Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengunjungi 4 Destinasi Wisata Budaya di Bali
8 September 2019 20:08 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Bukanrastaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemasyhuran Pulau Dewata, Bali, sudah tak diragukan lagi. Bali merupakan destinasi wisata yang selalu menarik minat banyak pengunjung, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit dari kita yang tertarik pada keindahan pantai-pantainya, atau pada kulinernya. Namun, rasanya masih sedikit pengunjung yang benar-benar tertarik pada budaya Bali, meskipun tanpa kita sadari, budaya Bali adalah salah satu magnet besar yang menarik wisatawan untuk berkunjung.
Berikut adalah beberapa tempat wisata budaya di Pulau Dewata yang layak dikunjungi bersama keluarga:
1. Bali Cultural Center
Tempat ini merupakan sebuah representasi seluruh budaya Bali. Letaknya di Nyuh Kuning, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Saat masuk, anda akan disambut di meja resepsionis. Dan setelah membayar retribusi sebesar kurang lebih Rp 100 ribu rupiah, anda akan disambut dengan Tarian Selamat Datang. Seorang pemandu (guide) akan mendatangi anda dan mengiringi perjalanan anda di Bali Cultural Center yang kerap disebut “Bali Mini” ini.
ADVERTISEMENT
Selama kunjungan, anda akan disuguhi belasan macam tarian Bali sambil mendengarkan semua cerita di balik tarian serta simbol-simbolnya. Juga peragaan dan penjelasan mengenai berbagai macam upacara adat di Bali, seperti kikir gigi, upacara turun tanah, pembakaran ogoh-ogoh, dan lainnya.
Di area belakang, anda dapat melihat wanita-wanita Bali membuat Canang untuk sesajen, para pria membuat wayang, dan bagaimana warga lokal memproses beras serta membuat minyak dari buah kelapa.
Dan di akhir perjalanan, anda akan dipersilakan duduk di sebuah area panggung untuk menonton tarian kebangaan budaya Bali yaitu Tari Cendrawasih dan diperkenankan untuk menari bersama para penarinya.
Perjalanan di Bali Cultural Center ini merupakan sebuah napak tilas kebudayaan Bali yang dipertontonkan di depan mata kita. Para pemandu sangat menguasai seluruh 'bahan' yang mereka ceritakan dan sigap menjawab segala pertanyaan. Dan yang membuat saya angkat topi adalah, meskipun saya datang seorang diri, mereka tetap menggelar seluruh tari-tarian dan demonstrasi secara utuh.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, tempat ini amat sepi dikunjungi wisatawan domestik, apalagi anak-anak dan generasi muda kita. Padahal sejatinya penjelasan mengenai budaya Bali dapat memperdalam kecintaan kita kepada Bumi Pertiwi.
2. Desa Tenganan
Desa yang terletak di kawasan Candidasa, wilayah Bali Timur ini merupakan salah satu desa yang masih mempertahankan gaya hidup dan aturan adat-istiadat masyarakat Bali kuno. Didiami oleh Suku Bali Aga yang mata pencahariannya bervariasi, mulai dari berjualan makanan, membuat perabotan rotan, hingga membuat kain tenun yang dapat dijual dengan harga amat tinggi.
Terdapat sebuah bale-bale atau tempat pertemuan adat desa yang dikelilingi oleh rumah-rumah yang cenderung seragam. Selain menjalani hidup kesehariannya, rumah mereka juga dipakai untuk berjualan. Di desa ini kita dapat menemukan kerajinan tangan khas Desa Tenganan, ukir-ukiran, hingga ayam jago yang berwarna-warni terang. Penduduknya amat ramah dan bersedia untuk menjawab beberapa pertanyaan yang lahir dari rasa penasaran para pengunjung.
ADVERTISEMENT
3. Tirta Gangga
Tempat ini mungkin tidak asing lagi di telinga para wisatawan. Namun cobalah untuk sesekali berkunjung ke sana ditemani dengan pemandu lokal yang menguasai sejarahnya. Di samping tampilannya yang memesona, tempat ini mengandung sejuta kisah yang tak kalah indah.
Taman air seluas lebih dari 1 hektar ini memiliki kolam renang, kolam ikan, dan kolam air mancur yang cantik. Puluhan ikan koi besar berenang di kolam yang dilengkapi dengan batu-batu pijakan berbentuk heksagonal yang sering dijadikan ajang selfie pengunjung.
Nama Tirta Gangga berarti air (tirta) yang diambil dari Sungai Gangga, sungai suci bagi umat Hindu. Mata air yang berada di dalam Tirta Gangga ini juga dipercaya sebagai mata air suci. Selain dipercaya bisa menyembuhkan bila dipakai mandi atau dikonsumsi, airnya juga sering digunakan untuk upacara-upacara adat keagamaan di Bali.
ADVERTISEMENT
Didirikan pada tahun 1946 pada masa pemerintahan Raja Ida Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem, tempat ini pernah hancur seluruhnya terkena letusan Gunung Agung pada tahun 1963. Setelahnya, tempat ini dipugar dan dibangun kembali.
4. Taman Ujung
Nama asli dari taman ini adalah Taman Sukasada, namun karena letaknya di Banjar Ujung (dan sungguh-sungguh di ujung kanan Pulau Bali), orang lebih sering menyebutnya dengan Taman Ujung. Tempat ini awalnya dipakai sebagai tempat peristirahatan keluarga Kerajaan Karangasem, dan sering dipakai untuk menjamu tamu kerajaan yang datang.
Info dari pemandu lokal yang mengantar saya, disebutkan bahwa taman ini dulunya adalah sebuah kolam yang dibangun pada tahun 1900. Namun 10 tahun kemudian, Raja Karangasem pada saat itu memutuskan untuk membangun istana sebagai pengembangan dari kolam tersebut. Sama seperti Tirta Gangga, istana air ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Ida Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Seluruh area dan bangunan istana air ini dirancang oleh arsitek Belanda, Mr. Van Den Hentz; dan arsitek Cina, Loto Ang.
ADVERTISEMENT