Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jika Ferrari Gagal Lagi Tahun Ini, Vettel Adalah Biang Keladi
7 September 2018 15:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Daniel Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara Formula 1 tak lepas dari tim Kuda Jingkrak – julukan Ferrari. Penampilan mereka selalu jadi sorotan di hampir setiap musim. Namun, performa mereka tampak lagi-lagi terlihat kurang greget tahun ini.
ADVERTISEMENT
Nahasnya, pembalap utama mereka, Sebastian Vettel, jadi kunci kelemahan utama tim yang identik dengan warna merah tersebut di musim ini.
Jika melihat dari sisi perkembangan mobil, sasis SF71H yang dicekoki kekuatan mesin Ferrari 062 EVO musim ini sangat konsisten. Tak ada masalah krusial yang memengaruhi performa duet Vettel dan Kimi Raikkonen sejauh ini di lintasan.
Inkonsistensi justru datang dari si pilot utama. Sejak didatangkan Ferrari pada 2015, Vettel memang memberikan angin segar untuk tim yang bermarkas di Maranello tersebut. Di dua musim perdana, Vettel memang kalah saing oleh dua pilar Mercedes Hamilton dan Nico Rosberg.
Kesempatan untuk mempersembahkan gelar juara dunia datang pada 2017, pesaingnya mulai musim itu hanya Hamilton pasca-Rosberg memtuskan pensiun usai musim 2016.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi Vettel harus mengakui keunggulan Hamilton yang memang pada saat itu begitu tak tergoyahkan. Bayangkan saja 20 race yang ada dilibas oleh Hamilton tanpa satu kali pun mengalami gagal finis.
Okelah, kegagalan di musim 2017 bisa dimaklumi. Berkaca dari musim lalu pula, Vettel diharapkan bisa memberikan ancaman serius di musim ini. Apalagi perkembangan Ferrari juga cukup siginifikan. Tancap gas, Vettel menunjukkan taringnya dengan merebut dua race awal dengan kemenangan.
Akan tetapi dewi fortuna bak tak berpihak dengan mantan pembalap Red Bull Renault tersebut. Kendati merebut pole position di seri ketiga di China, keempat di Azerbaijan, dan ke-11 di Jerman, tak satupun dari ketiga seri tersebut yang berhasil membuatnya finis di posisi teratas.
Belum lagi kecerobohannya di Grand Prix Prancis di mana ia menabrak Valtteri Bottas di tikungan pertama yang mengakibatkan front wing-nya rusak. Sementara di sesi kualifikasi GP Austria, Vettel tak sengaja melambat memasuki tikungan pertama dan membuat pembalap Renault Nico Hulkenberg yang pada saat itu tengah melakukan hot lap, melebar untuk menghindari tabrakan. Alhasil, insiden itu membuatnya terkena penalti turun 3 grid.
ADVERTISEMENT
Yang paling krusial mungkin kejadian di seri Jerman dan Italia. Pada GP Jerman, Vettel yang start dari pole position pada saat itu memimpin klasemen sementara. Namun, saat race menyisakan 15 lap lagi, kondisi trek Hockenheim yang basah akibat guyuran gerimis membuat Vettel kehilangan kendali di tikungan Sach. Mobilnya melebar menyapu gravel trap dan menubruk papan pembatas.
Sementara di Monza, Italia, kesalahan yang dilakukan Vettel sejatinya bisa dihindari andaikan ia bisa lebih tenang kala Lewis Hamilton menyerangnya dari sisi kanan di tikungan kedua Monza, Variante della Roggia.
Vettel yang pada saat itu menutup sisi kiri jelang tikungan kedua salah perhitungan. Karena justru pasca-tikungan kedua dilibas dan masuk ke tikungan ketiga yang mengarah ke kanan, race line sejatinya sudah dimiliki Hamilton. Alhasil, ban kanan mobilnya menubruk bagian bodi mobil Hamilton yang membuatnya melintir dan kehilangan front wing.
ADVERTISEMENT
Kehilangan poin di beberapa seri krusial membuat banyak pihak mempertanyakan level kompetitif Vettel. Sebab tampak beberapa kali mantan pilot Toro Rosso tersebut membuat berbagai kesalahan sendiri ketika berada dalam kondisi under pressure.
Akibat berbagai kecerobohan, Vettel dihitung-hitung sudah menyia-nyiakan sekira 60 poin akibat empat kecerobohan fatal di musim ini. Angka yang cukup banyak mengingat level kompetitif mobil Ferrari yang musim ini begitu luar biasa.
Apa mungkin Vettel memang sudah habis?
Terlalu prematur menyimpulkan hal tersebut, namun Ferrari sudah seharusnya melakukan analisis mendalam terhadap performa Vettel sejak gabung tim pada 2015.
Karena selama ini Ferrari sudah melakukan segalanya untuk Vettel, bahkan tak jarang pemegang 16 gelar juara dunia konstruktor tersebut terkesan berlaku tak adil kepada pilot kedua mereka Raikkonen hanya demi membuat Vettel sukses di balapan tertentu.
ADVERTISEMENT
Meski demikian kesempatan untuk Vettel menebus kesalahan-kesalahannya di musim ini masih terbuka. Melawan Hamilton dengan berharap hanya pada keberuntungan tentu bukan hal yang tepat.
Asal konsisten di sisa 7 seri balap, dengan jarak 30 poin dari Hamilton, sejatinya gelar juara masih dalam jangkauanThe Baby Schumi.