Konten dari Pengguna

Ceritaku Traveling ke Gunung Padang

Dwi Hapsari
Part time freelance writer and fulltime housewife Diploma Bahasa Jepang Unpad 03
22 Januari 2023 16:14 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Hapsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Padang. Foto: Kebudayaan Kemdikbud
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Padang. Foto: Kebudayaan Kemdikbud
ADVERTISEMENT
Kali ini, saya mau menceritakan tentang salah satu kisah pengalaman traveling saya yang berkesan. Beberapa tahun yang lalu, saya dan keluarga kecil saya mengunjungi situs bersejarah Gunung Padang.
ADVERTISEMENT
Saat itu Gunung Padang memang sedang hits karena sebelumnya pernah dijadikan lokasi penelitian sewaktu Presiden SBY masih menjabat. Bahkan Gunung Padang disebut sebagai Piramida tertua di dunia, jauh lebih tua daripada Piramida yang ada di Mesir dan Meksico.
Tentu saja jiwa traveling saya dan keluarga kecil saya bergejolak mengetahui akan hal ini. Saya merasa sangat penasaran ingin melihat secara langsung peninggalan leluhur kita dari masa lalu.
Saya melihat di berita bahwa banyak sekali orang dari luar negeri alias bule yang datang ke sana karena ingin melihat piramida yang tertua tersebut. Tanpa menunda lagi, saat itu saya dan keluarga kecil saya langsung bertolak ke Gunung Padang yang terletak di daerah Cianjur, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Banyak penduduk lokal yang belum tahu menyoal Gunung Padang yang diklaim sebagai piramida tertua di dunia. Mereka menganggap Gunung Padang seperti gunung pada umumnya, hanya saja mereka menganggap di Gunung Padang memang terdapat petilasan prabu Siliwangi, raja di tanah Sunda.
Dahulu mungkin orang menyebutnya gunung karena tempatnya tinggi, tertutupi oleh tanah dan ditumbuhi pepohonan jadi menyerupai gunung. Sedangkan mengapa dinamakan Padang? Tentu tidak ada hubungannya dengan Kota Padang yang ada di Sumatera Barat ya...
Tempat ini dinamakan Padang karena di atas Gunung Padang tersebut terdapat hamparan yang luas menghijau. Kita juga bisa melihat jelas sejauh mata memandang pemandangan alam yang ada di sekitarnya 360 derajat tanpa aral melintang.
Situs Megalitikum Gunung Padang Foto: Instagram @seputarcianjur
Dengan berbekal pengetahuan dari Google Maps, saya dan keluarga kecil saya berangkat dari Sukabumi menuju Cianjur dengan menggunakan motor. Saya lihat di maps perjalanan dari Cidahu-Sukabumi menuju Gunung Padang Cianjur jaraknya adalah lebih kurang 61 km dan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam 37 menit dengan motor.
ADVERTISEMENT
Wah, saya dan suami berpikir jaraknya cukup dekat karena hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Kami berangkat waktu itu sekitar pukul 08.00 WIB, dan kami sudah berada di Sukabumi kota pukul 09.30 WIB.
Itu berarti kami sudah setengah jalan karena jarak antara Sukabumi kota ke Cianjur sekitar 10 kilometer. Kami sempat beristirahat sebentar di Sukaraja, Sukabumi, untuk sarapan dan melemaskan otot karena pegal duduk di motor.
Selesai sarapan kami memulai lagi perjalanan ke Gunung Padang. Kami merasa teramat senang dan bersemangat sekali karena tidak lama lagi kami bisa sampai dan menyaksikan jejak peninggalan nenek moyang kita. Apalagi saya membawa anak saya yang waktu itu masih berusia empat tahun, dia sangat bersemangat apabila travelling ke tempat yang baru.
ADVERTISEMENT
Selang beberapa menit, kami melewati Jalan Raya Cianjur-Sukabumi. Di sebelah kanan terpampang papan petunjuk jalan ke Gunung Padang yang memberi tahu bahwa jalan menuju Gunung Padang harus masuk ke jalan yang ada di sebelah kanan. Dan, jarak yang akan ditempuh adalah 40 kilometer.
Wow, memang masih terlihat jauh kalau melihat ukuran jaraknya. Tetapi itu tidak menggentarkan kami untuk menghentikan langkah menuju ke sana. Kami tetap jalan terus, melalui jalan tersebut dengan enjoy dan menikmati setiap detik perjalanannya.
