Konten dari Pengguna

Curhat Perempuan tentang Kondisi Keluarganya di Wuhan 2 Bulan Setelah Lockdown

26 Maret 2020 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Curhatan Perempuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kakek dan nenek. Dok: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kakek dan nenek. Dok: freepik.com
ADVERTISEMENT
Sudah 2 bulan semenjak pemerintah kota Wuhan, China menerapkan kebijakan lockdown atau melarang akses masuk dan keluar di sebuah wilayah, kini pasien yang positif tertular virus corona di kota tersebut pun mulai berkurang. Namun seorang perempuan bernama Laura Gao yang saat ini tinggal di Amerika Serikat tetap saja khawatir mengingat kakek dan neneknya berusia 80 tahun yang harus menetap di Wuhan selama masa krisis tersebut.
ADVERTISEMENT
Virus corona diketahui lebih cepat menular kepada orang-orang yang sudah berusia lanjut seperti kakek dan nenek Laura. Ia yang sebelumnya khawatir, akhirnya bisa berbahagia karena mendapat kabar dari kakek dan neneknya pada hari Minggu (22/3). Laura dihubungi oleh kakek dan neneknya yang tetap sehat hingga kini, ia juga mendapat informasi perkembangan yang terjadi di kota Wuhan setelah 2 bulan berstatus lockdown.
“Mendapat telepon dari kakek dan nenekku di Wuhan. Aku bertanya kepada mereka bagaimana mereka bertahan di sana serta perkembangan apa saja yang terjadi dalam kota tersebut. Inilah beberapa hal keren yang aku dapatkan,” cuit Laura saat memulai cerita di akun Twitternya @heylauragao.
Laura bercerita, hingga hari Minggu (22/3) kota Wuhan masih berstatus lockdown, orang-orang diizinkan keluar untuk berjalan-jalan hanya di wilayah mereka saja. Laura menjelaskan ‘wilayah’ ini maksudnya adalah wilayah orang-orang yang bermukim di area apartemen dengan memiliki ruang hijau yang bersih.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang sedang tinggal di Amerika Serikat ini bertanya-tanya bagaimana nenek dan kakeknya mendapat pasokan makanan selama Wuhan mengalami lockdown. Ternyata, pemerintah setempat telah menunjuk petugas di masing-masing wilayah untuk menjadi shop runner yang akan membelanjakan kebutuhan sehari-hari masyarakat di sana.
Jika ingin berbelanja, mereka harus mengisi sebuah formulir secara online dan menuliskan kebutuhan apa saja yang ingin dibelanjakan oleh petugas tersebut. Karena kakek dan nenek Laura buta huruf, paman dari Laura lah yang selama ini membantu mengisi formulir untuk berbelanja. Mereka dapat memesan apapun tanpa dibatasi, pemerintah juga membuat paket untuk beberapa kebutuhan agar mereka dapat membeli dalam jumlah banyak dengan harga murah.
Selain memperhatikan kebutuhan pokok warganya, pemerintah Wuhan juga memperhatikan penanganan medis yang cepat untuk warganya. Pemerintah membuat taksi yang tidak dapat beroperasi selama masa lockdown, menjadi transportasi darurat para warganya.
ADVERTISEMENT
“Fakta menarik lainnya, karena semua taksi di sana adalah milik negara dan selama masa lockdown tidak ada transportasi yang beroperasi. Maka pemerintah membuat taksi tersebut menjadi kendaraan darurat untuk mengantar para warga pergi ke rumah sakit selama masa karantina,” cerita Laura lagi.
Sementara itu, keluarga Laura yang tinggal di kota sekitar Wuhan juga mengabarkan bahwa wilayah mereka diketahui sudah tidak memiliki kasus terbaru untuk pasien yang sakit corona. Transportasi di sana pun sudah mulai diberlakukan kembali untuk keluar dan masuk daerah tersebut, namun tetap berada di bawah pengawasan yang ketat.
Laura bercerita bahwa kakek dan neneknya merasa bahagia bahwa orang-orang di Wuhan saling membantu satu sama lainnya tanpa pamrih. Keduanya sering kali dibantu para tetangga untuk menghubungi Laura yang tinggal di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Cerita Laura yang viral ini mendapatkan simpati banyak netizen di Twitter. Ia mengucapkan terima kasih kepada netizen karena selalu menyemangati masyarakat di Wuhan sambil mengunggah bukti sedang melakukan video call bersama kakek dan neneknya.
Laura Gao video call bersama nenek dan kakeknya. Dok: twitter.com