Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Membaca Buku Tidak Hanya Menyenangkan, tapi Juga Menjernihkan Pikiran
7 September 2023 19:48 WIB
Tulisan dari Cindy Muspratomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pikiran seperti air, ketika jernih dan suci ia bisa memberi manfaat yang besar. Begitu sebaliknya, ketika ia kotor dan najis maka ia tidak begitu berguna. Ia tidak membuat tubuh kita sehat dan tidak dapat digunakan untuk menyucikan diri.
Waktu kecil, dalam fiqih taharah atau bersuci, kita diajarkan tatacara menyucikan badan dari najis, hadas kecil maupun hadas besar. Guru kita seringkali berkata Tuhan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Kesucian dipandang sebagai unsur penting dalam kehidupan beragama, bahkan tidaklah sah ibadah kita ketika kita masih dalam keadaan tidak suci.
ADVERTISEMENT
Namun, satu hal yang luput dari pembelajaran masa kecil adalah, kita senantiasa diajari membersihkan dan menyucikan badan, tapi jarang kita dibimbing untuk membersihkan dan menyucikan pikiran. Padahal memiliki pikiran yang bersih, jernih, dan suci tidak kalah penting dari memiliki badan yang bebas dari kotoran dan najis. Lebih-lebih dalam menghadapi hingar-bingar tahun politik seperti sekarang.
Pikiran yang jernih akan menghindarkan kita dari kerusakan. Ia berfungsi seperti rem sekaligus penasihat yang bijaksana. Ia akan memberikan kita pertimbangan-pertimbangan matang dan penting dalam setiap tindakan. Orang dengan pikiran yang tidak jernih cenderung lebih mudah membuat kerusakan dan perbuatan buruk.
Dalam hal menerima informasi misalnya, orang dengan pikiran jernih biasanya akan mempertimbangkan validitas informasi tersebut sebelum memutuskan mempercayainya atau meresponnya lebih lanjut. Sebaliknya, orang dengan pikiran tidak jernih cenderung lebih mudah menerima informasi bohong atau menyebarkannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang dengan pikiran yang jernih tidak akan membiarkan dirinya dibimbing oleh prasangka-prasangka atau asumsi-asumsi, terlebih prasangka yang buruk. Ia pandai memilah mana fakta atau kebenaran dan mana prasangka atau fitnah. Sebaliknya, orang dengan pikiran yang tidak jernih biasanya secara serampangan gampang melontarkan hal-hal yang ia percaya sebagai fakta padahal itu prasangka atau fitnah.
Dan yang tidak kalah penting, pikiran yang jernih membantu kita melihat suatu hal secara utuh, tidak sepotong-potong sehingga kesimpulan yang kita dapatkan akan presisi, tidak ngawur, tidak asal, dan tidak sembarangan.
Nah, pikiran yang jernih amat kita butuhkan ketika terjun ke ruang publik, terutama ruang media sosial, apalagi di tahun-tahun politik seperti sekarang di mana segala informasi bisa sangat ngawur dan simpang siur. Di mana kadang aktor-aktor politik dan para simpatisan atau pendukungnya menyampaikan informasi secara tidak utuh dan tidak benar.
Saya percaya, jika diisi oleh manusia-manusia dengan pikiran yang jernih maka ruang media sosial kita akan lebih nyaman karena bebas dari hoax, ujaran kebencian, atau informasi yang menyesatkan. Dengan pikiran yang jernih, maka perdebatan-perdebatan di media sosial pun kualitasnya akan jauh lebih baik.
ADVERTISEMENT
Mengingat berbagai manfaat yang didapat dari kejernihan pikiran itu, maka sudah waktunya kita menyadari bahwa selain membersihkan dan menyucikan badan dengan mandi dua kali sehari kita juga perlu membersihkan dan menyucikan pikiran kita dari kotoran serta ‘najis’ berupa prasangka buruk, informasi bohong, juga stereotip negatif.
Bagaimana caranya? Gemar membaca adalah jurus jitu yang saya tawarkan.
Membaca, Anda tahu, akan meningkatkan pengetahuan di kepala kita. Dengan perbendaharaan pengetahuan yang memadai, kita bisa melihat suatu fenomena dari berbagai sisi, sehingga kita akan lebih bijak dalam menyimpulkan. Selain itu, luasnya pengetahuan yang kita miliki adalah modal penting untuk menganalisis seberapa valid informasi yang kita dapatkan.
Dengan membaca banyak literatur kita akan terbiasa melihat berbagai sudut pandang dan argumen yang berbeda. Ini memberi kita manfaat yang kedua yakni membantu kita meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
ADVERTISEMENT
Jika Anda terlahir sebagai orang dengan kemampuan berpikir kritis yang mumpuni maka Anda patut bersyukur, tapi saya yakin itu mustahil. Karena kemampuan berpikir kritis bukan pemberian yang jatuh dari langit tetapi sesuatu yang perlu kita pelajari.
Selain dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki kemampuan berpikir kritis, sebenarnya kita bisa menyebutkan lebih banyak lagi manfaat dari kebiasaan membaca seperti meningkatkan imajinasi dan kreativitas, meningkatkan kemampuan berbahasa, melatih fokus dan konsentrasi dan sebagainya. Tapi, saya pikir dua manfaat itu saja sudah cukup, sudah sangat mumpuni membantu pikiran kita menjadi lebih jernih, terbebas dari kotoran dan ‘najis’.
Tapi, barangkali Anda tipe orang yang lebih suka bersenang-senang, alias membaca sekadar sebagai hiburan. Tentu tidak masalah. Membaca memang seharusnya kita pandang sebagai aktivitas yang menyenangkan. Maksud saya, daripada menghibur diri dengan jenis hiburan seperti menonton TV atau scroll-scroll media sosial, lebih baik kita membaca buku. Karena membaca buku, menurut saya, adalah aktivitas hiburan yang lebih berkualitas dibanding yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, tidak ada bedanya, kita boleh punya tujuan yang beragam. Saya yakin apa pun tujuan kita membaca, selama kita punya kebiasaan gemar membaca maka kita akan tetap mendapat berbagai manfaat yang saya sebutkan sebelumnya. Dan yang lebih penting lagi, alangkah baiknya kebiasaan itu tidak kita simpan sendiri melainkan kita tularkan. Nah, ayo membaca!