Melihat sawah-sawah yang sedang menguning di kanan-kiri jalan, sungguh pemandangan yang indah. Jalannya relatif kecil, tetapi muat untuk dilalui oleh dua mobil. Banyak juga pemandangan rumah-rumah penduduk dan warung-warung kecil sederhana di jalan.
ADVERTISEMENT
Situs Purba Gunung Padang Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan
Oh iya, untuk perjalanan menuju Gunung Padang ini, semakin dekat ke destinasi, jalan kian menanjak dan memutar meliuk-liuk. Jadi sebelum berangkat ke sana, pastikan terlebih dahulu kondisi kendaraan kalian harus benar-benar fit. Semakin ke atas, semakin sepi rumah penduduk, yang ada hanya beberapa warung dan tanaman teh.
Sekilas mirip dengan jalanan di Puncak Cipanas karena banyaknya kebun teh di kanan-kiri jalan. Selain itu, semakin ke atas udara pun semakin sejuk terasa. Pokoknya sangat memanjakan mata dan bisa dijadikan alternative healing selain Puncak. Namun, perbedaannya dengan Puncak, kawasan ini masih relatif sepi dan masih asri banget.
Nah, saya teruskan ya ceritanya. Setelah melalui beberapa kelokan dan tanjakan dengan pemandangan yang indah, sampailah kita di gerbang Gunung Padang meski dari pintu gerbangnya kita masih harus mengendarai lagi sampai ke tempat yang dituju.
ADVERTISEMENT
Dari gerbang masuk kita harus membayar tiket motor atau mobil yang relatif terjangkau. Di kawasan bagian dalam dari gerbang Gunung Padang ini terlihat bangunan dan jalan yang relatif terbilang masih baru, bahkan saat itu masih dalam pembangunan, semacam masjid dan bangunan serbaguna.
Mungkin saat ini apabila anda ke sana, bangunan-bangunan tersebut sudah jadi. Salah satu bangunan tersebut ada yang berbentuk segitiga, sangat unik untuk menjadi objek berswafoto. Tetapi karena belum jadi, kami mengurungkan niat.
Tak disangka, di atas di sekitar pintu masuk Gunung Padang ternyata terdapat rumah penduduk juga. Kami jadi bertanya-tanya, bagaimana mereka membeli kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli bahan pokok untuk makan dan lain-lain?
Mungkin, di sekitar kawasan itu, terdapat warung-warung yang menjual kebutuhan sehari-hari. Karena kalau mereka harus membelinya ke pasar yang ada di bawah tentu sangat menguras waktu dan tenaga.
Situs Purba Gunung Padang Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan
Di depan pintu gerbang menuju ke atas, di sisi kiri terdapat loket untuk membayar tiket masuk, dan uang sumbangan sukarela untuk biaya pemeliharaan. Setelah membeli tiket, kami bergegas masuk ke dalam. Di depan gerbang ada semacam sumur di mana saat itu sedang dipakai untuk mencuci muka atau istilahnya disimbolkan untuk mensucikan diri sebelum memasuki wilayah Gunung Padang.
ADVERTISEMENT
Di sana ada banyak pemandu yang senantiasa menceritakan sejarah soal Gunung Padang. Mereka para pemandu memakai pakaian khas sunda berwarna hitam-hitam dan ikat sunda, yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala.
Sesampainya di atas, kami melihat pemandangan yang indah luar biasa, rasa kagum dan sekaligus puas menjadi satu. Seolah-olah kelelahan akan perjalanan kami yang panjang sebelumnya, terbayar kontan dengan indahnya pemandangan alam dari atas.
Sungguh, luar biasa Tuhan memberi kecerdasan kepada nenek moyang kita sehingga bisa membangun bangunan dari batu yang usianya mungkin sudah puluhan ribu tahun yang lalu, di tempat yang tinggi seperti itu. Saya memikirkan dan membayangkan pengerjaannya seperti apa, sungguh sangat tidak masuk di benak yang terbatas ini.
ADVERTISEMENT
Saya melihat bahwa teras atas atau bagian yang atas yang kami injak itu memang bagian yang paling puncak dari bangunan Gunung Padang, sedang bangunan bagian tengah dan bawahnya sudah terkubur tanah sehingga tak bisa terlihat.
Dari perjalanan ke Gunung Padang ini, memberikan saya pengalaman yang sangat berkesan. Selain mengajak wisata sejarah yang berguna untuk anak, juga sekaligus mendapat healing dengan pemandangan indah selama perjalanan ke Gunung Padang.
Tak ada rasa lelah yang ada hanya kenangan yang indah. Sekian cerita saya kali ini, semoga bermanfaat buat kalian yang membacanya.