Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Syeva Masuk Akpol, Lewat Sajadah Bunda Hingga Pesan Akhlak Mulia dari Ayah
11 November 2022 13:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah pesan diterima Muhammad Syeva Nirwana Ginting. Laki-laki yang akrab disapa Syeva ini meresapi isi pengumuman tersebut. Di dalamnya tertulis, Politeknik Keuangan Negara (PKN)-STAN tidak menerima mahasiswa baru imbas pandemi.
ADVERTISEMENT
Ya, kampus di bawah Kementerian Keuangan RI itu menjadi pilihan Syeva untuk melanjutkan studi usai mondok di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang. Dirinya yang lulus tahun 2020 ini sudah lama kepincut menjadi taruna di PKN-STAN. Namun, Allah SWT berkata lain.
Syeva pun teringat akan seniornya dahulu kala masih sekolah di tempat asalnya, Bangka Belitung. Sang senior merupakan taruna juga. Namun, bukan di kampus STAN yang diincar Syeva.
Sang senior merupakan taruna Akademi Kepolisian (Akpol), Magelang, Jawa Tengah. Saat memasuki ujian akhir sekolah saat Syeva duduk di kelas 12, ia sempat terngiang untuk mengikuti jejak sang senior.
Ujian sekolah pun berakhir. Selaras dengan keputusan Syeva yang mantap ingin menjadi taruna di Akpol.
ADVERTISEMENT
Putra dari pasangan Muhammad Syarifuddin dan Eva Nirmalasari ini terpilih menjadi taruna Akpol tahun ajaran 2022. Syeva masuk di Pesantren Tahfihz Daarul Qur’an Tangerang tahun 2017/2018 dari kelas ‘Idaad (persiapan) dan lulus pada tahun 2022 kemarin.
Siapa menyangka, haluan yang berpindah saat memilih kampus membuat Syeva menemukan takdirnya. Sang bunda, Eva, bercerita saat dirinya senantiasa mendampingi sang buah hati dalam proses penerimaan taruna Akpol.
Setelah mengetahui keinginan sang anak menjadi taruna, Eva pun segera menyiapkan kebutuhan Syeva. Sebagai seorang taruna, tuntutan kekuatan fisik dan mental menjadi perhatian.
Eva dan sang suami akhirnya mendaftarkan Syeva di beberapa tempat bimbingan belajar. “Dia (Syeva) ikut bimbel di beberapa tempat, les psikotes, ikut bimbingan jasmani dan kesehatan juga,” kenang Eva mengingat masa tersebut.
ADVERTISEMENT
Perhatian dan dukungan ayah-bunda membuat Syeva merasa nyaman. Ia pun makin percaya diri memantapkan langkah menjadi taruna Akpol. Serangkaian persiapan rutin ia tempuh. Hingga masa ujian masuk itu pun tiba.
“Ketika nanti Shevanya tes itu, ada yang menyarankan, dari mulai keluar ramah hingga kalau bisa sampai kembali lagi ke rumah, bacakan dzikir terus. Kalau bisa di sajadah. Tapi karena saya sambil ngurus adiknya yang kecil, jadi saya sambil ngasuh dan beberes rumah. Tapi saya tetap dzikir,” cerita Eva lagi.
Ia menyadari, betapapun orang tua mendukung keinginan anak, jika Allah tidak meridhoi, maka jalan terjal akan ditemui. Karena itu, amalan-amalan supaya jalan sang anak diberkahi Allah SWT ia lakukan. Tak lupa ia mengajak sang suami.
ADVERTISEMENT
Satu visi dengan sang istri, Syarifudin, ayah Syeva, mengaku memasukkan sang anak di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang juga didorong keinginannya memiliki buah hati penghafal Alqur’an yang berakhlak mulia.
“Saya bilang ke anak-anak, yang paling penting apapun nanti pofesinya, kalian sudah punya landasan agama, akhlak yang baik,” ujar Syarifudin berkisah.
Berawal dari sang sepupu, om-nya Syeva, Syarifuddin dan Eva mendapat informasi tentang Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Sang sepupu pun memondokkan anaknya di sana, Evandri, angkatan 9.
Testimoni yang didapat dari sang kerabat tentang Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an cocok dengan tujuan pasangan suami istri ini dalam memilih tempat pendidikan anak. Syeva akhirnya didaftarkan di sana.
Satu tahun Syeva di pondok, kegelisahan jauh dari anak Syarifuddin dan Eva rasakan. Namun, melihat banyak perkembangan dalam diri Syeva saat mondok membuat hati mereka gembira bukan main.
ADVERTISEMENT
Tak butuh waktu lama untuk memantapkan keputusan mereka memondokkan adik-adik Syeva juga. Ditambah Syeva, total tiga anaknya pernah dan sedang mengecap pendidikan pondok di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang.
Adik-adik Syeva yakni Muhammad Iyam Pepayoza Ginting dan Muhammad Enda Mezoresa Ginting. Iyam kini berada di bangku kelas 12 dan sedang mengikuti program dauroh intensif Bahasa Arab di Mesir. Sementara Enda sedang berjuang mengikuti ujian akhir sekolah tingkat SMP.
Syarifuddin mengaku, awalnya ia pun ragu kalau pesantren bisa melahirkan lulusan yang kompeten di berbagai bidang. Namun akhirnya ia melihat sendiri dalam diri sang anak, Syeva.
Syarifuddin tetap membebaskan kedua adik Syeva memilih jalan hidupnya. Baginya yang terpenting, pesan melandaskan agama di segala profesi sudah ia sampaikan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, darah taruna tidak jauh-jauh dari keluarga mereka. Menurut Eva, Iyam juga mulai melirik Akpol hingga IPDN. Lain hal dengan Enda yang telah beberapa kali melihat-lihat situs PKN-STAN, kampus incaran pertama sang kakak.
Mudah-mudahan kedua adik Syeva bisa mengikuti jejak sang kakak. Karena kedua orang tua mereka pun yakin, dengan landasan agama di pesantren, keberkahan akan mengiringi di setiap langkah kehidupan.
Ini adalah investasi paling mulia. Investasi yang bukan hanya menghasilkan keuntungan dunia, tapi juga keberkahan akhirat. Mari doakan semua orangtua yang anaknya tengah mondok di mana saja agar ilmunya mendatangkan keberkahan.