiap anak memiliki smartphone maka pembelajaran bisa kita lakukan dengan menggunakan media smartphone khususnya dengan menggunakan media sosial untuk pembelajaran. Harapannya adalah bahwa anak bisa menggunakan media sosial (internet) dengan bijak, sehingga penggunaanya bisa untuk kegiatan yang lebih positif.
Dalam menyelesaikan setiap tujuan pembelajaran anak diberikan kebebasan dalam menuangkan hasil pemahaman suatu konsep materi sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Misalnya, setiap pengumpulan tagihan (dalam hal ini saya sering menggunakan istilah ‘Happy Work’), anak bisa mengumpulkan dalam bentuk apapun bisa dalam bentuk gambar, poster, tulisan bahkan dalam bentuk video. Harapannya adalah setiap anak bisa mengekspresikan ide yang kreatif sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya.
Melaksanakan pembelajaran di kelas yang ’membahagiakan’ anak adalah hal yang penting dan menjadi pondasi awal bagi guru untuk menyelaraskan antara potensi masing-masing anak dengan tujuan pembelajaran. Menggunakan istilah ’Happy Work’ atau tugas yang membahagiakan adalah sebagai upaya bagi murid untuk selalu bahagia dan merasa tidak terbebani dengan banyaknya tugas-tugas mata pelajaran yang lain terasa membebani murid. Penyelesaian hasil kerja murid diberikan kebebasan dalam menyampaikan hasil diskusi disesuaikan dengan ide kreasi masing-masing.
ADVERTISEMENT
Penyebutan ’Happy Work’ ini merupakan salah satu usaha dalam penerapan konsep Pendidikan KHD dalam pembelajaran di kelas, dimana pencapaian tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh murid. Juga upaya bimbingan kepada murid dalam penggunaan gadget untuk kegiatan yang lebih positif, dimana pada saat ini hampir semua murid menggunakan gadget dan kita sebagai pendidik tidak bisa menghindarkan fakta ini.
Penggunaan gadget dan istilah ’Happy Work’ dalam pembelajaran yang dilakukan murid secara berkelompok sebagai upaya untuk memberikan bimbingan kepada mereka untuk memiliki rasa kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Harapannya semoga usaha-usaha kecil ini dalam mengimplementasikan konsep pemikiran KHD semakin bertumbuh dan terus berkembang. Dimana peran kita sebagai pendidik terus bisa memberikan tuntunan dan bimbingan kepada murid yang pada akhirnya mereka bisa menemukan segala potensi dan kemampuannya yang akan menjadi bekal mereka ketika menghadapi kehidupannya.
Selamat belajar, semangat belajar dan terus memantaskan diri sebagai pendidik.