Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Cek Toko Sebelah, Cek Dibalik Keberhasilannya!
16 Oktober 2024 7:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Cokorda Putra Indra Santika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Industri perfilman merupakan sebuah sektor yang mencakup produksi, distribusi, promosi atau eksebisi, dan konsumsi film. Setiap industri film memiliki segmen, target, hingga ciri khas mereka sendiri dalam memproduksi sebuah film terntentu. Amerika dengan Hollywoodnya yang menjadi ‘raksasa’ dalam perfilman tidak dapat dipungkiri telah menggapai popularitas dari penggemar film di seluruh di dunia. Oleh karena itu, Hollywood dapat dikatakan menjadi acuan bagi industri-industri film lain yang ada di dunia ketika akan memproduksi filmnya.
ADVERTISEMENT
Apabila melihat situasi saat ini, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun industri perfilman yang mendekati kelas Hollywood. Kilas balik dari perfilman Indonesia, dimulai pada tahun 1900-an dimana pada saat itu dilaksanakan oleh Pemerintahan Belanda hinggwa film Eropa dan Amerika tersebar ke penjuru Kota di Pulau Jawa. Tionghoa juga memiliki peran krusial dalam membentuk industri perfilman Indonesia. Ibarat kata, kawanan etnis Tionghoa menyumbangkan sebuah sifat perkembangan sosio-ekonomis atau dalam artian mereka berkontribusi dalam finansial dan pembentukan perspektif budaya ketika bercerita dengan memproduksi film.
Mari kita ambil salahsatu contoh rumah produksi di Indonesia yang ternama, yakni STARVISION. STARVISION adalah sebuah rumah produksi asli Indonesia yang didirikan pada tahun 1995 oleh Chand Parwez Servia. Perkembangan STARVISION dalam industri perfilman Indonesia cukup signifikan terlebih dalam hal inovasi dan keikutsertaan dalam kualitas film domestik. Penghargaan serta pengakuan didapatkan oleh rumah produksi tersebut. Bagaimana tidak? film “Cek Toko Sebelah ” yang disutradarai oleh Ernest Prakasa memperoleh 42 penghargaan, menjadi salahsatu film terbaik di Indonesia pada masanya. Apabila melihat film “Cek Toko Sebelah”, STARVISION telah menunjukkan dirinya sebagai rumah produksi yang juga mementingkan kualitas produk mereka dan tidak mementingkan keuntungan saja.
ADVERTISEMENT
Film “Cek Toko Sebelah” jika dilihat dari kesuksesannya, tentunya terdapat faktor penting dibalik kesuksesan tersebut seperti faktor promosi. Promosi dari film ini disalurkan dengan berbagai cara, seperti melakukan kampanye di media sosial yang relevan digunakan oleh masyarakat guna menjadi media promosi. Konten dari film ini dibagikan secara masif guna membangun awareness dari audiens. Berbicara media sosial, pastinya lekat dengan influencer yang eksis di media tersebut. Kolaborasi dengan influencer kerap dilakukan oleh STARVISION dan Ernest guna mencakup audiens di kalangan yang lebih variatif.
Aspek pendukung yang tak kalah penting bagi kesuksesan film “Cek Toko Sebelah” ialah aspek distribusi. Kita semua telah mengetahui
bahwa bioskop menjadi pangsa utama bagi masyarakat Indonesia apabila ingin menonton film. Film ini dirilis pada 28 Desember 2016 dengan total 2 juta penonton. Waktu perilisan film ini dapat dikatakan cukup strategis dan menguntungkan. Mengapa demikian? Karena film tersebut dirilis menjelang akhir tahun dimana masyarakat telah memasuki musim liburan dan berbondong-bondong mencari kegiatan menjelang akhir tahun, salahsatunya dengan menonton film. Aksesbilitas dari layanan digital seperti Netflix menjadi alternatif bagi mereka yang tidak bisa menonton secara langsung di bioskop. Hadirnya film-film di platform Netflix tersebut merefleksikan distribusi modern dimana rumah produksi dan film mereka memanfaatkan digitalisasi yang eksis guna menjangkau audiens lebih luas lagi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat yang telah mendapatkan kilasan film tersebut dan telah menyaksikannya, mereka telah mengosumsi film tersebut mungkin juga telah menafsirkan sebuah nilai yang terdapat pada film tersebut. Film “Cek Toko Sebelah” mengandung sebuah nilai yang dapat dikonsumsi oleh penonton. Nilai culture awareness pada film ini dilihat dari etnis Tionghoa serta dinamika yang ada di dalamnya. Hal tersebut membantu masyarakat mengonstruksi kesadaran akan keberagaman yang ada di Indonesia. Film yang mengangkat isu Tionghoa dan dikerahkan ke masyarakat, dapat membangun sebuah konstruksi baru terhdapat etnis Tionghoa. Seringkali etnis Tionghoa mendapatkan stigma negatif hingga rasisme di masyarakat, dengan adanya film ini yang menampilkan karakter Tionghoa kompleks dan manusiawi memberi sudut pandang baru terhadap etnis Tionghoa bagi masyarakat. Pada skenarionya, film ini memberi pesan seperti pentingnya rasa hormat dengan orang tua, kegigihan serta semangat, dan Kerjasama dalam keluarga. Penonton diajak untuk memahami, apabila terdapat masalah dalam sebuah komunitas atau bahkan keluarga dapat diselesaikan secara bersama. Film ini menitikberatkan pada pengertian dan cinta merupakan kunci utama untuk menjaga hubungan agar tetap harmonis.
ADVERTISEMENT
Film “Cek Toko Sebelah” sukses dalam sektor industri perfilman di Indonesia. Aspek-aspek seperti produksi, promosi, distribusi, dan konsumsi merupakan tonggak penting dalam membentuk sebuah karya audiovisual yang bernilai, menghibur, serta mendidik. Implikasi dari awareness buadaya dan perkembangan industri perfilman, Cek Toko Sebelah dapat menjadi batu loncatan bagi industri perfilman Indonesia agar step up menuju kualitas yang jauh lebih baik.