Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim, Hapus Ujian Nasional. Setuju Gak?
5 Desember 2019 18:37 WIB
Tulisan dari Cermati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cermati.com, Jakarta - Wacana menghapus ujian nasional (UN) SD, SMP, SMA bakal menjadi babak baru sistem pendidikan Indonesia. Inilah gebrakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim yang akan membuat beban para siswa tingkat akhir lebih ringan.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya bola panas menghapus ujian nasional sudah beberapa kali dilemparkan, namun tak jua terealisasi. Wacana ini selalu mencuat tiap kali pergantian Mendikbud baru. Belum lama ini, pernah diutarakan Sandiaga Uno dalam debat Pilpres 2019.
Kini, wacana menghilangkan ujian akhir kembali bergulir. Bahkan nadanya lebih serius. Nadiem yang juga mantan CEO Gojek itu sepertinya tahu betul keinginan guru, murid, dan orangtua.
Penasaran dengan kabar wacana penghapusan ujian nasional ini? Cermati.com akan mengulasnya seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Ujian Nasional Bikin Stres Siswa, Benar Gak Ya?
Persiapan ujian nasional panjang. Sampai ikut bimbingan belajar (bimbel) dengan biaya cukup mahal. Khawatir tidak mampu mengerjakan soal ujian, mendapat nilai jeblok, hingga bayang-bayang tidak lulus menghantui siswa.
ADVERTISEMENT
Momok ujian nasional saban tahun menyerang psikologis anak. Anak jadi stres berat, depresi, sakit keras, dan ujung-ujungnya berakhir dengan kabar duka meninggal dunia gegara UN.
Inilah alasan yang melatarbelakangi rencana Nadiem membenahi sistem pendidikan di Tanah Air, termasuk wacana kebijakan menghapus ujian nasional.
“Banyak sekali aspirasi dari masyarakat, guru, murid, orangtua. Sebenarnya banyak dari mereka bukan ingin menghapus, tapi menghindari hal negatif (dari UN),” ucap Nadiem, dikutip dari kontan.co.id.
Contohnya, ungkap Nadiem Makarim , tingkat stres tinggi yang dialami siswa menjelang ujian nasional. Begitu menghadapi ujian akhir, muncul rasa khawatir yang berlebihan, terutama bila soal ujian menyangkut pelajaran yang bukan bidang mereka.
Asal tahu saja, kasus kematian atau bunuh diri akibat tekanan ujian nasional di Indonesia bukan baru satu dua kali. Jumlahnya mencapai belasan kasus sejak 2007-2015. Periode di mana ujian nasional masih menjadi syarat utama kelulusan siswa.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2015 juga, pemerintah mengubah kebijakan. Ujian nasional tak lagi jadi penentu kelulusan. Namun mempertimbangkan seluruh nilai mata pelajaran, sehingga seorang siswa bisa dinyatakan lulus atau tidak.
Meski demikian, kasus kematian atau bunuh diri karena ujian nasional tidak berhenti. Masih ada saja siswa yang mengakhiri hidupnya, contoh kasus lantaran nilai UN tak sesuai harapan maupun tidak lulus.
Baca artikel selengkapnya di sini .