Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hafalan Qur'an Bawa Takbir Wakili Kabupaten Semarang di Lomba Tingkat Provinsi
9 Oktober 2021 14:24 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki soal ketiga, suara Takbir terhenti. Mulutnya sudah siap mendesiskan ayat tapi otaknya tidak memberi clue perihal apa yang harus diucapkan. Ia lupa jawaban dari pertanyaan juri. Padahal sudah semalam suntuk ia mengulang hafalan Al-Qur’an juz 1 yang sedang ditanyakan ini. Ketukan palu sudah berbunyi dua kali. Artinya, jika sekali lagi berdenting, santri Pesantren Tahfzih Daarul Qur’an Semarang kelas 7 ini kehilangan kesempatan menambah poin.
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan terpepet, pangkal ayat yang terletak di halaman 6 tersebut terlintas di benak Takbir. Tepat sebelum ketukan palu terakhir, Takbir mampu melanjutkan ayat yang ditanyakan juri. Poin pun tak jadi raib dan kembali masuk ke kantong Takbir.
Ruang kelas di SMPN 1 Bringin, tempat berlangsunya lomba Musabaqoh Hifzhil Qur’an tingkat SMP se-Kabupaten Semarang yang diikuti Takbir, terbuka di tengah acara dan menjadi penyebab pikirannya terdistraksi. Ketukan rebana dari panggung utama yang lumayan keras mengganggu konsentrasinya. Beruntung setelah itu panitia bergerak cepat menutup pintu ruangan.
Setelah kejadian tersebut, Takbir melaju mulus melibas semua pertanyaan juri pada lomba yang diadakan Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang ini. “Yang lumayan susah soalnya ada soal menyebutkan ayat sebelumnya, jadi tricky juga,” cerita Takbir.
ADVERTISEMENT
Meski sempat menyusahkan, kejadian ngeblank itu bak berkah untuk Takbir. Saat pengumuman pemenang pada lomba yang digelar 23 September 2021 itu, Takbir dinyatakan sebagai peraih poin tertinggi dan berhak menyandang predikat juara 1.
Langkah Akbar Takbir Rais, nama lengkapnya, belum berhenti. Para juara berhak mewakili Kabupaten Semarang di tingkat Provinsi Jawa Tengah yang akan digelar sebulan setelahnya. Takbir yang mampu mengalahkan puluhan peserta se-Kabupaten Semarang itu kini menghadapi tantangan lebih besar. Meski kategorinya sama, yakni 1 juz, tapi ia akan bertemu para pesaing dengan karakter suara dan kemampuan hafalan yang makin beragam.
Jika Takbir lolos tingkat Provinsi, ia akan mewakili Provinsi Jawa Tengah pada tingkat nasional. Kesulitannya juga makin bertambah. Bukan lagi 1 juz, tapi 5 juz. Meski begitu, Takbir optimis dengan persiapan dan kemampuannya. “Harus optimis menang, ya. Kalau perlu sampai internasional,” ungkapnya penuh keyakinan.
Menurut Takbir, keberhasilannya meraih juara di bidang hafalan Al-Qur’an adalah dampak, bukan tujuan. Karena ia percaya seorang penghafal Al-Qur’an selalu diliputi keberkahan dari Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Perjalanannya dalam menghafal sudah dimulai sejak lama. Sebelum masuk Pesantren Daqu Semarang yang terletak di Kelurahan Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, ia mondok di I’daad Shigor Putra, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, yang berada satu lokasi dengan Pesantren Daqu Pusat di Kelurahan Ketapang, Kota Tangerang.
Shigor Putra merupakan pesantren untuk santri tingkat SD. Takbir masuk ke sana saat kelas 2. Meski rumahnya masih berada satu kota dengan pondoknya itu, tapi bagi anak seusianya tetap terasa sulit.
Masuk Shigor Putra berbekal hafalan satu-dua surat, secara intensif Takbir terus menambah hafalannya. Sebanyak empat kali dalam seminggu ia diharuskan menyetor hafalan ke guru tahfzihnya. Hingga masuk di kelas 6 SD, anak kedua dari tiga bersaudara ini berhasil menghafal seluruh ayat Al-Qur’an.
ADVERTISEMENT
Dalam menghafal Al-Qur’an yang paling susah adalah menjaga hafalannya. Hal itu juga dirasakan Takbir. Naik ke tingkat SMP kesibukannya semakin banyak. Sekarang ia hanya punya dua kali kesempatan menyetorkan hafalan pada guru tahfizhnya. Terlebih ketika masa pandemi di mana para santri lebih banyak di rumah. Godaan handphone dan televisi pun menghampiri.
Meski begitu ia punya jurus jitu menjaga hafalannya. Kata Takbir, kunci menjaga hafalan adalah dengan muroja’ah atau membaca berulang kali. Ketika di rumah, minimal satu kali sehari ia membuka lembaran Al-Qur’an untuk dibaca. Dirinya sekaligus mengingat halaman dan letak ayat yang sedang dibaca tersebut.
Menurut para guru tahfizhnya, Takbir bukan hanya punya kemampuan menghafal mumpuni, namun juga suara yang indah. Lantunannya mengingatkan pada murotal merdu Syekh Abdurrahman as-Sudais yang masyhur sebagai Imam Besar Masjdil Haram.
ADVERTISEMENT
Ketika di Shigor dulu, Takbir beberapa kali mengikuti lomba Tilawah (Qori’) Al-Qur’an. Ia menjadi juara pada lomba internal yang diadakan pondok. Kemampuan tilawahnya diasah oleh Ustadz Aam, salah satu guru tahfizh di Shigor Putra.
Target Takbir selanjutnya adalah lomba tingkat provinsi, lalu nasional. Dari situ ia juga menatap tujuan yang lebih besar yakni mengikuti Wisuda Tahfizh Nasional dalam rombongan santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an penghafal 30 juz secara mutqin. Ia juga mengincar predikat santri Pesantren Daqu Semarang pertama yang memeroleh sanad Al-Qur’an.
Takbir juga ingin menjadi pengusaha atau jenderal tantara. Ia ingin melampaui pencapaian sang ayah, Samsu Rais, yang sekarang menjabat lurah di Kelurahan Nambo Jaya, Tangerang. “Persiapannya belajar, kuliah, mau kuliah di UI, jurusannya yang setingkat presiden, hukum, sosial, ekonomi, sampai S3 nanti,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ayahnya tentu mendukung cita-cita besar sang anak. Kepada Takbir, ia berpesan, khususnya sebagai pedoman ketika Takbir mondok.
“Dari pertama kali masuk sini (Pesantren Daqu Semarang), pesannya cuma satu, jangan mencuri. Karena kan kalau nyuri itu gak jujur, dosa. Kalau orangnya gak ikhlas sampai hari kiamat kita dapet dosanya gede banget,” ungkap Takbir mengikuti ucapan sang ayah.
Takbir pun mengirim pesan pada santri Pesantren Daqu yang sedang berjuang menghafal Al-Qur’an. Ia ingin semua santri bisa mengikuti jejaknya yang hafal Al-Qur’an 30 juz, atau bahkan capaian yang lebih tinggi lagi.
“Man jadda wa jada. Harus dihafal terus, jangan menyerah. Terus jangan ngomong jorok dan hal-hal tidak baik lainnya yang bisa ngilangin hafalan,” terangnya.
ADVERTISEMENT