Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apakah Pendidikan di Indonesia Merupakan Produk Hipokrit Pemerintah?
5 April 2023 14:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari DANI FAZLI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masalah pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan membutuhkan solusi yang komprehensif dan terintegrasi. Seakan terus membesar bagai prinsip dari bola salju, permasalahan pendidikan di Indonesia sudah masuk ke dalam babak baru pascapandemi yang memberikan efek kejut terhadap transformasi pendidikan di Indonesia yang begitu lambat sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Akses pendidikan dan kesetaraan menjadi salah satu permasalahan mendasar pada permasalahan yang seharusnya bisa merusak sendi negara ini. Masih terdapat perbedaan mutu pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta antara daerah kaya dan miskin. Selain itu, banyak anak yang harus putus sekolah karena alasan ekonomi, sosial atau budaya, yang membuat pemerataan pendidikan menjadi sulit.
Di sisi lain, kualitas guru masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia. Masih banyak guru yang tidak memenuhi kualifikasi seperti sarjana atau sertifikasi. Selain itu, pendidikan dan pelatihan kompetensi pengajar atau guru masih jauh dari kata memadai, sehingga kualitas pembelajaran juga terganggu akibat efek linear dari permasalahan ini.
Di samping itu, kurikulum dan pembelajaran juga masih terkesan kaku dan kurang relevan dengan kebutuhan zaman dan masyarakat modern. Kurikulum yang terlalu kompleks juga sulit diterapkan dan tidak memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensinya sesuai minat dan kemampuannya.
ADVERTISEMENT
Dari sektor sarana dan prasarana mungkin menjadi permasalahan yang paling tampak dari bentuk fisik. Sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan dan bahan ajar masih terbatas terutama di daerah terpencil dan miskin. Hal ini mempengaruhi kualitas pembelajaran dan kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan.
Nilai dan angka, sistem ujian dan evaluasi masih menekankan aspek akademik dan terkesan kurang komprehensif. Penilaian yang hanya berfokus pada nilai numerik tidak mencerminkan kemampuan siswa secara keseluruhan dan dapat menghambat peluang perkembangan siswa.
Beberapa waktu terakhir juga sering kita melihat transformasi yang begitu cepat dari sistem pendidikan di Indonesia. Seakan tidak berdasar, pemangku lembaga atau instansi terkait memaksakan pemerataan yang masih jauh dari kata rata. Tidak ada pertimbangan terhadap daerah pelosok yang mengakibatkan ketimpangan yang semakin terlihat.
ADVERTISEMENT
Pada perguruan tinggi, hadirnya merdeka belajar kampus merdeka seakan menjadi upaya pembungkaman untuk mahasiswa terhadap fenomena sosial dan politik yang terjadi. Di samping itu, ketidak sesuaian metode dan mekanisme antara pemerintah, mahasiswa dan pihak mitra seakan menambah panjang catatan hitam dari inovasi atau terobosan dari pemangku jabatan terkait.
Di sisi lain, proses politik yang melelahkan dari sistem pemerintahan Indonesia seakan menutup mata pada sektor pendidikan. Pendidikan yang seharusnya menjadi tumpuan utama pada perkembangan berbangsa dan bernegara seakan hanya menjadi produk politik yang diperjualbelikan.
Terlepas dari berbagai inovasi yang diberikan oleh pihak berwenang mengenai sistem pendidikan yang mematikan ruang berpikir dari peserta didik, akan seperti apa wajah pendidikan Indonesia di masa yang akan datang?
ADVERTISEMENT