Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Tragis Dibalik Ikon Kampus UPI Bandung
13 Mei 2020 7:47 WIB
Tulisan dari DADAN HIDAYAT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Villa Isola ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Bandung. Villa yang sekaligus menjadi ikon kampus IKIP Bandung (Sekarang UPI) itu, tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam, harus memiliki ijin.
ADVERTISEMENT
"Saya tau Isola, suka foto di depannya tapi belum pernah masuk ke dalem sih. Soalnya harus izin dulu kalo mau masuk," jelas Eva Musdalifah (21), Mahasiswi UPI saat wawancara oleh salah satu media lokal di Bandung.
Villa Isola berdiri di atas lahan seluas 7,5 Ha dan luas seluruh lantai bangunan adalah 12.000 m2, villa itu diantara Bandung-Lembang (Jalan Setiabudi) dengan halaman depan menghadap dataran tinggi Lembang dan Gunung Tangkuban Perahu, sementara halaman belakang menghadap ke kota Bandung. Dari puncak Villa Isola dapat dinikmati indahnya kota Bandung di malam hari.
Isola sendiri memiliki 4 lantai dengan berbagai fasilitas, diantaranya : ruang tamu, ruang rapat tengah, ruang rapat timur, dan ruang pertemuan. Disekitar halaman depan, villa ini dilengkapi dengan teras, kolam air mancur, kolam teratai, kolam renang, dan taman lanskap yang ditata apik.
ADVERTISEMENT
Dari segi arsitektural bangunannya yang unik dan mendahului zamannya yaitu gaya Streamline Art Deco dengan elemen art deco (Art Deco dengan lengkungan Streamline) rancangan CP. Wolff Schoemaker. Diperkirakan Pembangunan Isola hanya memakan waktu satu tahun dengan biaya 500.000 gulden (Rp 250 miliar) dan dikerjakan 700 orang pekerja konstruksi.
Namun, dibalik kemegahan bangunan yang selesai dibangun pada tahun 1933 itu, ternyata menyimpan sejarah panjang dan kemisteriusan pemilik pertamanya D.W. Barrety, yang meninggal secara tragis setahun setelah rampungnya villa tersebut.
Menurut Sudarsono Katam, Dominique Willem Berretty (1890-1934) merupakan pengusaha media yang sukses yang memonopoli berita-berita Hindia-Belanda kala itu.
"Berretty, pernah bekerja sebagai jurnalis di Java Bode (1915). Namun, Ia mendirikan perusahaan jasa berita dan telegraf ANETA di Batavia yang membuatnya menjadi seorang milyader dan raja media yang paling berpengaruh di Hindia Belanda karena kemampuannya memonopoli berita-berita di Hindia Belanda saat itu," tulisnya dalam buku Dari Villa Isola Ke Bumi Siliwangi.
ADVERTISEMENT
Berretty adalah orang yang sangat energik, tidak saja dalam kehidupan bisnisnya, tetapi juga kehidupan pribadinya. Antara tahun 1912-1934 ia enam kali menikah dan mempunyai lima anak.
Gosip-gosip tentang D.W. Berretty yang flamboyan serta gaya hidupnya yang mewah, pergaulannya yang luas dan dikelilingi oleh para wanita cantik membuat dirinya banyak digunjingkan orang.
Salah satu gosip yang sempat beredar adalah tentang salah seorang anak perempuannya yang bunuh diri dengan cara gantung diri di salah satu pohon besar di halaman Villa Isola.
Sedangkan gosip yang paling sensasional mengatakan bahwa D.W. Berrety menjalin asmara dengan putri Gubernur Jendral B.C. de Jonge.
"Hubungan ini tidak direstui oleh de Jonge sehingga kelak menghadirkan spekulasi bahwa kematiannya Berrety ada kaitannya dengan hubungan terlarangnya dengan anak sang Gubernur Jenderal," tulis Katam.
ADVERTISEMENT
Besar dugaan kematian Barrety, dalam kecelakaan pesawat sengaja dibuat, dilandasi juga dugaan bahwa Berretty adalah mata-mata Jepang.
Sumber : Buku "Dari Villa Isola Ke Bumi Siliwangi", karya Sudarsono Katam dan Lulus Abadi.