Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Déjà Vu! Apakah Déjà Vu Itu Nyata?
1 Desember 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Clarissa Andrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kayaknya aku udah pernah kesini”
“Kayaknya aku udah pernah melakukan hal ini”
ADVERTISEMENT
“Kayaknya aku udah pernah berbicara dengan orang ini”
Pernahkah kalian mengalami hal yang sama seperti contoh di atas? Dimana pada saat kita melakukan sesuatu yang baru dan belum pernah kita lakukan sebelumnya, tetapi kita merasa sudah sangat familiar dengan kejadian tersebut. Hal ini yang dinamakan sebagai Fenomena Déjà vu.
Pengertian Déjà Vu
Dalam Bahasa Prancis, Déjà Vu memiliki arti pernah merasa atau pernah melihat (already seen). Déjà vu merupakan perasaan bahwa apa yang sedang kita alami sekarang sudah pernah terjadi di masa lalu. Bahkan terkadang kita juga bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya. Fenomena ini biasanya terjadi dalam durasi 10 hingga 30 detik. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi psikologis yang membuat otak memberikan transmisi kepada individu untuk merasa seakan-akan sudah pernah melihat, melakukan, atau mengerjakan sesuatu yang sebenarnya belum pernah terjadi di hidup kita.
ADVERTISEMENT
Apa Penyebab Terjadinya Déjà Vu?
Sebagian besar dari kita pasti pernah merasakan yang namanya déjà vu setidaknya sekali dalam hidup kita. Hal ini membuat banyak orang sering mengaitkan fenomena déjà vu dengan hal-hal mistis, padahal pada kenyataannya fenomena ini terjadi karena adanya “glitch” yang terjadi pada otak. Dimana terdapat dua aliran pikiran yang sedang bertabrakan sehingga menimbulkan kesalahan pada persepsi dan memori. Déjà vu tidak hanya terbatas pada affect, proses berpikir, persepsi, serta kognisi, melainkan melibatkan semua aspek ini.
Berikut beberapa alasan yang dapat menyebabkan seseorang merasakan fenomena déjà vu:
Hal ini menekankan pada dua proses kognisi yang sesaat tidak dapat tersinkronisasi. Hal ini dapat terjadi karena dua jalur yang seharusnya terpisah secara tidak sengaja bergabung. Dalam otak manusia terdapat bagian hippocampus yang menjadi tempat untuk menyimpan memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Déjà vu dapat terjadi apabila otak salah dalam memberikan respon atas kejadian yang sedang berlangsung. Seharusnya apa yang kita lihat dan rasakan sekarang disimpan dalam memori jangka pendek, namun otak justru langsung menyimpannya dalam memori jangka panjang. Sehingga ketika kejadian tersebut berulang kembali, kita merasa bahwa hal tersebut sudah terjadi di masa lampau padahal pada kenyataannya peristiwa tersebut baru saja terjadi beberapa saat yang lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam otak manusia, terdapat Temporal Lobe atau Lobus Temporal yang berperan penting dalam menyimpan memori dan menafsirkan emosi. Déjà vu dapat terjadi karena adanya gangguan singkat pada sirkuit korteks temporal yang berkontribusi dalam mengingat pengalaman suatu kejadian. Gangguan ini dinamakan sebagai kejang lobus temporal yang menimbulkan adanya false memory atau memori palsu hingga rasa halusinasi pada situasi tertentu. Fenomena ini berpotensi untuk muncul pada seseorang yang memiliki epilepsi. Hal ini dikarenakan epilepsi dapat terjadi di area lobus temporal yang bertanggung jawab atas penyimpanan ingatan manusia. Pada saat mengalami déjà vu akan ada tiga bagian otak yang terpengaruh, yaitu hippocampus, gyrus parahippocampal, dan neokorteks temporal. Area ini berhubungan dengan proses pembentukan serta penyimpanan ingatan.
ADVERTISEMENT
Fenomena déjà vu dapat terjadi karena beberapa aspek yang muncul di situasi saat ini sudah pernah kita alami sebelumnya. Kita mungkin merasa familiar dengan apa yang sedang terjadi saat ini, karena sebenarnya kita sudah pernah melakukan atau mengalami kejadian serupa di masa lalu. Hanya saja kejadian yang sudah pernah kita alami di masa lalu, disimpan dalam bentuk penggalan atau potongan memori di otak. Sehingga pada situasi tertentu, kumpulan memori pada kejadian yang berbeda tergabung menjadi satu ingatan dan membentuk suatu ilustrasi baru. Hal ini membuat kita merasa sudah pernah mengalami suatu peristiwa yang sebenarnya terbentuk dari serangkaian kejadian yang berbeda-beda di masa lalu.
Kesalahan pada persepsi atau perhatian ganda (split perception) yang dihasilkan dari penyimpanan memori-memori implisit dapat menjadi penyebab dari terjadinya fenomena déjà vu. Otak manusia memiliki kemampuan untuk membentuk ingatan dalam sekali pandang, meskipun dalam waktu yang singkat. Maka dari itu, ketika seseorang mengalami kejadian secara singkat dan terdistraksi lalu segera disusul dengan kejadian selanjutnya dapat menimbulkan perasaan akrab atau familiar pada kejadian tersebut. Hal ini dikarenakan kejadian tersebut sebenarnya masih memiliki hubungan dengan kejadian sebelumnya. Singkatnya, déjà vu dapat terjadi apabila seseorang melihat hal yang sama di waktu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya déjà vu bukan merupakan sesuatu yang berbahaya ataupun tanda-tanda akan penyakit mental tertentu, namun pada beberapa orang hal ini dapat menimbulkan rasa mengganggu serta tidak nyaman. Fenomena déjà vu dapat lebih sering muncul bagi orang yang sedang mengalami kelelahan dan stress berlebihan. Hal ini terjadi dikarenakan rasa kelelahan dan stress dapat mempengaruhi memori jangka panjang serta memori jangka pendek seseorang.
Referensi
Blanchfield, T. (2024, May 20). Deja Vu: Its Meaning and Why We Experience It. Verywell Mind.
Brown AS, Marsh EJ. Digging into déjà vu: Recent research on possible mechanisms. Psychology of Learning and Motivation. doi:10.1016/S0079-7421(10)53002-0
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area (2020, November 1). Penjelasan ilmiah Déjà vu.
ADVERTISEMENT