Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menghadirkan Kembali Minat Menulis
12 Oktober 2021 13:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Cici Yuli Wartuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan minat menulis saya sudah seperti roller coaster, saya cukup kewalahan dalam mengatasi writers block. Akan tetapi, jika saya tilik lagi berdasarkan history jangka pendek yang sudah terlewati, hampir setiap saat minat saya ini seperti roller coaster (dalam bidang apa pun), hanya saja saya tidak sadar diri dan kurang mau mengakui di depan orang lain.
"Ustazah, kami sering kehilangan ide untuk menulis," ucap salah seorang anak didik saya ketika berada di kelas ekstrakurikuler menulis.
ADVERTISEMENT
"Kadang ustazah, kami bosan menulis, itu bagaimana solusinya ustazah?" pertanyaan menyusul datang dari anak yang lainnya.
Saya ini dipanggil ustazah, adakalanya merasa malu sendiri, karena ilmu agama saya masih cetek. Tapi, apa mau dikata, berangkat merantau ingin menjadi wartawan Kumparan, eh kenyataannya malah nyasar di pesantren yang menghafal Al-Qur'an. Maka dari itu, mau tidak mau, ingin tidak ingin, saya pasrah dipanggil ustazah.
Kembali pada pertanyaan dua orang anak didik saya di atas, dengan entengnya saya bersabda;
"Menulis itu memang ada kalanya kita bosan, tapi kita juga harus paham bahwa untuk mencapai tahap yang ahli dan terbiasa, berulangkali kita memang harus memaksakan diri. Jika kalian bingung mencari ide, coba kembali membaca buku, bercengkrama dengan teman, mencari suasana baru, jangan hanya diam. Menulis itu ya hanya tinggal menulis, tuliskan saja apa yang sedang kalian pikirkan".
ADVERTISEMENT
Demikianlah nada indah yang keluar dari mulut saya sendiri, tanpa sadar saya benar-benar sedang menasihati diri saya dengan lontaran pertanyaan yang diajukan oleh orang lain.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena, saya masih menyadari makna roller coaster yang saya tafsirkan pada kalimat awal tulisan ini. Jika sedang berada pada semangat yang tinggi, maka saya akan merasa bisa menulis apa pun, saya akan menulis di banyak akun media sosial yang saya miliki. Tapi, jika semangat saya menurun, saya akan membiarkan diri saya terjun bebas menuju titik terendah, dengan diam rebahan memandangi indahnya langit kamar.
Kebiasaan saya adalah bingung untuk mengumpulkan mood yang baik, hingga saya berlarut-larut tidak menulis di mana pun.
ADVERTISEMENT
Seperti beberapa hari belakangan, saya sudah ingin sekali rasanya menulis kembali di Media Online kumparan, tapi sayangnya mood baik ini tidak kunjung menyatu agar terbentuknya rasa semangat yang tinggi. Hingga yang saya pertanyakan pada diri sendiri hanyalah "ingin menulis apa?" lalu saya buat menjadi sebuah judul.
Dari judul di atas, saya biarkan jari ini mengetik. Sampai pada tulisan ini saya buat, saya jadi teringat lontaran perkataan pada anak-anak saya di kelas "Mulai aja dulu dengan apa yang sedang kita pikirkan". Ternyata perkataan saya itu benar, buktinya tulisan ini.
Terima kasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat.
Salam Hormat, Cici Yuli Wartuti.