Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kegetiran Cinta di Balik Novel Frankenstein yang Legendaris
25 Maret 2021 9:24 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novel Frankenstein merupakan salah satu novel paling legendaris yang ada di dunia ini. Novel tersebut berhasil mendapatkan perhatian masyarakat sehingga banyak diangkat di industri hiburan di dunia ini. Film menjadi hal yang paling banyak mengangkat Frankenstein.
ADVERTISEMENT
Tapi tahukah kalian bahwa sebenarnya Frankenstein hadir akibat buah frustrasi dari sang pengarang, Mary Shelley. Sang penulis menuangkan rasa frustrasinya menjadi sebuah cerita yang secara tidak sengaja berhasil meledak di pasaran.
Lantas, apa yang membuat Mary Shelley frustrasi? Jawabannya adalah soal percintaan tentunya. Terlahir dari keluarga yang cukup terhormat, kehidupan cinta Mary Shelley tidak seindah kehormatan keluarganya.
Lantas seperti apa cinta yang dialaminya? Kenapa cinta tersebut membuatnya frustrasi?
Cinta Getir Tak Tertahankan
Mary Shelley lahir dari pasangan William Godwin yang merupakan seorang filsuf dan Mary Wollstonecraft yang merupakan aktivis hak perempuan. Tentu keluarga milik Shellwy cukup disegani dan dihormati. Sayangnya, ibu Shelley, Wollstonecraft harus meninggal beberapa hari setelah Shelley lahir.
ADVERTISEMENT
Praktis, dia dibesarkan tanpa ibu kandungnya. Walau begitu, sang ayah menjadi orang yang memyayanginya. Memasuki usia 17 tahun, Mary tentu sudah mengenal soal percintaan.
Dia menjalin hubungan percintaan dengan lelaki kenalan ayahnya yang bernama Percy Bysshe Shelley yang statusnya sudah menikah.
Keduanya bertemu secara rahasia, mengatur pertemuan rahasia di kuburan Wollstonecraft. Begitu ayahnya mengetahui hubungan ini, Mary Shelley akhirny berusaha memutuskan kekasihnya ini meski usaha tersebut gagal.
Pada tahun 1814, pasangan itu berangkat ke Prancis bersama saudara tiri Mary, Claire Clairmont. Ketiganya melakukan perjalanan ke seluruh Eropa membaca karya ibu Mary, membuat jurnal perjalanan mereka, dan mengembangkan tulisan mereka sendiri.
Pada musim gugur tahun 1814, uang telah habis dan mereka terpaksa kembali ke rumah. Situasi pulang menjadi buruk setelah Mary mengetahui dirinya hamil.
ADVERTISEMENT
Dia menyembunyikan kehamilannya yang ringkih agar tidak ketahuan. Sebaliknya, Percy justru malah berselingkuh dengan Claire. Tapi sayangmya, hanya sedikit bukti yang bisa diketahui dari hal tersebut. Yang jelas, Mary sering ditinggal Percy pergi.
Pada Februari 1815, anak Mary lahir prematur dan meninggal dua minggu kemudian. Ketidakpedulian Percy terhadap kehilangan anak mereka memaksa Mary untuk mencari kenyamanan pada diri lelaki lain.
Dia akhirnya menjalin hubungan dengan Thomas Jefferson Hogg.
Menciptakan Novel Brilian di Tengah Depresi
Begitu dia cukup sehat untuk bepergian, pasangan itu berpindah-pindah dengan harapan meredakan depresi Mary pasca hubungannya dengan Percy hancur.
Ketika bepergian, mereka sering kali terhambat karena musim hujan dan terpaksa berdiam diri di tempat mereka menginap. Dari sinilah kemudian Mary dan Hogg sering kedatangan teman-teman mereka. Dalam kesempatan itu, mereka sering membahas mengenai cerita hantu dan mengembangkan cerita versi mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Kecemasan Mary mengganggu kreativitasnya. Namun, pada suatu malam di pertengahan Juni, dia membayangkan sebuah mayat dihidupkan kembali melalui galvanisme atau kontraksi otot dengan sengatan listrik untuk menghidupkan seseorang.
Begitu ide itu datang padanya, dia tidak bisa melepaskannya dan mulai menulis kisah yang tadinya akan dibuat cerita pendek. Tapi kemudian, dia malah membuat novel dan terciptalah Frankenstein.
Hasilnya, novel ini menjadi salah satu novel terbaik sepanjang masa. Mary menyelesaikan novel itu pada musim semi 1817.
Novel ini hanya dicetak 500 eksemplar di sebuah rumah penerbitan kecil di London. Dia merilis novel itu secara anonim, tetapi itu didedikasikan untuk William Godwin dan termasuk kata pengantar untuk Percy Shelley.
Awalnya novel itu tak diterima baik karena dianggap mengajarkan ajaran buruk plus sangat mengerikan. Tapi semua berubah ketika mengetahui novel itu ternyata dibuat oleh seorang wanita.
ADVERTISEMENT
Versi ceritanya yang ketiga dan paling banyak dibaca diterbitkan pada tahun 1831 dan dalam edisi ini Shelley merevisi novelnya untuk memenuhi cita-cita yang lebih konservatif.
Tak disangka, novel ini diciptakan dalam keadaan Mary Shelley yang sedang menyembuhkan depresinya! Luar biasa.