Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengambilan Keputusan bagi Pemimpin Pembelajaran berbasis Nilai-nilai Kebajikan
25 September 2023 11:14 WIB
Tulisan dari Budi Ediya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin pembelajaran dalam sebuah satuan pendidikan maka akan sering dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan juga berkaitan dengan kepentingan orang banyak atau akan memberikan resiko yang akan merugikan orang lain bahkan merugikan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah institusi moral, satuan pendidikan adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral.
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka dalam Penerapan Pengambilan Keputusan sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran
Sebagai pemimpin pembelajaran dalam satuan Pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yakni “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani".
Filosofi Pratap Triloka KHD ini, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.
ADVERTISEMENT
Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin pembelajaran dalam haruslah berpihak kepada murid dan memerdekakan murid sehingga akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
Pada akhirnya bahwa murid akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru, dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya dan dapat memberi keputusan yang solutif dan tetap memanusiakan manusia.
Pengaruh Nilai-nilai Kebajikan dalam Pengambilan Keputusan bagi Pemimpin Pembelajaran
Sebagai Calon Guru Penggerak, tentunya ada nilai yang harus dipegang yakni nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif dan Berpihak pada murid. Serta berpijak kepada nilai-nilai kebajikan universal, diataranya Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong royong dan Kreatif serta nilai – nilai kebijakan universal yang lainnya. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita
ADVERTISEMENT
Ketika kita menghadapi situasi dilema etika dan etika moral, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
Pada prosesnya “menuntun” saat murid akan diberi kebebasan memilih namun guru sebagai pamong tetap memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan tidak fokus. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar murid menemukan Pasion yang akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu pernah mengalami dilema etika atau bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menangani kasus murid atau rekan sejawat di sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs benar (situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana dua pilihan itu secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah (seseorang membuat keputusan antara benar atau salah)
Pendekatan Coaching dalam Pengambilan Keputusan dalam Pembelajaran
Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif atau solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA).
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
Tugas guru adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.
ADVERTISEMENT
Pendekatan coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dalam proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.
Dalam aspek pembelajaran di kelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi murid memahami karakter belajar murid serta kondisi sosial emosional sebagai pemimpin pembelajaran di kelas.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini juga untuk terciptanya Profil Pelajar Pancasila, murid harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilemma bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan Coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh murid untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika murid membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang menurun pada murid. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang baik antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar murid dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Kemampuan Guru dalam Mengelola dan Menyadari Aspek Sosial Emosionalnya akan Berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL).
ADVERTISEMENT
Kemampuan dalam memahami kompetensi kesadaran diri (self-awareness), pengelolaan diri (self-management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan.
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37).
Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
Seorang pendidik harus bisa melihat bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang akan diambilpun merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun murid tersebut ke arah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Pembahasan Studi Kasus yang Fokus pada Masalah Moral atau Etika kembali Kepada Nilai-Nilai yang Dianut Seorang Pendidik.
Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak postif, aman, dan nyaman apabila kita bisa melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah keputusan yang tentu yang jika itu adalah dilema maka kita bisa meminimalisir dilema tersebut agar dalam pengambilan yang bersifat dilema itu tidak terlalu berpengaruh.
Dan jika merupakan suatu bujukan moral kita harus mengetahui bahwa hal yang dilakukan salah dan nantinnya guru sebagai pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat keputusan namun tetap membimbing murid menuju ke pengambilan keputusan tepat baik untuk guru maupun untuk murid meskipun susah. Dalam hal ini murid tetap merasa bahwa guru adalah seorang pemimpin yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di lingkungan sekolah maupun sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan.
Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak.
Pengambilan Keputusan yang Tepat akan Berdampak pada Terciptanya Lingkungan yang Positif, Kondusif, Aman dan Nyaman.
Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Sebagai makluk social dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu antara benar-benar memegang aturan demi suatu keadialan.
ADVERTISEMENT
Namun terkadang kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah, meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan.
Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika, 4 paradigma, yakni; Individu lawan masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Selain itu harus berpegang pada tiga prinsip yang bisa di gunakan untuk mengambil keputusan yaitu; Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based Thingking), Berpikir berbasis peraturan (rule base thingking), Berpikir berbasis rasa peduli (care base thingking).
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk cara menguji keputusan kita bisa di gunakan 9 tahapan secara berurutan, yakni; 1) Mengenali ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini; 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini; 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini; 4) Pengujian benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman Depan Koran, Uji Panutan/Idola); 5) Pengujian paradigm benar atau salah; 6) Prinsip pengambilan keputusan; 7) Investigasi Opsi Trilema; 8) Buat keputusan; dan 9) Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Kesuitan-kesulitan di Lingkungan Sekitar yang dapat Menghambat Pengambilan Keputusan.
Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya mengubah pola pikir atau cara berpikir orang lain dalam memandang dilema etika. Untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita.
ADVERTISEMENT
Sehingga kita bisa memastikan apakah keputusan itu tepat, nah kesulitannya adalah mengubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini,sehingga bisa langsung dalam pengambilan keputusan.
Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan, kesulitannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang diambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai moral umum.
Paradigma berpikir orang yang berbeda dan begitu juga dengan skala prioritas sehingga sulit bagi kita juga dalam mengambil keputusan yang bisa diterima dan diterima semua orang.
Pengaruh Pengambilan Keputusan dengan Pengajaran yang Memerdekakan Murid
"Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)
ADVERTISEMENT
Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan murid pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kebebasan belajarnya.
Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran dapat Mempengaruhi Kehidupan dan Masa Depan Murid
Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Kesimpulan dalam Pengambilan Keputusan yang selalu Berpihak kepada Murid.
Seorang pemimpin pembelajaran, guru harus mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada murid dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.
Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat.
Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan murid pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Pengambilan Keputusan bagi seorang Pemimpin Pembelajaran untuk untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat atau potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.
Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu cara kita (coach) untuk membantu choachee dalam mencari solusi atau mengembangkan bakat yang terpendam sehingga akan muncul sebuah keputusan yang bertanggung jawab dari choachee.
ADVERTISEMENT
Dengan belajar mengambil keputusan menggunakan tiga prinsip yang di ajarkan pemikiran kita lebih terbuka agar bisa mengambil keputusan yang berfihak pada murid atau jika itu dilema etika yang berkaitan dengan rekan sejawat kita bisa menemukan solusi yang tepat meskipun kadang menyakitkan hati. Tetapi demi profesionalitas dalam pendidikan bujukan moral harus segera di punahkan.